GHOTAMUKKHA SUTTA
Kepada Ghotamukkha
Sumber : Majjhima Nikaya 5
Diterjemahkan dari Bahasa Inggris
Oleh : Dra. Wena Cintiawati, Dra. Lanny Anggawati
Penerbit : Vihara Bodhivamsa, Wisma Dhammaguna, 2008
Diterjemahkan dari Bahasa Inggris
Oleh : Dra. Wena Cintiawati, Dra. Lanny Anggawati
Penerbit : Vihara Bodhivamsa, Wisma Dhammaguna, 2008
1. DEMIKIAN YANG SAYA DENGAR. Pada suatu ketika Y.M. Udena
sedang berdiam di Benares di Hutan Mangga Khemiya.
2. Pada saat itu, brahmana Ghotamukha tiba di Benares untuk
suatu urusan. Ketika sedang [158] berjalan-jalan dan berkeliling untuk berolah
raga, dia sampai ke Hutan Mangga Khemiya. Ketika itu Y.M. Udena sedang berjalan
bolak-balik di udara terbuka. Maka brahmana Ghotamukha mendatangi Y.M. Udena dan
bertukar sapa dengan beliau. Setelah ramah tamah ini selesai, sementara masih
berjalan kian kemari bersama Y.M. Udena, brahmana Ghotamukha berkata: ‘Petapa
yang baik, tidak ada kehidupan kelana yang sesuai dengan Dhamma: demikianlah
kelihatannya bagi saya di sini, dan hal itu mungkin karena saya belum melihat
manusia-manusia mulia seperti dirimu atau [karena saya belum melihat] Dhamma di
sini.”
3. Ketika hal ini disampaikan, Y.M. Udena turun dari jalur
berjalan dan pergi ke tempat tinggalnya. Di situ dia duduk di tempat yang sudah
disiapkan.877 Dan Ghotamukha juga turun dari jalur berjalan dan pergi
ke tempat tinggal itu. Di sana dia berdiri di satu sisi. Kemudian Y.M. Udena
berkata kepadanya: “Ada tempat duduk, brahmana, duduklah jika engkau mau.”
“Kami memang tidak duduk karena menunggu Guru Udena
[berbicara]. Karena bagaimana mungkin orang seperti saya lancang duduk di temapt
tanpa diundang terlebih dahulu untuk duduk?”
4. Kemudian brahmana Ghotamukha mengambil tempat duduk yang
rendah, duduk di satu sisi, dan berkata kepada Y.M. Udena: “Petapa yang baik,
tidak ada kehidupan kelana yang sesuai dengan Dhamma: demikianlah kelihatannya
bagi saya di sini, dan hal itu mungkin karena saya belum melihat manusia-manusia
mulia seperti dirimu atau [karena saya belum melihat] Dhamma di sini.”
“Brahmana, jika engkau menganggap pernyataanku yang mana pun
harus disetujui, maka setujuilah itu; jika engkau menganggap pernyataanku yang
mana pun harus dibantah, maka bantahlah itu; dan jika engkau tidak memahami
arti pernyataanku yang mana pun, bertanyalah kepadaku untuk menjelaskannya
demikian: ‘Bagaimana yang ini, Guru Udena? Apakah artinya ini?’ Dengan cara
demikian kita bisa membahas masalah ini.”
“Guru Udena, jika saya menganggap pernyataan Tuan Udena yang
mana pun harus disetujui, maka saya akan menyetujuinya; jika saya menganggap
pernyataan Tuan Udena yang mana pun harus dibantah, maka saya akan membantahnya;
dan jika saya [159] Tidak memahami artinya pernyataan Guru Udena yang mana pun,
maka saya akan bertanya kepada Guru Udena untuk menjelaskannya demikian:
‘Bagaimana yang ini, Guru Udena? Apakah artinya ini?’ Dengan cara demikian kita
bisa membahas masalah ini.”
