CULATANHASANKHAYA SUTTA
Khotbah pendek
tentang Hancurnya Nafsu Keinginan
Sumber
: Sutta Pitaka Majjhima Nikaya II,
Diterjemahkan
oleh : Dra. Wena Cintiawati & Dra. Lanny Anggawati
Penerbit
Vihara Bodhivamsa, Wisma Dhammaguna, Klaten, 2005
1. Demikian yang saya dengar. Pada suatu
ketika Yang terberkahi sedang berdiam di Savatthi di Taman Timur, di Istana Ibu
Migara.
2. Pada saat itu, Sakka, penguasa para dewa,
mendatangi Yang Terberkahi. Setelah memberi hormat kepada Beliau, dia berdiri
di satu sisi dan bertanya: “Yang Mulia Bhante, secara ringkas bagaimanakah
seorang bhikkhu terbebas melalui hancurnya nafsu keinginan, orang yang telah
mencapai tujuan tertinggi, jaminan tertinggi untuk bebas dari belenggu,
kehidupan suci tertinggi, tujuan tertinggi, ia yang terkemuka di antara para
dewa dan manusia?”395
3. “Di sini, wahai penguasa para dewa,
seorang bhikkhu telah mendengar bahwa tak ada sesuatu pun yang pantas dilekati.
Ketika seorang bhikkhu telah mendengar bahwa tak ada sesuatu pun yang pantas
dilekati, secara langsung dia mengetahui segalanya; setelah secara langsung
mengetahui segalanya, dia sepenuhnya memahami segalanya; setelah sepenuhnya
memahami segalanya, maka perasaan apa pun yang dia rasakan, tidak peduli
menyenangkan atau menyekitkan atau bukan-menyakitkan-pun-bukan-menyenangkan,
dia berdiam merenungkan ketidak-kekalan di dalam peresaan-perasaan itu,
merenungkan pudarnya, merenungkan penghentian, merenungkan pelepasan. Dengan
merenungkan demikian, dia tidak melekati apa pun di dunia ini. Ketika tidak
melekat, dia tidak gelisah. Ketika tidak gelisah, secara pribadi dia mencapai
Nibbana.396 Dia memahami:
‘Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus
dilakukan telah dilakukan, tidak ada lagi kelahiran di dalam keadaan dumadi apa
pun.’ Secara ringkas, wahai penguasa para dewa, dengan cara demikianlah seorang
bhikkhu terbebas melalui hancurnya nafsu keinginan, orang yang telah mencapai
tujuan tertinggi, jaminan tertinggi untuk bebas dari belenggu, kehidupan suci
tertinggi, tujuan tertinggi, dia yang terkemuka di antara para dewa dan
manusia.”
4. Kemudian Sakka, peguasa para dewa, karena
gembira dan bersukacita dengan kata-kata Yang Terberkahi, memberi hormat kepada
Yang Terberkahi. Dan dengan tatap menjaga agar Beliau tetap berada di sebelah
kanannya, dia pun segera lenyap.
5. Pada kesempatan itu, Y.M. Maha Moggallana
sedang duduk tidak jauh dari Yang Terberkahi. Kemudian beliau berpikir: “Apakah
dewa itu tadi bisa menembus arti kata-kata Yang Terberkahi ketika dia
bersukacita, atau tidak? Sebaiknya saya mencari tahu apakah dia bisa atau
tidak.”
6. Kemudian, secepatnya orang kuat bisa
meluruskan tangannya yang tertekuk atau menekuk tangannya yang lurus, Y.M. Maha
Moggallana lenyap dari Istana Ibu Migara di Taman Timur dan muncul di antara
para dewa di Alam Tiga-puluh-tiga Dewa.
7.
Pada kesempatan itu, Sakka, penguasa
para dewa, diperlengkapi dan diberkahi ratusan kali dengan lima jenis musik
surgawi, dan dia sedang menikmatinya di Taman Hiburan Teratai Tunggal. Ketika
melihat Y.M. Maha Moggallana dari jauh, dia menhentikan musikitu, mwnghampiri
Y.M. Maha Moggallana, dan berkata pada beliau: “Mari, Bhante Moggallana yang
baik! Selamat datang, Bhante Moggallana yang baik! Sudah lama Y.M. Moggallana
yang baik, sejak Bhante mendapatkan kesempatan untuk datang ke sini, Silahkan
duduk, Bhante Moggallana yang baik; tempat duduk ini telah siap.”
Y.M. Maha Moggallana
duduk di tempat duduk yang telah disiapkan, dan Sakka mengambil tempat duduk
yang rendah dan duduk di satu sisi. Y.M. Maha Moggallana kemudian bertanya
kepadanya:
8.
“Kosiya,397 bagaimanakah
Yang Terberkahi menyatakan kepadamu secara ringkas pembebasan melalui hancurnya
nafsu keinginan? Akan baik jika kita bisa juga mendengar pernyataan itu.”
“Bhante Moggallana yang baik, kami amat
sibuk, amat banyak yang harus kami lakukan, tidak hanya urusan kami sendiri,
tetapi juga urusan para dewa di Alam Tiga-Puluh-tiga Dewa. Sealain itu, Bhante
Moggallana yang baik, apa yang didengar dengan baik, dipelajari dengan baik, diperhatikan
dengan baik, diingat dengan baik, tidak lenyap secara tiba-tiba. Bhante
Moggallana yang baik, pernah terjadi ada perang yang pecah antara para dewa dan
para raksasa.398 Di dalam perang itu para dewa menang dan para
raksasa kalah. Ketika saya telah memenangkan perang itu dan kembali dari sana
sebagai penakluk, saya menyuruh agar Istana Vejayanta di bangun. Bhante
Moggallana yang baik, Istana Vejayanta memiliki seratus menara, dan setiap
menara memiliki tujuh ratus ruang di lantai atas, dan setiap ruang di lantai
atas memiliki tujuh peri, dan setiap peri mempunyai tujuh pelayan. Maukah
Bhante melihat keelokan Istana Vejayanta, Bhante Moggallana yang baik?” Y.M.
Maha Moggallana setuju dengan berdiam diri.
9. Kemudian Sakka, penguasa para dewa, dan
Raja Vessavana yang agung399 pergi menuju Istana Vejayanta, dengan
mendahulukan Y.M. Maha Moggallana. Ketika para pelayan Sakka melihat Y.M. Maha
Moggallana dari jauh, mereka malu dan jengah, dan mereka masing-masing masuk ke
kamarnya sendiri-sendiri. Seperti halnya seorang menantu perempuan malu dan
jengah ketika melihat ayah mertuanya, demikian pula ketika para pelayan Sakka
melihat Y.M. Maha Moggallana datang, mereka malu dan jengah dan mereka masuk ke
kamarnya sendiri-sendiri.
10.
Kemudian Sakka, pengusa para dewa, dan
Raja Vessavana yang agung mengajak Y.M. Maha Moggallana berjalan ke semua
penjuru dan menjelajahi Istana Vejayanta. “Lihatlah, Bhante Moggallana yang
baik, keelokan Istana Vejayanta ini! Lihatlah Bhante Moggallana yang baik,
keelokan Istana Vejayanta ini.”
“Hal ini memberikan pujian bagi Yang
Mulia Kosiya sebagai orang yang dahulu telah melakukan tindakan jasa; dan kapan
pun makhluk-makhluk manusia melihat apa pun yang elok, mereka mengatakan:
‘Tuan-tuan, hal ini memberikan pujian bagi para dewa di Alam Tiga-puluh-tiga
Dewa!’ Hal ini memberikan pujian bagi Yang Mulia Kosiya sebagai orang yang
dahulu telah melakukan tindakan jasa.”
11. Kemudian Y.M. Maha Moggallana
mempertimbangkan demikian: “Makhluk halus ini sungguh hidup amat sangat lalai.
Bagaimana jika saya menggugah rasa kemendesakan di dalam dirinya?” Kemudian
Y.M. Maha Moggallana mempertunjukan perbuatan dengan kekuatan kesaktian yang
sedemikian rupa, sehingga dengan ujung jari kakinya beliau membuat Istana
Vejayanta terguncang dan bergetar dan gemetar.400 Sakka dan Raja
Vessavana yang agung serta para dewa di Alam Tiga-puluh-tiga Dewa merasa amat
takjub dan kagum, dan mereka berkata, “Tuan-tuan, hal ini luar biasa, hal ini
menakjubkan, kekuatan dan kekuasaan macam apa yang dimiliki petapa itu,
sehingga dengan ujung jari kakinya beliau mampu membuat bagian surgawi ini
terguncang dan bergetar serta gemetar!”
12.
Ketika Y.M. Maha Moggallana mengetahui
bahwa Sakka, penguasa para dewa, tergugah oleh rasa kemendesakan dengan bulu
kuduknya berdiri, beliau bertanya kepada Sakka: “Kosiya, bagaimana Yang
Terberkahi secara ringkas menyatakan kepadamu pembebasan melalui hancurnya
nafsu keinginan? Akan baik jika kita juga bisa mendengar pertanyaan itu.”
“Bhante Moggallana yang baik, saya
mendatangi Yang Terberkahi. Setelah memberi hormat kepada Beliau, saya berdiri
di satu sisi dan bertanya: “Yang Mulia Bhante, … [seperti di § 2] … di antara
para dewa dan manusia?” Ketika hal ini dikatakan, Bhante Moggallana yang baik,
Yang Terberkahi memberitahu saya: ‘Di sini wahai penguasa para dewa, … [seperti
di §3] di antara para dewa dan manusia.’ Demikianlah secara ringkas Yang Terberkahi
menyatakan kepadaku pembebasan melalui hancurnya nafsu keinginan, Bhante
Moggallana yang baik.”
13. Pada waktu itu Y.M. Maha Moggallana
bergembira dan bersukacita dengan kata-kata Sakka, penguasa para dewa. Kemudian,
secepat pria yang kuat meregangkan tangannya yang tertekuk, atau menekuk
tangannya yang teregang, dia lenyap dari antara para dewa di Alam
Tiga-puluh-tiga Dewa dan muncul di Taman Timur di Istana Ibu Migara.
14. Setelah itu, tak lama setelah Y.M. Maha
Moggallana pergi, para pelayan Sakka, penguasa para dewa, bertanya kepada
Sakka: “Tuan yang baik, apakah itu tadi gurumu, Yang Terberkahi?” – “Bukan,
tuan-tuan yang baik, itu tadi bukan guruku Yang Terberkahi. Beliau adalah salah
satu sahabatku di dalam kehidupan suci, Y.M. Maha Moggallana.”401 –
“Tuan yang baik, merupakan suatu keuntungan bagimu bahwa sahabatmu di dalam
kehidupan suci memiliki kekuatan dan kekuasaan sedemikian rupa. Betapa Gurumu,
Yang Terberkahi, jauh lebih hebat daripada itu!”
15.
Kemudian Y.M. Maha Moggallana
menghadap Yang Terberkahi, dan setelah memberi hormat Beliau, dia duduk di satu
sisi dan bertanya kepada Yang Terberkahi, “Bhante, apakah Yang Terberkahi ingat
telah menyatakan secara ringkas-kepada satu makhluk halus yang terkenal dengan
sejumlah besar pengikut-pembebasan melalui hancurnya nafsu keinginan?”
“Aku memang ingat
telah melakukan hal itu, Moggallana. Di sini, Sakka, penguasa para dewa, telah
datang kepadaku, dan setelah memberi hormat kepadaku, dia berdiri di satu sisi
dan bertanya: ‘Yang Mulia Bhante, secara ringkas bagaimanakah seorang bhikkhu
terbebas melalui hancurnya nafsu keserakahan, orang yang telah mencapai tujuan
tertinggi, jaminan tertinggi untuk bebas dari belenggu, kehidupan suci
tertinggi, tujuan tertinggi, ia yang terkemuka di antara para dewa dan
manusia?’ Ketika hal ini dikatakan, aku memberitahu dia: ‘Di sini, wahai
pengasa para dewa, seorang bhikkhu telah mendengar bahwa tak ada sesuatu pun
yang pantas dilekati. Ketika seorang bhikkhu telah mendengar bahwa tak ada
sesuatu pun yang pantas dilekati, secara langsung dia mengetahui segalanya;
setelah secara langsung mengetahui segalanya, dia sepenuhnya memahami
segalanya; setelah sepenuhnya memehami segalanya, maka perasaan apa pun yang
dia rasakan, tidak peduli menyenangkan atau menyakitkan atau
bukan-menyakitkan-pun-bukan-menyenangkan, dia berdiam merenungkan
ketidak-kekalan di dalam perasaan-perasaan itu, merenungkan pudarnya,
merenungkan penghentian, merenungkan pelepasan. Dengan merenungkan demikian,
dia tidak melekati apa pun di dunia ini. Ketika tidak melekat, dia tidak
gelisah. Ketika tidak gelisah, secara pribadi dia mencapai Nibbana. Dia
memahami: “Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang
harus dilakukan telah dilakukan, tidak ada lagi kelahiran di dalam keadaan
dumadi apa pun.” Secara ringkas, wahai penguasa para dewa, dengan cara demikian
seorang bhikkhu terbebas melalui hancurnya nafsu keinginan…di antara para dewa
dan manusia.’ Demikianlah aku ingat telah menyatakan secara ringkas kepada
Sakka, pengasa para dewa, pembebasan melalui hancurnya nafsu keinginan.”
Demikianlah yang dikatakan oleh Yang
Terberkahi. Y.M. Maha Moggallana merasa puas dan bersukacita di dalam kata-kata
Yang Terberkahi.
Catatan :
(395) MA: Sakka bertanya tentang praktek awal
seorang bhikkhu Arahat, yang melalui praktek itu dia menjadi terbebas karena
hancurnya nafsu keinginan.
(396) MA menjelaskan bacaan ini sebagai berikut:
“Segalanya” (saabbe dhamma) adalah lima kelompok kehidupan, dua belas landasan,
delapan belas elemen. Hal-hal inilah yang “tidak pantas didekati” melalui nafsu
keinginan dan pandangan-pandangan, karena pada kenyataannya sifat hal-hal itu
ternyata berbeda dari caranya dipahami: dipahami sebagai bersifat kekal, menyenangkan,
dan diri, namun ternyata hal-hal itu bersifat tidak kekal, penderitaan, dan
bukan-diri. Dia “langsung mengetahui” hal-hal itu sebagai tidak kekal,
penderitaan dan bukan-diri, dan “sepenuhnya memahami” hal-hal itu dengan cara
menelitinya dengan cara yang sama. “Merenungkan ketidak-kekalan” dsb., dicapai
melalui pengetahuan kebijaksanaan tentang kemunculan dan kejatuhannya, serta
tentang kehancuran dan kelenyapannya. “Dia tidak melekat” pada bentukan apa pun
melalui nafsu keinginan dan pandangan-pandangan, tidakmenjadi gelisah karena
nafsu keinginan, dan secara pribadi mencapai Nibbana melalui padamnya semua
kekotoran batin.
(397) Nama pribadi Sakka, yang berarti “burung
hantu.”
(398) Para dewa dan raksasa (asura) digambarkan di
Kitab Pali sebagai makhluk yang selalu berperang satu sama lain. Lihat
khususnya Sakkasamyutta (SN i.216-28).
(399) Salah satu dari Empat Raja Besar, penguasa
para yakkha, yang kerajaannya ada di utara.
(400) MA: Dia melakukannya dengan masuk ke dalam
meditasi tentang kasina-air dan kemudian bertekad: “Semoga fondasi istana ini
seperti air.”
(401) Sakka dapat mengacu pada Y.M. Maha Moggallana
sebagai “sahabat di dalam kehidupan suci” karena sebelum itu, Sakka sendiri
telah mencapai Pemasuk-Arus (DN 21.2.10 /ii.289).
Dengan demikian, dia adalah siswa agung yang pasti akan
menuju ke pembebasan yang sama seperti yang telah dicapai oleh Maha Moggallana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar