Selasa, 23 Oktober 2012

DIGHANAKHA SUTTA

http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRnWUDBlGynF2dPmChYWDM6wqUjLoe-5PJA-EVaZsSGbtr_GtIt5eJr9tsSyw
DIGHANAKHA SUTTA

Sumber : Kitab Suci Sutta Pitaka II, Modul 7-12, Oleh : Corneles Wowor, MA.,
Penerbit : Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Hindu dan Buddha
dan Universitas Terbuka, 1992

  1. Demikianlah yang saya dengar.
    Pada suatu ketika Sang Bhagava sedang berada di Gijjhakuta, Sukarakkhata, Rajagaha.
  2. Ketika itu, seorang petapa pengembara bernama, Dighanakha menemui Sang Bhagava, setelah saling memberi salam dengan kata-kata yang sopan, ia berdiri di samping, lalu ia berkata kepada Sang Bhagava:
    “Teori dan pandangan saya adalah seperti ini, ‘saya tidak mempunyai pandangan mengenai sesuatupun.’ ”
    “Aggisevana, pandanganmu bahwa “Saya tidak mempunyai pandangan menyenangi sesuatupun.” Apakah kamu tidak menyenangi pegangan seperti itu juga?”
    “Kendatipun sekiranya saya mempunyai pandangan menyenangi pandangan ini, hal itu akan sama saja, Samana Gotama hal itu sama saja.”
    ‘Aggivessana, baiklah, di dunia yang lainnya berkata: hal itu sama saja, itu semua sama saja, dan yang masih tidak meninggalkan pandangan itu dan berpegang pada beberapa pandangan lainnya, dan sedikit di dunia yang berkata, “Itu semua sama saja, itu semua sama saja” dan masih meninggalkan pandangan itu dan tidak berpegang teguh kepada pandangan lainnya.
  3. Para petapa dan brahmana berpegang pada teori dan pandangan bahwa “Saya suka untuk semua.” Para petapa dan brahmana berpegang pada teori pandangan bahwa “Saya tidak menyenangi sesuatu.” Para petapa dan brahmana berpegang pada teori dan pandangan, “Saya menyenangi sesuatu, saya tidak menyenangi sesuatu.” Para petapa dan brahmana di antara teori dan pandangan ini, “Saya menyenangi semuanya,” mempunyai pandangan yang dekat dengan nafsu birahi, perbudakan, minum-minuman, penerimaan berpegang kuat, para petapa dan brahmana di antara teori mereka dan pandangan mereka adalah tidak menyenangi sesuatu, mempunyai tidak dekat dengan nafsu birahi, perbudakkan, makanan yang merangsang, tidak menerima tidak berpegang kuat.
  4. Sesudah itu pengembara Dighanakkha berkata, “Samana Gotama memuji pandangan-pandangan saya, Samana Gotama memuji pandangan-pandangan saya.”
    “Aggivessana, petapa dan Brahmana di antara ini yang berteori dan berpandangan bahwa “Saya menyenangi untuk semua, Saya tidak menyenangi sesuatu” mempunyai pandangan itu, yang mana mereka mempunyai kesenangan yang dekat dengan nafsu birahi, perbudakan, makanan yang merangsang, menerima berpegang kuat, dan yang mana mereka tidak mempunyai kesenangan untuk menghindari dari nafsu birahi, perbudakan, makanan yang merangsang, penerimaan, berpegang kuat.
  5. Sekarang orang bijaksana di antara para petapa dan brahmana yang berteori dan berpandangannya adalah saya memberikan kesenangan untuk semua demikian anggapannya. “Jika saya keras kepala tidak memahami dan menuntut di atas pernyataan yang tegas kepandangan saya. Saya mempunyai kesenangan untuk semua yang hanya pada kebenaran. Yang lainnya salah, kemudian saya berselisih dua lainnya, keduanya dengan petapa dan brahmana yang teorinya dan pandangannya, “Saya tidak mempunyai kesenangan apa-apa,” dan dengan petapa atau brahmana yang teorinya dan pandangannya adalah “Saya menyenangi sesuatu, saya tidak menyenangi sesuatu,” saya berselisih dengan keduanya ini, dan ketika ada perselisihan, ada pertengkaran, ketika ada pertengkaran, ada keributan, ketika ada keributan, ada kesalahan.”Ketika dia meramalkan untuk dirinya sendiri, ini pertengkaran, ini keributan dan ini kesalahan, dia tinggalkan pandangan itu dan tidak berpegang kuat kepada pandangan lainnya, ini bagaimana yang datang menjadi pandangan-pandangan yang ditinggalkan, ini bagaimana yang datang menjadi melepaskan pandangan-pandangan ini.
  6. Seorang bijaksana di antara para bhikkhu dan brahmana dengan teorinya dan pandangan adalah “Saya tidak menyenangi sesuatu” demikian anggapannya. Jika saya keras kepala dan tidak memahami dan menuntut di atas pernyataan yang tegas ke pandangan saya “Saya tidak menyenangi sesuatu, itu hanya kebenaran ini, yang lainnya salah,” Kemudian saya berselisih dengan dua lainnya, keduanya dengan petapa dan brahmana yang teori dan pandangannya adalah “Saya menyenangi untuk semua” dan dengan petapa atau brahmana yang teori dan pandangannya adalah “Saya menyenangi sesuatu, saya tidak menyenangi sesuatu,” saya berselisih dengan kedua ini, dan ketika ada perselisihan ada pertengkaran, ketika ada pertengkaran dan keributan, ketika ada keributan dan kesalahan, ketika dia melihat untuk dirinya sendiri ini perselisihan, ini pertengkaran, ini keributan, ini kesalahan, dia meninggalkan pandangan itu dan tidak berpegang teguh (melekat) pada pandangan lainnya. Ini bagaimana yang datang menjadi pandangan-pandangan yang ditinggalkan, ini bagaimana yang menjadi melepaskan pandangan-pandangan.Percakapan dan pandangan-pandangan
  7. Orang bijaksana di antara para petapa ini dan para brahmana yang teori dan pandangan adalah “Saya mempunyai kesenangan untuk sesuatu, saya tidak mempunyai kesenangan sesuatu.” Demikianlah anggapannya, jika saya keras kepala tidak memahami dan menuntut mempertahankan pendapat saya ini, “Saya menyenangi sesuatu, saya tidak menyenangi sesuatu, itu hanya kebenaran ini, yang lainnya salah,” Kemudian saya berselisih dengan dua lainnya, keduanya adalah saya mempunyai semua kesenangan.” Dan dengan Bhikkhu atau Brahmana yang teori dan pandangannya adalah “Saya tidak menyenangi sesuatu,” saya akan berselisih kedua ini, dan ketika ada peselisihan, ada pertengkaran, ketika ada pertengkaran dan keributan, ketika ada keributan ada kesalahan. Itu bagaimana datang menjadi melepaskan pandangan-pandangan ini.
  8. Aggivessana, sekarang jasmani ini terdiri dari empat bagian unsur, empat unsur ini dihasilkan oleh seorang ibu dan ayah dan dibesarkan dari rebusan nasi dan roti empat unsur ini keadaan alam yang sementara, hilang dan lenyap, pemusnahan dan penghancuran. Itu harus dipandang seperti ketidakkekalan. Seperti penderitaan, seperti penyakit, seperti kanker, seperti sebatang anak panah, seperti kecelakaan, seperti sebuah bencana, seperti berlawanan, seperti jatuh berkeping-keping, seperti kehampaan, seperti bukan sendiri, apabila seseorang dipandang demikian, dia meninggalkan kebencian pada jasmani, kecintaan pada jasmani ini, dan kebiasaan dia dari menjamu tubuh ini, seperti dasar bagi semua kesimpulan-kesimpulannya.
  9. Ada tiga macam perasaan, perasaan menyenangkan, perasaan sakit, perasaan tidak menyenangkan dan tidak menyakitkan di atas kesempatan ini, apabila seseorang merasakan perasaan senang, dia tidak merasakan perasaan sakit atau tidak merasakan sakit dan tidak merasakan kesenangan pada saat itu. Dia merasakan hanya perasaan senang pada saat itu. Pada saat dia merasakan perasaan sakit dia tidak merasakan perasaan senang atau tidak merasakan dan tidak merasakan senang. Dia hanya merasakan perasaan sakit pada saat itu. Pada saat itu apabila dia merasakan tidak merasakan senang dan perasaan sakit pada saat itu juga. Dia hanya merasakan tidak merasakan sakit atau tidak merasakan senang pada saat itu.
  10. Perasaan senang adalah tidak kekal adanya, tergantung pemunculannya dan keadaan alam yang memungkinkan, jatuh, memudarkan dan berhenti, juga perasaan sakit tidak kekal keadaannya, tergantung pemunculannya dan keadaan akan yang memungkinkan, jatuh, memudarkan, dan berhenti. Juga tidak perasaan sakit dan tidak perasaan senang adalah tidak kekal keadaannya. Tergantung dari pemunculan akan memungkinkan, jatuh, memudarkan, berhenti.
  11. Apabila para penganut melihat bentuk ajaran mulia demikianlah, dia menjadi tak peduli terhadap perasaan yang menyenangkan, menjadi tak peduli terhadap perasaan sakit menjadi tak peduli terhadap perasaan sakit juga tidak peduli pada perasaan menyenangkan. Keadaan tidak peduli tentang nafsu dia akan terbebas. Apabila telah terbebas maka datanglah pengetahuan, inilah kebebasan. “Dia mengerti kelahiran akan lenyap, kehidupan akan menjadi seperti kehidupan dewa, apa yang sudah terjadi terjadilah tidak ada yang akan datang kembali.”
  12. Seorang bhikkhu yang mempunyai pikiran bebas, Aggivessana tidak memihak siapapun, tak seorangpun yang memperdebatkan dan ia mempekerjakan, walaupun dengan tidak salah mengerti berita ini akan terbiasa di dalam dunia.
  13. Sekarang adalah kesempatan Bhikkhu Sariputta berkedudukan yang terbaik di dalam Vihara, lalu ia berpikir. “Ini yang terbaik, ini rupa-rupanya, berbicara mengenai bermacam-macam Dhamma, mereka langsung mempunyai pengertian. Ini pembicaraan yang paling baik, ini merupakan pelepasan. Demikianlah ia berpikir tentang pikiran yang terbebas dari celaan menembus ketidakmelekatan.
  14. Tetapi di dalam uraian Dighanakha memperlihatkan ajaran Dhamma yang bersih. Semuanya itu adalah sebab untuk timbulnya sebab perhentian. Ketika ia melihat dan mencapai dan mengerti dan mendalami dhamma, ia menyeberangi yang tidak pasti, dengan suatu harapan memperoleh keberanian dan menjadi bebas dari yang lain di dalam pembebasan Sang Samana.
  15. Ia berkata: “Menakjubkan, Samana Gotama. Menakjubkan Samana Gotama. Dhamma telah dijelaskan dengan berbagai cara oleh Samana Gotama, ia bagaikan menegakkan yang telah rebah, memperlihatkan yang tersembunyi, menunjukkan jalan bagi orang yang sesat, membawa lampu di tempat yang gelap agar orang dapat melihat. Saya berlindung kepada Sang Gotama, Dhamma dan Sangha. Sejak hari ini, ingatlah saya sebagai upasaka yang telah berlindung kepada-Nya selama hidupku.

MAHAVACCHAGOTTA SUTTA

http://ubpost.mongolnews.mn/wp-content/uploads/2012/08/091106-01-polar-shift-destroy-planet_big.jpg
MAHAVACCHAGOTTA SUTTA

Sumber : Kitab Suci Sutta Pitaka II, Modul 7-12, Oleh : Corneles Wowor, MA.,
Penerbit : Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Hindu dan Buddha
dan Universitas Terbuka, 1992

1. Demikianlah yang saya dengar.
Pada suatu waktu Sang Bhagava sedang berada di Veluvana, Kalandakanivapa, Rajagaha.

2. Kemudian petapa kelana bernama Vacchagotta pergi menemui Sang Bhagava dan saling memberikan salam, setelah saling menyapa selesai, ia duduk di tempat yang tersedia. Setelah duduk, ia berkata:

3. ‘Pada waktu yang lampau, saya pernah mengadakan pembicaraan dengan Samana Gotama, adalah lebih baik seandai Samana Gotama secara ringkas menerangkan kepadaku tentang apa yang menguntungkan dan apa yang tidak menguntungkan.’
‘Vacca, Saya akan secara ringkas menerangkan kepadamu apa yang menguntungkan dan apa yang tidak menguntungkan, juga Saya akan secara rinci menerangkan kepadamu apa yang menguntungkan dan apa yang tidak menguntungkan. Namun begitu aku akan menunjukkan kepadamu secara ringkas. Dengarkan dan camkan baik-baik apa yang akan Saya katakan.’
‘Ya, Bhante,’ jawabnya.
Selanjutnya, Sang Bhagava berkata:

4. ‘Vaccha, serakah adalah tidak menguntungkan, tidak serakah adalah menguntungkan, benci adalah tidak menguntungkan, tanpa benci/kebencian adalah menguntungkan, khayal adalah tidak menguntungkan, tanpa khayal adalah menguntungkan. Dengan demikian maka tiga buah dhamma adalah tidak menguntungkan dan tiga dhamma lain adalah menguntungkan.’

5. ‘Membunuh makhluk-makhluk hidup adalah tidak menguntungkan, berpantang membunuh makhluk hidup adalah menguntungkan, mengambil apa yang tidak diberikan adalah tidak menguntungkan berpantang dari padanya adalah menguntungkan; penyimpangan perbuatan sex adalah tidak menguntungkan, berpantang daripadanya adalah menguntungkan. Berbicara palsu adalah tidak menguntungkan, berpantang daripadanya adalah menguntungkan. Berbicara palsu adalah tidak menguntungkan, berpantang daripadanya adalah menguntungkan; memfitnah adalah tidak menguntungkan, berpantang daripadanya adalah menguntungkan; berbicara kasar adalah tidak menguntungkan, berpantang daripadanya adalah menguntungkan; gosip atau melakukan desas-desus adalah tidak menguntungkan, berpantang daripadanya adalah menguntungkan; kikir adalah tidak menguntungkan, berpantang daripadanya adalah menguntungkan; berkeinginan jahat adalah tidak menguntungkan, berpantang daripadanya adalah menguntungkan; pandangan salah adalah tidak menguntungkan, pandangan benar adalah menguntungkan; Dalam cara demikian kesepuluh Dhamma ini adalah menguntungkan dan tidak menguntungkan.’

6. ‘Secara setelah keinginan-keinginan keras nafsu, telah ditinggalkan, dipotong hingga ke akar-akarnya, dibuat seperti batang pohon palem, dibuat sedemikian sehingga ia tidak lagi dapat untuk tumbuh di waktu yang akan datang, maka bhikkhu tersebut telah selesai menunaikan tugasnya dengan noda-noda dihancurkan, yang telah menjalani hidup melakukan apa yang baru dilakukan, menurunkan beban, mencapai tujuan tertinggi, menghancurkan penggoda-penggoda dari menjadi dan secara benar membebaskan (diri) melalui pengetahuan final.’

7. ‘Selain Samana Gotama, apakah ada seseorang bhikkhu, siswa Samana Gotama, yang memiliki realisasi dirinya sendiri dengan pengetahuan langsung di sini dan sekarang memasuki serta mengabdikan diri di dalam pembebasan dari sang Hati serta pembebasan dengan pengertian yang bebas noda dengan melenyapkan/menghabiskan noda-noda itu?”Bukan hanya saja terdapat seratus, atau dua tiga atau empat atau lima ratus, tetapi jauh lebih banyak bhikkhu, siswa-siswaKu, yang telah dengan realisasi dari diri mereka sendiri dengan pengetahuan langsung di sini dan sekarang memasuki dan mengabdikan diri dalam pembebasan dari hati serta pembebasan dengan pengertian yang bebas noda dengan pelenyapan daripada noda-noda itu.’

8. ‘Selain Samana Gotama dan para bhikkhu, apakah ada seorang bhikkhuni, siswa Samana Gotama, yang telah dengan realisasi … pelenyapan dari noda-noda?’
‘Bukan saja hanya terdapat seratus … tetapi jauh lebih banyak bhikkhuni … pelenyapan daripada noda-noda.’

9. ‘Selain Samana Gotama dan para bhikkhu serta para bhikkhuni, apakah di sana terdapat seseorang pengikut awam yang berpakaian putih menjalani hidup suci, siswa Samana Gotama, yang dengan penghancuran dari lima penggoda tingkat bawah, akan muncul kembali secara spontan (di dalam tempat tinggal murni) dan di sana mencapai Nibbana tanpa pernah kembali lagi dari dunia itu?’

10. ‘Selain daripada Samana Gotama dan para bhikkhu serta pengikut-pengikut awam dalam pakaian putih yang menjalani hidup suci, apakah di sana terdapat seseorang pengikut awam dalam pakaian putih yang menikmati keinginan-keinginan indera, siswa Samana Gotama, yang melaksanakan perintah, memberi tanggapan terhadap nasehat, yang telah menyeberang dari ketidakpastian, telah melakukan pekerjaan dengan mengatakan pertanyaan, mencapai keadaan tidak merasa takut, dan menjadi tidak tergantung dari yang lain-lain di dalam amanat dari Samana itu?’
‘Bukan saja terdapat hanya seratus … para pengikut awam berpakaian putih yang menikmati keinginan-keinginan indera… menjadi terbebas dari yang lain-lain di dalam amanat Sang Samana.’

11. ‘Selain daripada Samana Gotama dan para bhikkhu dan bhikkhuni dan para pengikut awam yang berpakaian putih (mereka semuanya) menjalani hidup suci dan (mereka) yang menikmati keinginan-keinginan indera, apakah di sana terdapat seseorang wanita pengikut awam berpakaian putih yang menjalani hidup suci, siswa dari Samana Gotama, yang dengan penghancuran dari lima buah penogoda lebih rendah (tingkatannya) akan muncul kembali secara spontan (di dalam tempat murni/agung) dan di sana ia mencapai Nibbana tanpa usah lagi kembali dari dunia itu?’
‘Bukan hanya saja terdapat seratus … wanita pengikut awam berpakaian putih-putih yang menjalani hidup suci … tanpa usah lagi kembali dari dunia itu.’

12. ‘Selain daripada Samana Gotama dan para bhikkhu dan bhikkhuni serta para pengikut awam berpakaian putih (kedua dari mereka itu) menjalani hidup suci dan (mereka) menikmati keinginan-keinginan indera dan wanita pengikut awam dalam pakaian putih yang menjalani hidup suci yang menikmati keinginan-keinginan indera, siswa Samana Gotama, yang menjalankan amanat, memberi tanggapan terhadap nasehat, yang telah menyeberang ke luar dari keadaan tidak menentu, telah melakukan perbuatan-perbuatan dengan mengajukan pertanyaan, telah menenangkan keadaan tidak ada rasa takut dan menjadi bebas/tidak tergantung dari orang-orang lain di dalam amanat dari Samana itu?’
‘Bukan hanya terdapat seratus saja … wanita pengikut-pengikut awam berpakaian putih yang menikmati keinginan-keinginan indera … menjadi bebas atau tidak tergantung pada orang-orang lain dalam amanat dari Samana.’

13. ‘Apabila hanya Samana Gotama membuktikan terhadap Dhamma ini dan tidak ada bhikkhu-bhikkhu, maka hidup suci ini akan menjadi kurang dalam bagian itu, tetapi semenjak Samana Gotama dan para bhikkhu membuktikan Dhamma ini hidup suci ini adalah sempurna di dalam bagian itu.”Apabila hanya Samana Gotama dan para bhikkhu membuktikan terhadap Dhamma ini dan tidak ada bhikkhuni-bhikkhuni maka hidup suci ini akan berkurang di dalam bagian itu, tetapi sejak …’

‘Apabila hanya Samana Gotama, para bhikkhu dan bhikkhuni membuktikan terhadap dhamma ini dan tidak ada para pengikut awam menjalankan hidup suci, maka ….’

‘Apabila hanya Samana Gotama, bhikkhu-bhikkhu, bhikkhuni-bhikkhuni serta para pengikut awam berpakaian putih yang menjalankan hidup suci dan tidak ada para pengikut awam yang menikmati keinginan-keinginan indera, maka ….’

‘Apabila hanya Samana Gotama, bhikkhu-bhikkhu, bhikkhuni-bhikkhuni, para pengikut awam dalam pakaian putih (mereka semuanya) menjalankan hidup suci dan (mereka yang menikmati keinginan-keinginan indera membuktikan Dhamma ini dan tidak terdapat para pengikut wanita awam dalam pakaian putih yang menjalankan hidup suci, maka ….’

14. ‘Apabila hanya Samana Gotama, bhikkhu-bhikkhu, bhikkhuni-bhikkhuni, para pengikut awam berpakaian putih (mereka kedua-keduanya) menjalani hidup suci dan (mereka) yang menikmati keinginan-keinginan indera, para wanita pengikut awam dalam pakaian putih menjalani hidup suci membuktikan Dhamma ini dan tiada ada wanita pengikut yang menikmati keinginan indera, maka hidup suci ini akan kekurangan dari bagian itu, tetapi sejak … hidup suci ini adalah menjadi sempurna dalam bagian itu.’

15. ‘Tepat seperti halnya Sungai Gangga berkecenderung mengarah ke laut, meliuk-liuk menuju ke arah laut, menuju ke arah laut, bersatu masuk ke dalam laut, demikian juga halnya Samana Gotama: berkumpul bersama dengan perumah-perumah tangga dan mereka pergi memasuki untuk berkecenderung menuju ke Nibbana, meliuk-liuk menuju ke Nibbana, perhatikan tertuju kepada Nibbana, masuk dan melebur ke dalam Nibbana.’

16 – 17. ‘Menakjubkan, Samana Gotama … (seperti di dalam sutta 7, para. 27-28) … aku akan menerima memasuki jalan di bawah Samana Gotama, aku akan menerima izin masuk sepenuhnya.’

18. ‘Vaccha, seseorang yang dahulunya menjadi anggota dari sekte lain … (harus) hidup dalam masa percobaan selama empat bulan … (seperti dalam sutta 57, para. 17) …. Suatu perbedaan dalam diri seseorang telah menjadi dikenal olehku di dalam masa percobaan ini.”Bhante, apabila mereka yang menjadi anggota dari sekte lain dahulunya … (seperti di dalam sutta 57, para 17) …. Pergi memasuki ke dalam kehidupan tanpa rumah tangga dan izin masuk sepenuhnya ke dalam kehidupan bhikkhu-bhikkhu.’

19. Petapa kelana Vacchagotta menerima memasuki perjalanan hidup itu, ia menerima izin masuk sepenuhnya.

20. Tidak lama sesudah ia memperoleh izin masuk sepenuhnya, setengah bulan setelah izin masuk sepenuhnya, Bhante Vacchagotta pergi menemui Sang Bhagava, dan sesudah memberi hormat kepada Beliau, maka duduklah ia pada satu sisi. Ketika ia telah melakukan hal itu, ia berkata kepada Sang Bhagava: “Bhante, aku telah mencapai apa yang dapat dicapai oleh (ilmu) pengetahuan, pengetahuan sejati dari satu yang berada lebih tinggi dari latihan. Tolong Sang Tathagata menunjukkan kepadaku Dhamma lebih lanjut.”

21. ‘Vaccha, dalam hal itu perkembangkanlah lebih lanjut dua dhamma, yakni, kedamaian dan mata batin. Kedua dhamma ini apabila lebih lanjut dikembangkan akan dapat membawa ke penetrasi atau penembusan dari pelbagai unsur-unsur itu.’

22. ‘Sebabnya yang Anda harapkan: “Semoga saya dapat menikmati berbagai jenis sukses (yang sifatnya supernatural): sesudah menjadi seseorang demikian, semoga aku bisa menjadi banyak, sesudah menjadi banyak, semoga aku bisa menjadi satu; semoga aku bisa muncul dan lenyap; semoga aku bisa pergi tanpa gangguan melalui tembok, melalui tempat-tempat tertutup, melalui gunung, seolah-olah di dalam ruang (terbuka): semoga aku bisa masuk ke dalam dan ke luar dari tanah seolah-olah ia itu adalah air, semoga aku bisa pergi berjalan di atas air tanpa menyebabkan air itu pecah-pecah seolah-olah ia adalah tanah; dengan duduk bersila semoga aku bisa melakukan perjalanan di ruang seperti burung bersayap; dengan tangan semoga aku bisa menyentuh bulan dan matahari dengan sangat berhasil dan hebatnya; semoga aku bisa memiliki kekuasaan untuk mengontrol badanku bahkan sejauh dunia surgawi (brahma), kamu akan dapat mencapai kemampuan untuk menjadi saksi di dalam sesuatu bagian yang terkandung di dalamnya apabila ada kesempatan itu.’

23. ‘Sebanyak yang kamu harapkan: “Semoga aku dengan Dibba Sota (telinga Dewa), yang telah dimurnikan dan melampaui kemampuan manusia biasa, mendengar kedua jenis suara-suara, surgawi dan manusia, suara-suara yang jauh maupun dekat”, kamu akan mencapai kemampuan untuk menjadi saksi di dalam setiap bagian yang terkandung di dalamnya apabila terdapat kesempatan itu.’

24. ‘Sebanyak yang kamu inginkan: “Semoga aku mengerti meliputi dengan pikiran terhadap makhluk-makhluk lain,” pikiran-pikiran orang lain; semoga aku dapat mengerti pikiran dengan nafsu seperti pikiran dengan nafsu, dan pikiran tanpa nafsu sebagai pikiran tanpa nafsu; semoga aku mengerti pikiran dengan kebencian seperti pikiran dengan kebencian, dan pikiran tanpa kebencian seperti pikiran tanpa kebencian; semoga aku dapat mengerti pikiran dengan khayalan seperti pikiran dengan khayal, dan pikiran tanpa khayal seperti pikiran tanpa khayal; semoga aku bisa mengerti pikiran yang menciut seperti pikiran menciut, dan pikiran yang kacau balau sebagai pikiran yang kacau; semoga aku mengerti pikiran, yang dimuliakan seperti pikiran dimuliakan, dan pikiran yang tidak dimuliakan seperti pikiran yang tidak dimuliakan; semoga aku mengerti yang melampau batas seperti pikiran yang melampau batas, dan pikiran yang tidak malampau batas seperti yang tidak melampau batas; semoga aku mengerti pikiran yang terkonsentrasi itu seperti yang terkonsentrasi, dan pikiran yang tidak terkonsentrasi seperti yang tidak terkonsentrasi; semoga aku mengerti pikiran yang terbebas seperti pikiran terbebas, dan pikiran yang tidak terbebas seperti tidak terbebas,” kamu akan mencapai kemampuan itu sebagai saksi di dalam sesuatu bagian yang terkandung di dalamnya apabila ada kesempatan itu.’

25. ‘Sebanyak seperti apa yang kamu inginkan: “Semoga aku dapat mengingat-ingat banyak kehidupanku yang lampau, yaitu, satu kelahiran … (seperti di dalam sutta 4, para 27) … jadi dengan detil-detil serta ciri-ciri khususnya semoga aku dapat mengingat kembali masa kehidupanku yang lampau,” kamu akan mencapai kemampuan untuk menjadi saksi di dalam setiap bagaikan yang terkandung di dalamnya apabila terdapat kesempatan itu.’

26 – 27. ‘Sebanyak seperti apa yang kamu inginkan: “Semoga aku dengan merealisir diri sendiri dengan pengetahuan langsung di sini dan sekarang, memasuki dan mengabdikan diri di dalam pembebasan dari hati serta pembebasan dengan mengerti bahwasanya bebas noda dengan pelenyapan noda-noda,” kamu akan mencapai kemampuan untuk menjadi sakti di dalam setiap bagaikan yang terkandung di dalamnya apabila ada kesempatan itu.’

28. ‘Kemudian Bhikkhu Vacchagotta, senang dan gembira karena kata-kata Sang Bhagava, bangkit dari duduknya, dan sambil memberi hormat kepada Sang Buddha, selalu menempatkan di sebelah kanan, pergilah ia meninggalkan tempat itu.’

29. ‘Kemudian dengan berkelana sendiri, menarik diri (dari keramaian dunia), rajin, tekun, dan penguasaan diri sendiri, Bhikkhu Vacchagotta, dengan merealisir diri sendiri dengan pengetahuan langsung di sini dan sekarang, memasuki serta mengabdikan diri ke dalam tujuan agung tersebut dari kehidupan suci, demi tujuan mana seorang awam secara benar masuk dari kehidupan berumah tangga ke penghidupan tanpa rumah tangga. Dengan demikian ia memiliki pengetahuan langsung sebagai berikut: “Kelahiran telah dilenyapkan, hidup suci telah dijalani, apa yang harus dikerjakan telah dikerjakan, tiada ada lagi dari hal-hal ini yang bakal terjadi.’ Dan Bhante Vacchagotta menjadi salah satu dari Arahat-Arahat itu.’

30. ‘Sekarang pada kejadian itu banyak bhikkhu datang mengunjungi Sang Bhagava. Bhikkhu Vacchagotta melihat mereka datang dari jauh. Ketika melihat mereka, ia pergi kepada mereka dan bertanya: “Kemana para bhante ini hendak pergi?”‘
‘Kita akan pergi menemui Sang Bhagava, Avuso.”Dalam hal itu, semoga para muliawan mau memberikan hormat dengan kepala-kepala di bawah kaki Sang Bhagava atas nama diriku demikian: “Bhante, Bhikkhu Vacchagotta memberi hormat dengan kepalanya di bawah kaki Sang Bhagava,” dan mengatakan demikian: “Sang Bhagava telah dipuja olehku, Bhante telah disembah olehku.”

‘Ya, avuso,’ mereka menjawab. Kemudian mereka pergi kepada Sang Bhagava, dan setelah memberi hormat kepadanya mereka duduk pada satu sisi. Ketika mereka telah berbuat demikian, mereka menceritakan kepada Sang Bhagava: “Bhante, Bhikkhu Vacchagotta memberi hormat dengan kepalanya di bawah kaki-kaki Sang Bhagava, dan ia berkata: “Sang Bhagava telah disembah olehku, Bhante telah disembah olehku.”

31. ‘Para bhikkhu, Bhikkhu Vaccchagotta telah Saya kenal melalui pikiran dengan pikiran demikian: “Bhikkhu Vacchagotta telah memiliki Tevijja (tiga abhinna); ia mempunyai sukses besar serta kekuatan besar.” Dan para dewata mengatakan kepada-Ku tentang hal ini juga; “Bhikkhu Vacchagotta memiliki Tiga Pengetahuan Sejati; ia mempunyai keberhasilan besar serta kekuatan besar pula.’

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagava. Para bhikkhu menjadi puas dan mereka senang terhadap kata-kata Sang Bhagava itu.

TEVIJJAVACCHAGOTTA SUTTA

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2k6ON9K-MkehjZNSnuD4a9VFARJ4mN2d6TmtupvugIOA5UXlCssvEiNB0ZoVHXGuWHzNLNyOpCDVczu8nY-SMKiKZrEsb9YUtbNu-hzHu-FuzROdKyWa2V9H2Nqbk-4rpLu9S2FSX8GZe/s1600/23773_104709112885350_100000387850162_121290_3495642_n.jpg
TEVIJJAVACCHAGOTTA SUTTA

Kepada Vacchagotta mengenai Pengetahuan Sejati Berunsur-Tiga

Sumber : Majjhima Nikaya 4
Diterjemahkan dari Bahasa Inggris
Oleh : Dra. Wena Cintiawati, Dra. Lanny Anggawati
Penerbit : Vihara Bodhivamsa, Wisma Dhammaguna, 2007

1. DEMIKIAN YANG SAYA DENGAR. Pada suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di Vesali di Hutan Besar di Aula dengan Atap Runcing.

2. Pada kesempatan itu, seorang kelana bernama Vacchagotta berdiam di Taman Kelana Pohon Mangga Teratai Putih Tunggal.(712)

3. Kemudian, ketika menjelang pagi, Yang Terberkahi berpakaian, mengambil mangkuk serta jubah luar Beliau, dan pergi ke Vesali untuk mengumpulkan dana makanan. Kemudian Yang Terberkahi berpikir: “Saat ini masih terlalu pagi untuk berkelana mengumpulkan dana makanan di Vesali. Sebaiknya aku pergi ke Vacchagotta si kelana di Taman Kelana Pohon Mangga Teratai-Putih Tunggal.”

4. Maka Yang Terberkahi pergi ke Vacchagotta si kelana di Taman Kelana Pohon Mangga Teratai-Putih Tunggal. Vacchagotta si kelana melihat Yang Terberkahi datang dari kejauhan dan berkata kepada Beliau: “Silakan Yang Terberkahi datang, tuan yang terhormat! Selamat datang kepada Yang Terberkahi! Sudah lama Yang Terberkahi tidak mempunyai kesempatan untuk datang kemari. Silahkan Yang Terberkahi duduk; tempat duduk telah siap.” Yang Terberkahi duduk di tempat yang telah disiapkan, dan Vacchagotta si kelana mengambil tempat duduk yang lebih rendah, duduk di satu sisi dan berkata kepada yang Terberkahi:

5. Tuan yang terhormat, saya telah mendengar hal ini: ‘Petapa Gotama menyatakan diri sebagai mahatahu dan melihat-segala, memiliki pengetahuan lengkap dan visi demikian: “Tak peduli apakah aku sedang berjalan atau tidur atau terjaga,pengetahuan dan visi ada padaku secara terus-menerus dan tak-terputus.”’(713) Tuan yang terhormat, apakah mereka yang mengatakan demikian itu menyampaikan apa yang telah dikatakan oleh Yang Terberkahi, dan bukan salah mewakili Beliau dengan apa yang berlawanan dengan kenyataan? Apakah mereka menjelaskan sesuai dengan Dhamma sedemikian sehingga tidak ada dasar untuk celaan apa pun yang dapat secara sah disimpulakn dari pernyataan mereka?”

“Vaccha, mereka yang mengatakan demikian itu tidak menyampaikan apa yang telah dikatakan olehku, melainkan salah mewakiliku dengan apa yang tidak benar dan berlawanan dengan kenyataan.”(714)

6. “Tuan yang terhormat, bagaimana saya harus menjawab agar saya menyampaikan apa yang telah dikatakan oleh Yang Terberkahi dan bukan salah mewakili Beliau dengan apa yang berlawanan dengan kenyataan? Bagaimana saya bisa menjelaskan sesuai dengan Dhamma sedemikian sehingga tidak ada dasar untuk celaan apa pun yang dapat secara sah disimpulkan dari pernyataan saya?”

“Vaccha, jika engkau menjawab demikian: ‘Petapa Gotama memiliki Pengetahuan sejati berunsur-tiga,’ engkau menyampaikan apa yang telah dikatakan olehku dan tidak akan salah mewakiliku dengan apa yang berlawanan dengan kenyataan. Engkau menjelaskan sesuai dengan Dhamma sedemikian sehingga tidak ada dasar untuk celaan apa pun yang dapat secara sah disimpulkan dari pernyataanmu.

7. “Karena sejauh yang aku inginkan, aku mengingat kembali berbagai kehidupan lampauku yang berunsur-banyak, yaitu, satu kelahiran, dua kelahiran…(seperti Sutta 51, §24) … Demikianlah, bersama dengan aspek dan cirri khasnya, aku mengingat berbagai kehidupan lampauku yang berunsur-banyak.

8. “Dan sejauh yang aku inginkan, dengan mata dewa, yang termurnikan dan melampaui manusia, aku melihat para makhluk lenyap dan muncul kembali, rendah dan tinggi, elok dan buruk rupa, beruntung dan sial, dan aku memahami bagaimana para makhluk berlanjut sesuai dengan tindakan-tindakan mereka…(seperti Sutta 51, §25)…

9. “Dan dengan merealisasikan bagi diriku sendiri melalui pengetahuan langsung, aku di sini dan kini masuk dan berdiam di dalam pembebasan pikiran dan pembebasan melalui kebijaksanaan yang tanpa-noda bersama dengan hancurnya noda-noda.

10. Jika engkau menjawab demikian: ‘Petapa Gotama memiliki pengetahuan sejati berunsur-tiga,’ engkau menyampaikan apa yang telah dikatakan olehku dan tidak akan salah mewakiliku dengan apa yang berlawanan dengan kenyataan. Engkau menjelaskan sesuai dengan Dhamma sedemikian sehingga tidak ada dasar untuk celaan apa pun yang dapat secara sah disimpulkan dari pernyataanku.”

11. Ketika  hal ini dikatakan, Vacchagotta si kelana bertanya kepada Yang Terberkahi: “Tuan Gotama, adakah perumah-tangga yang –tanpa meninggalkan belenggu kerumah-tanggaan- pada saat hancurnya tubuh telah mengakhiri penderitaan?”(715)

“Vaccha, tidak ada perumah-tangga yang –tanpa meninggalkan belenggu kerumah-tanggaan-pada saat hancurnya tubuh telah mengakhiri penderitaan.”

12. “Tuan Gotama, adakah perumah-tangga yang-tanpa meninggalkan belenggu kerumah-tanggaan-pada saat hancurnya tidah masuk ke surga?”

Vaccha, tidak hanya ada seratus atau dua atau tiga atau empat atau lima ratus, melainkan ada jauh lebih banyak perumah-tangga yang –tanpa meninggalkan belenggu kerumah-tanggaan-pada saat hancurnya tubuh masuk ke surga.”

13. “Tuan Gotama, adakah Ajivika yang –paada saat hancurnya tubuh – telah mengakhiri penderitaan?”(716)

“Vaccha, tidak ada Ajivika yang – pada saat hancurnya tubuh –telah mengakhiri penderitaan.”

14. “Tuan Gotama, adakah Ajivika yang – pada saat hancurnya  tubuh – masuk ke surga?”

“ Bila kuingat kembali masa sembilan-puluh-satu kalpa yang telah lalu, Vaccha, aku tidak ingat satu Ajivika pun yang –pada saat hancurnya tubuh – masuk ke surga, dengan satu perkecualian, dan dia memegang doktrin kemujaraban moral tindakan, doktrin kemujaraban moral prbuatan-perbuatan.”(717)

15. “Kalau demikian adanya, Tuan Gotama, sekte lain ini terbungkus dalam kekosongan bahkan untuk [kesempatan] menuju ke alam surga.”

“Karena demikianlah adanya, vaccha, sekte lain ini terbungkus dalam kekosongan bahkan untuk [kesempatan] menuju ke surga.”

Demikianlah yang dikatakan oleh Yang Terberkahi. Vacchagotta si kelana merasa puas dan bergembira di dalam kata-kata Yang Terberkahi.

Catatan

(712) Sutta ini dan dua berikutnya tampaknya menyajikan keterangan kronologis tentang evolusi spiritual Vacchagotta. Samyutta Nikaya berisi seluruh bagian diskusi-diskusi pendek antara Sang Buddha dan Vacchagotta, SN 33/iii.257-62. Lihat juga SN 44:7 – 11/ iv.391-402.

(713) Ini merupakan jenis kemahatahuan yang dinyatakan oleh guru Jain Nigantha Nataputta di MN 14. 17.

(714)MA menjelaskan bahwa walaupun sebagian pernyataan itu sah, Sang Buddha menolak seluruh pernyataan karena bagian yang tidak sah itu. Bagian pernyataan yang sah adalah penegasan bahwa Sang Buddha adalah mahatahu dan melihat-segala; bagian yang berlebihan adalah penegasan bahwa pengetahuan dan visi terus-menerus berada di dalam diri Beliau. Menurut Tradisi Theravada, Sang Buddha adalah mahatahu dalam pengertian bahwa Beliau bepotensi mengakses semua hal yang dapat diketahui. Tetapi, Beliau tidak dapat mengetahui segalanya secara sekaligus dan harus menyebutkan apa yang ingin Beliau ketahui. Di MN 90.8 Sang Buddha mengatakan bahwa memang mungkin untuk mengetahui dan melihat semuanya, walaupun tidak secara sekaligus, dan di AN 4:24 / ii.24 Beliau menyatakan mengetahui semua yang dapat dilihat, didengar, dirasakan, dan dikognisi, yang dippahammiii  oleh tradisi  Theravaada  sebagi penegasan  kemahatahuan dalam pengertian yang memenuhi syarat. Lihat juga dalam hubungan ini Miln 102-7.

(715) MA menjelaskan “belengguu kerumah-tangga” (gihisamyojana) sebagai kemelekatan pada kebutuhan-kebutuhan perumah-tangga, yang oleh MT dirinci sebagai tanah, hiasan, kekayaan, biji-bijian, dsb. MA mengatakan bahwa walaupun teks-teks menyebutkan beberapa individu yang mencapai tingkat arahat sebagai perumah-tangga, melalui jalan tingkat arahat mereka menghancurkan semua kemelekatan pada  hal-hal duniawi sehingga menjadi bhikkhu atau meninggal segera setelah pencapaian mereka. Pernyataan tentang Arahat awam dibahas di Miln 264.

(716) Tentang Ajivika, lihat MN 5.5.

(717) Karena Ajivika ini percaaya paaadaa manjurnya moral tindakan, sebetulnya dia tidak dapat menganut fatalisme filosofis orthodoks para Ajivika, yang menolak peran karma yang berlaku  serta perbuatan-berkehendak dalam mengubah nasib manusia. MA mengidentifikasi Ajivika ini dengan Bodhisatta dalam kelahiran sebelumnya.