5-6. “Brahmana, ada empat jenis manusia yang ditemukan ada di
dunia ini. Apakah yang empat itu?”…(seperti Sutta 51, §5-6) [160]…
“Tetapi, Guru Udena, jenis manusia yang tidak menyengsarakan
dirinya sendiri atau mengejar praktek menyiksa dirinya sendiri dan yang tidak
menyengsarakan makhluk lain atau mengejar praktek menyiksa makhluk lain; yang –
karena dia tidak menyengsarakan dirinya sendiri maupun makhluk lain- di sini dan
kini berada dalam keadaan tanpa-lapar, padam, dan sejuk, dan berdiam mengalami
sukacita setelah dirinya menjadi suci – dia tidak menyengsarakan dan menyiksa
dirinya sendiri maupun makhluk lain, kedua jenis manusia itu menginginkan
kesenangan dan menjauh dari rasa sakit. Itulah sebabnya jenis manusia ini
memuaskan pikiran saya.”
7. “Brahmana, ada dua jenis kelompok. Apakah yang dua itu? Di
sini, satu kelompok bernafsu terhadap perhiasan dan anting-anting serta mencari
istri dan anak, budak laki-laki dan perempuan, sawah dan tanah, emas dan perak.
Tetapi di sini, ada kelompok yang tidak bernafsu terhadap perhiasan dan
anting-anting, namun setelah meninggalkan istri dan anak, budak laki-laki dan
perempuan, sawah dan tanah, emas dan perak, mereka meninggalkan kehidupan
berumah menuju tak berumah. Ada jenis manusia yang tidak menyengsarakan dirinya
sendiri atau mengejar praktek menyiksa dirinya sendiri dan yang tidak
menyengsarakan makhluk lain atau mengejar praktek menyiksa maklhuk lain; yang –
karena dia tidak menyengsarakan dirinya sendiri maupun makhluk lain – di sini
dan kini berada dalam keadaan tanpa-lapar, padam, dan sejuk, dan berdiam
mengalami sukacita setelah dirinya menjadi suci. Di kelompok yang manakah engkau
biasanya menemukan manusia ini, brahmana – di kelompok yang bernafsu terhadap
perhiasan dan anting-anting serta mencari istri dan anak, budak laki dan
perempuan, sawah-dan tanah, emas dan perak; atau di kelompok yang tidak bernafsu
terhadap perhiasan dan anting-anting, namun setelah meninggalkan istri dan anak
…meninggalkan kehidupan berumah menuju tak-berumah?”
[161] “Saya biasanya melihat jenis manusia ini, Guru Udena, di
kelompok yang tidak bernafsu terhadap perhiasan dan anting-anting, namun setelah
meninggalkan istri dan anak … telah meninggalkan kehidupan berumah menuju
tak-berumah.”
8. “Tetapi baru saja, brahmana, kami memahami engkau
mengatakan: ‘Petapa yang baik, tidak ada kehidupan kelana yang sesuai dengan
Dhamma: demikianlah kelihatannya bagi saya di sini, dan hal itu mungkin karena
saya belum melihat manusia-manusia mulia seperti dirimu atau [karena saya belum
malihat] Dhamma di sini.”
“Tentu saja, Guru Udena, karena ingin belajarlah maka saya tadi
mengucapkan kata-kata itu. Ada kehidupan para petapa yang sesuai dengan Dhamma;
demikianlah kelihatannya bagi saya, dan biarlah Guru Udena mengingat saya [telah
berkata] demikian. Adalah baik jika, karena welas asih, Guru Udena menjelaskan
kepada saya secara rinci empat jenis manusia yang tadi beliau sebutkan secara
singkat.”
9. “Kalau demikian, brahmana, dengarkan dan perhatikan degan
cermat apa yang akan kukatakan.” – “Ya, tuan,” jawab brahmana Ghotamukha. Y.M.
Udena berkata demikian:
10-30. “Brahmana, manusia jenis apakah yang menyengsarakan
dirinya sendiri dan mengejar praktek menyiksa diri? Di sini, seseorang telanjang
… (seperti Sutta 51,§8-28) [162] … dan berdiam mengalami sukacita, setelah
dirinya menjadi suci.”
31. Ketika hal ini disampaikan, brahmana Ghotamukha berkata
kepada Y.M. Udena: “Luar biasa, Guru Udena! Luar biasa, Guru Udena! Guru Udena
telah membuat Dhamma menjadi jelas dengan banyak cara, seakan-akan beliau
menegakkan kembali apa yang tadinya terjungkir-balik, mengungkapkan apa yang
tadinya tersembunyi, menunjukkan jalan bagi orang yang tersesat, atau memberikan
penerangan di dalam kegelapan bagi mereka yang mempunyai mata sehingga dapat
melihat bentuk. Saya pergi kepada Guru Udena untuk perlindungan dan kepada
Dhamma serta Sangha para bhikkhu. Sejak hari ini, biarlah Guru Udena mengingat
saya sebagai mengikut awam yang telah pergi kepada beliau untuk perlindungan
sepanjang hidup.”
32. “Janganlah pergi kepadaku untuk perlindungan,
brahmana.Pergilah untuk perlindungan kepada Yang Terberkahi, yang kepadanya aku
pergi untuk perlindungan.”
“Di manakah Beliau Berdiam sekarang, Guru Gotama itu, yang
telah mantap dan sepenuhnya tercerahkan, Guru Udena?”
“Yang Terberkahi, yang telah mantap dan sepenuhnya tercerahkan
itu, telah mencapai Nibbana akhir, brahmana.”
“Seandainya saja kali mendengar bahwa Yang Terberkahi itu
berada dalam jarak sepuluh yojana, kami akan pergi sepuluh
yojana untuk menjumpai Yang Terberkahi – yang telah mantap dan
sepenuhnya tercerahkan – itu. Seandainya saja kami mendengar bahwa Yang
terbekahi itu berada dalam jarak dua puluh yojana … tiga puluh
yojana … empat puluh yojana … lima puluh yojana …
seratus yojana, [163] kami akan pergi seratus yojana untuk
menjumpai Yang Terberkahi – yang telah mantap dan sepenuhnya tercerahkan – itu.
Tetapi karena Yang Terberkahi telah mencapai Nibbana akhir, kami pergi kepada
Yang Terberkahi itu untuk perlindungan dan kepada Dhamma dan Sangha para
bhikkhu. Sejak hari ini, biarlah Guru Udena mengingat saya sebagai pengikut awam
yang telah pergi kepada beliau untuk perlindungan sepanjang hidup.
33. “Guru Udena, raja Anga memberi saya dana harian. Biarlah
saya memberi Guru Udena dana tetap dari itu.”
“Dana tetap macam apakah yang diberikan raja Anga kepadamu,
brahmana?”
“Lima ratus kahapanas, Guru Udena.”878
“Kami tidak diizinkan menerima emas dan perak, brahmana.”
“Jika tidak diizinkan bagi Guru Udena, saya akan membangun
sebuah vihara untuk Guru Udena.”
“Jika engkau ingin membangun vihara untukku, brahmana,
bangunlah aula pertemuan untuk Sangha di Pataliputta.”879
“Saya justru lebih puas dan senang karena Guru Udena
menyarankan agar saya memberikan persembahan kepada Sangha. Maka, dengan dana
tetap ini dan dana tetp lainnya, saya akan membangun aula pertemuan untuk Sangha
di Pataliputta.”
Maka, dengan dana tetap [yang ditawarkannya kepada Guru Udena]
dan dana tetap lainnya [yang ditambahkan ke situ], brahmana Ghotamukha membangun
aula pertemuan untuk Sangha di Pataliputta. Dan aula itu sekarang dikenal
sebagai Ghotamukhi
Catatan
877. MA: Beliau melakukan hal ini setelah mengetahui bahwa
dibutuhkan pembahasan yang panjang.
878. Kahapana adalah unit moneter utama pada zaman
itu.
879. Di hari-hari terakhir Sang Buddha, kota ini masih
merupakan kota kecil yang dikenal sebagai Pataligama. Di DN 16.1.28 / iii.87,
Sang Buddha memprediksikan kebesaran masa depan kota itu. Akhirnya kota itu
menjadi ibukota Magadha. Sekarang kota itu menjadi Patna, ibukota negara bagian
bihar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar