*MAHAHATTHIPADOPAMA SUTTA
Sumber : Kitab Suci Sutta Pitaka II, Modul 7-12, Oleh :
Corneles Wowor, MA.,
Penerbit : Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Hindu dan Buddha
dan Universitas Terbuka, 1992
Penerbit : Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Hindu dan Buddha
dan Universitas Terbuka, 1992
1. Demikianlah yang saya dengar
Pada suatu waktu Sang Bhagava sedang berada di
Jetavana, taman milik Anathapindika, Savatthi. Di tempat itu Bhikkhu Sariputta
berkata kepada para bhikkhu: “Avuso.”
“Ya, Avuso,” jawab mereka.
“Ya, Avuso,” jawab mereka.
Selanjutnya, Bhikkhu Sariputta
berkata:
2. “Teman-teman, seperti halnya jejak
kaki semua makhluk hidup yang berjalan dapat dimasukan ke dalam jejak kaki
gajah, karena dianggap jejak kaki gajah adalah yang terbesar di antara
semuanya, demikian juga Dhamma-dhamma yang menguntungkan, mereka semua dapat
dimasukkan ke dalam Empat Kesunyataan Mulia. Ke dalam empat hal apakah?”
3. “Ke dalam Kesunyataan Mulia tentang
adanya Dukkha, ke dalam Kesunyataan Mulia tentang awal mula dukkha, ke dalam
Kesunyataan Mulia tentang terhentinya Dukkha dan ke dalam Kesunyataan Mulia
tentang Jalan Menuju Terhentinya Dukkha.”
4. “Apakah Kesunyataan Mulia tentang
adanya Dukkha? Kelahiran adalah Dukkha, umur tua adalah Dukkha, kematian adalah
Dukkha; penderitaan dan penyesalan, sakit, kesedihan dan putus asa adalah
Dukkha; tidak mendapatkan suatu yang diinginkan adalah Dukkha; pokoknya lima
kelompok yang terpengaruh oleh kemelekatan adalah Dukkha.”
5. “Dan apakah lima kelompok yang
terpengaruh oleh kemelekatan? Mereka adalah kelompok bentuk yang terpengaruh
oleh kemelekatan, kelompok perasaan yang terpengaruh oleh kemelekatan, kelompok
pencerapan yang terpengaruh oleh kemelekatan, kelompok bentuk pikiran yang
terpengaruh oleh kemelekatan dan kelompok kesadaran yang terpengaruh oleh
kemelekatan.”
6. “Apakah kelompok bentuk yang
terpengaruh oleh kemelekatan? Itu adalah empat unsur dasar utama dan setiap
bentuk yang ditimbulkannya.”
7. “Apakah empat unsur dasar utama itu?
Mereka adalah unsur tanah, unsur air, unsur api dan unsur udara.”
(Tanah)
8. “Apakah unsur tanah itu?
Unsur tanah dapat merupakan suatu yang berada di dalam atau di luar
seseorang.”"Apakah unsur tanah yang berada di dalam diri seseorang? Apapun
yang terdapat dalam diri seseorang, milik seseorang, yang berbentuk padat,
dapat dipadatkan dan melekat padanya, misalnya, rambut kepala, bulu badan,
kuku-kuku, gigi-gigi, daging, otot-otot, tulang-tulang, tulang rawan, jantung,
ginjal, lever, isi perut, limpa, paru-paru, usus, batas rongga perut dan dada,
tenggorokan, kotoran, atau apa saja yang ada pada seseorang, milik seseorang,
yang berbentuk padat, dapat dipadatkan dan melekat: ini disebut sebagai unsur
tanah dalam diri seseorang.”"Nah unsur tanah, baik yang berada di dalam
atau di luar diri seorang, secara singkat disebut unsur tanah. Hal ini harus
dilihat dengan pengertian benar sebagaimana mestinya sehingga: “Ini bukanlah
milikku, ini bukanlah aku, ini bukanlah kepunyaanku.”"Bila seseorang
melihat hal ini dengan pengertian benar sebagaimana mestinya, dia tidak akan
terpengaruh dengan emosinya terhadap unsur tanah ini, dia menghindarkan nafsu
terhadap unsur tanah ini dari pikirannya.”
9. “Nah, ada kemungkinan unsur tanah yang
berada di luar diri seseorang terganggu sehingga unsur itu rusak.”
10. “Walaupun unsur tanah di luar diri
seseorang demikian besar, hal ini dilukiskan sebagai suatu yang tidak kekal,
suatu yang dapat rusak, suatu yang dapat lenyap, suatu yang dapat berubah,
demikian halnya dengan tubuh ini, yang melekat oleh nafsu dan berlangsung
sementara? Tidak ada sesuatu yang dapat dianggap sebagai Aku, Milikku atau
Adalah aku.
11. “Karenanya, (setelah melihat unsur ini
sebagaimana mestinya) bila orang lain menipu dan mengkritik dengan kasar,
mengutuk dan mengancam seorang bhikkhu, dia mengerti: “Perasaan sakit dari
telinga sedang muncul dalam diriku. Yang mana bergantung dan bukanlah suatu
yang bebas sifatnya. Bergantung dengan apa? Bergantung dengan kontak.” Kemudian
ia melihat bahwa kontak itu sendiri tidaklah kekal, perasaan itu tidaklah
kekal, pencerapan itu tidaklah kekal, bentuk pikiran itu tidaklah kekal. Dan
pikirannya yang sudah menangkap objek (bagian dari kelompok bentuk), membuat
suatu unsur pendukung, memasukinya (objek pikiran yang baru kini sudah kuat)
dan mendapatkan kepercayaan, kekuatan dan pendirian.”
12. “Nah, bila orang lain menyerang bhikkhu
itu dengan kepalan tinju, bongkahan tanah, tongkat atau pisau secara tidak
diharapkan, tidak disengaja atau secara kebetulan, dia mengerti: “Tubuh ini
adalah suatu di mana kontak dengan kepalan tinju, bongkahan tanah, tongkat dan
pisau terjadi. Tetapi ini telah dikatakan Sang Bhagava dalam percakapannya
tentang perumpamaan gergaji. Walaupun bandit-bandit dengan buasnya memotong
dahan-dahan kayu dengan gergaji, seorang yang penuh dengan kebencian di dalam
hatinya tak akan dapat melaksanakan ajaranku. Karenanya energi yang tak kenal
lelah harus kubangkitkan dan pikiran yang tenang tercipta, tubuhku akan tenang
dan tidak terpengaruh, pikiranku akan terkonsentrasi dan menyatu. Dan sekarang
biarlah kontak dengan tinju, bongkah tanah, tongkat dan pisau terjadi pada
diriku. Karena ini adalah pesan Para Buddha bagaimana menerima suatu hasil dari
kamma.”
13. “Bila seseorang mengingat Buddha, Dhamma
dan Sangha, ketenangan batin tidak muncul sebagai suatu dukungan yang
bermanfaat, lalu dia membangkitkan perasaan menekan seperti ini: “Ini tak
berarti bagiku, ini tak menguntungkan bagiku, ini tak baik bagiku, ini buruk
bagiku, jika aku mengingat Buddha, Dhamma dan Sangha tapi ketenangan batin tak
timbul sebagai suatu hal yang bermafaat.” Seperti ketika seorang menantu
perempuan memperhatikan mertua laki-lakinya, ia mempunyai perasaan mengabdikan
diri, demikian juga, bila seorang Bhikkhu … hal menguntungkan dan berguna.”
14. “Tetapi bila seorang Bhikkhu mengingat
Buddha, Dhamma dan Sangha sehingga ketenangan batin timbul sebagai suatu
dukungan yang bermanfaat, dia akan merasa puas. Dalam hal ini, teman, banyak hal
yang telah dilakukan oleh bhikkhu tersebut.”
(Air)
15. “Apakah unsur air itu? Unsur
air itu dapat berada di dalam diri seseorang atau di luar diri
seseorang.”"Apakah unsur air yang berada dalam diri
seseorang?”"Apapun yang berada di dalam diri seseorang, milik seseorang,
berupa air, bersifat cair dan melekat, yaitu air empedu, lendir, nanah, darah,
keringat, gajih, air mata, minyak, air ludah, dahak, minyak persendian, air
seni, atau apa saja yang berada di dalam diri seseorang, milik seseorang, yang
berbentuk air, bersifat cair dan melekat.”"Nah unsur air, baik yang berada
di dalam atau di luar diri seseorang, secara singkat disebut unsur air. Hal ini
harus dilihat dengan pengertian benar sebagaimana mestinya sehingga: “Ini
bukanlah milikku, ini bukanlah aku, ini bukanlah kepunyaanku.”“Bila
seseorang melihat hal ini dengan pengertian benar sebagaimana mestinya, dia
tidak akan terpengaruh dengan emosinya terhadap unsur air ini, dia
menghindarkan nafsu terhadap unsur air ini dari pikirannya.”
16. “Ada kemungkinan bahwa unsur air itu
terganggu, ia akan menghanyutkan desa, kota kecil, kota besar, wilayah dan
suatu propinsi. Ada kemungkinan air di samudra luas tenggelam seratus league…
dua ratus league… tujuh ratus league. Ada kemungkinan air di samudra luas dalamnya
setinggi tujuh pohon palem, dalamnya setinggi enam pohon palem,… dua pohon
palem, hanya sebuah pohon palem. Ada kemungkinan air di samudra dalamnya
setinggi tujuh badan orang dewasa, enam… hanya setinggi badan seorang dewasa.
Ada kemungkinan air di samudra setinggi setengah badan orang dewasa, hanya
setinggi pinggang, hanya setinggi dengkul, hanya setinggi mata kaki. Ada
kemungkinan air di samudra tidak cukup untuk membasahi bahkan disentuh oleh
tangan.”
17. “Walaupun unsur air di luar diri
seseorang, demikian besar, hal ini dilukiskan sebagai suatu yang tidak kekal,
suatu yang dapat rusak, suatu yang dapat lenyap, suatu yang dapat berubah,
demikian pula dengan tubuh ini, yang melekat oleh nafsu dan berlangsung
sementara? Tidak ada sesuatu yang dapat dianggap sebagai Aku, Milikku
atau Adalah aku.
18-21.
“Karenanya, (setelah melihat unsur ini sebagaimana mestinya) bila orang lain
menipu…(ulang paragrap 11-14)… banyak hal yang telah dilakukan oleh Bhikkhu
tersebut.”
(Api)
22. “Apakah unsur api itu? Unsur
api itu dapat berada di dalam diri seseorang atau di luar diri
seseorang.”"Apakah unsur api yang berada dalam diri
seseorang?”"Apapun yang berada di dalam diri seseorang, milik seseorang,
yang berupa api, bersifat api dan melekat, yaitu suatu yang hangat,
bertahan/berjangka waktu, dipakai, yang mana dimakan, diminum, dikunyah, dan
dikecap atau ditelan, atau apa saja yang berada di dalam diri seseorang, milik
seseorang, yang berupa api, bersifat panas dan melekat: ini disebut unsur di
dalam diri seseorang.”"Nah unsur api, baik yang berada di dalam atau di
luar diri seorang secara singkat disebut unsur api. Hal ini harus dilihat
dengan pengertian benar sebagaimana mestinya sehingga: “Ini bukanlah milikku,
ini bukanlah aku, ini bukanlah kepunyaanku.”"Bila seseorang melihat hal
ini dengan pengertian benar sebagaimana mestinya, dia tidak akan terpengaruh
dengan emosinya terhadap unsur api ini, dia melenyapkan nafsu terhadap unsur
api ini dari pikirannya.”
23. “Ada kemungkinan unsur api di luar badan
manusia ini terganggu. Ia akan membakar habis sebuah desa, kota kecil, kota
besar, wilayah atau propinsi dan negara. Api membakar rumput hijau atau sebuah
batu atau sebuah jalan, air atau udara terbuka, hanya untuk mencari bahan
bakar. Bahkan ada kemungkinan orang akan membuat api dengan cakar ayam atau
tulang ikan.”
24. “Walaupun unsur api di luar diri
seseorang, demikian besar, hal ini dilukiskan sebagai suatu yang tidak kekal,
suatu yang dapat rusak, suatu yang dapat lenyap, suatu yang dapat berubah,
demikian halnya dengan tubuh ini, yang melekat oleh nafsu dan berlangsung
sementara? Tidak ada sesuatu yang dapat dianggap sebagai “Aku”, “Milikku” atau
“Adalah aku”.”
25-28. “Karenanya, (setelah melihat unsur ini
sebagaimana mestinya) bila orang lain menipu…(ulang paragrap 11-14)… banyak hal
yang telah dilakukan oleh Bhikkhu tersebut.”
(Udara)
29. “Apakah unsur udara itu? Unsur
udara itu dapat berada di dalam diri seseorang atau di luar diri
seseorang.”"Apakah unsur udara yang berada dalam diri
seseorang?”"Apapun yang berada di dalam diri seseorang, milik seseorang,
berupa udara, bersifat udara dan melekat, yaitu tekanan udara yang naik,
tekanan udara yang menurun, tekanan udara di dalam perut, tekanan udara dalam
usus, tekanan udara yang tersebar di semua anggota tubuh, dalam nafas, atau apa
saja yang berada di dalam diri seorang, milik seseorang, yang berupa udara,
bersifat udara dan melekat: ini yang disebut dengan unsur udara yang berada di
dalam diri seseorang.”"Nah unsur udara, baik yang berada di dalam atau di
luar diri seorang, secara singkat disebut unsur udara. Hal ini harus dilihat
dengan pengertian benar sebagaimana mestinya sehingga: Ini bukanlah milikku,
ini bukanlah aku, ini bukanlah kepunyaanku.”"Bila seseorang melihat hal
ini dengan pengertian benar sebagaimana mestinya, dia tidak akan terpengaruh
emosinya terhadap unsur api ini, dia menghindarkan nafsu terhadap unsur udara
ini dari pikirannya.”
30. “Ada kemungkinan unsur udara di luar
badan manusia ini terganggu. Ia akan menyapu habis sebuah desa, kota kecil,
kota besar, wilayah atau propinsi dan negara. Ada kemungkinan pada masa akhir
musim panas, ketika orang mencari angin dengan kipas angin atau lobang angin
bahkan jalinan tali rumbai, tetapi tidak berputar.”
31. “Walaupun unsur udara di luar diri
seseorang, demikian besar, hal ini dilukiskan sebagai suatu yang tidak kekal,
suatu yang dapat rusak, suatu yang dapat lenyap, suatu yang dapat berubah,
demikian halnya dengan tubuh ini, yang melekat oleh nafsu dan berlangsung
sementara? Tidak ada sesuatu yang dapat dianggap sebagai “Aku”, “Milikku” atau
“Adalah aku”.”
32-35. “Karenanya, (setelah melihat unsur ini
sebagaimana mestinya) bila orang lain menipu… (ulang paragrap 11-14)… banyak
hal yang telah dilakukan oleh Bhikkhu tersebut.”
36. “Seperti sebuah ruangan ditutup oleh
balok kayu, tanaman dan tanah, maka timbulah istilah “rumah”. Demikian juga
bila sebuah ruangan ditutup oleh tulang-tulang dan otot-otot, daging dan kulit,
sehingga timbullah istilah tubuh.”
37. “Bila landasan mata seseorang masih
sempurna tetapi tidak ada bentuk luar yang memasuki pintu kesadarannya dan
tidak ada hubungan kesadaran yang semestinya, maka tidak ada pembentukan pada
tingkat kesadaran itu. Bila landasan mata seseorang masih sempurna dan ada
bentuk luar yang memasuki pintu kesadarannya tetapi tidak ada hubungan
kesadaran yang semestinya, maka tidak ada pembentukan pada tingkat kesadaran
itu. Tetapi bila landasan mata seseorang masih sempurna, kemudian ada bentuk
luar yang memasuki pintu kesadarannya dan adanya hubungan kesadaran yang
semestinya, maka terjadilah pembentukan pada tingkat kesadaran itu.”
38. “Bentuk apapun yang demikian, termasuk kelompok
bentuk yang dipengaruhi kemelekatan. Perasaan apapun yang demikian, termasuk
kelompok perasaan dipengaruhi kemelekatan. Pencerapan apapun yang demikian,
termasuk kelompok pencerapan yang dipengaruhi kemelekatan. Bentuk pikiran
apapun yang demikian, termasuk kelompok bentuk pikiran yang dipengaruhi
kemelekatan. Kesadaran apapun yang demikian, termasuk kelompok kesadaran yang
dipengaruhi kemelekatan.”"Dia mengerti bagaimana hal ini dirangkum,
dimasukkan, dikumpulkan ke dalam kelompok lima yang dipengaruhi oleh
kemelekatan ini. Sang Bhagava pernah mengatakan begini: “Dia yang melihat asal
mula ketergantungan melihat Dhamma: Dia yang melihat Dhamma dan melihat asal
mula ketergantungan.” Lima kelompok yang dipengaruhi kemelekatan ini, timbul
secara bergantungan. Keinginan untuk mengandalkan, menyetujui atau menerima,
lima kelompok yang dipengaruhi oleh kemelekatan ini, adalah asal mula penderitaan.
Melenyapkan dan meninggalkan nafsu dan keinginan untuk hal-hal tersebut adalah
terhentinya penderitaan. Sampai pada keadaan ini, telah banyak yang dikerjakan
oleh bhikkhu tersebut.”
39-40. “Bila landasan telinga seseorang berfungsi
dengan baik tetapi tidak ada objek suara yang memasuki pintu kesadarannya…
(lihat paragrap 37-38)… telah banyak yang dikerjakan oleh bhikkhu tersebut.”
41-42. “Bila landasan hidung seseorang berfungsi
dengan baik tetapi tidak ada objek bau yang memasuki pintu kesadarannya… telah
banyak yang dikerjakan oleh bhikkhu tersebut.”
43-44. “Bila landasan lidah seseorang berfungsi
dengan baik tetapi tidak ada objek rasa yang memasuki pintu kesadarannya… telah
banyak yang dikerjakan oleh bhikkhu tersebut.”
45-46. “Bila landasan tubuh seseorang berfungsi
dengan baik tetapi tidak ada objek sentuhan yang memasuki pintu kesadarannya…
telah banyak yang dikerjakan oleh bhikkhu tersebut.”
47-48. “Bila pikiran seseorang berfungsi dengan baik
tetapi tidak ada obyek Dhamma yang memasuki pintu kesadarannya… telah banyak
yang dikerjakan oleh bhikkhu tersebut.”Inilah yang dikatakan oleh Bhikkhu
Sariputta. Para bhikkhu merasa puas dan bergembira dengan kata-kata beliau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar