CULAGOPALAKA SUTTA
Khotbah Pendek tentang
Pengembala Sapi
Sumber : Sutta Pitaka Majjhima Nikaya
II,
Diterjemahkan oleh : Dra. Wena Cintiawati & Dra. Lanny Anggawati
Penerbit Vihara Bodhivamsa, Wisma Dhammaguna, Klaten, 2005
Diterjemahkan oleh : Dra. Wena Cintiawati & Dra. Lanny Anggawati
Penerbit Vihara Bodhivamsa, Wisma Dhammaguna, Klaten, 2005
1. Demikian yang saya dengar. Pada suatu ketika
Yang Terberkahi sedang berdiam di negeri Vajji di Ukkacela di tepi Sungai Gangga.
Di sana Beliau berbicara kepada para bhikkhu demikian: “Para bhikkhu.”-“Yang
Mulia Bhante,” jawab mereka. Yang Terberkahi berkata demikian:
2. Para bhikkhu, dahulu hidup seorang pengembala
sapi suku Magadha yang tolol. Di bulan terakhir musim hujan, di musim gugur,
tanpa memeriksa tepian Sungai Gangga di sebelah sini maupun di sebelah sana,
dia menggiring ternaknya menyeberangi sungai di negara Videna di tempat yang
tidak ada arungannya. Ketika ternak-ternak itu bergerombol bersama di tengah
arus Sungai Gangga, mereka menemui malapetaka dan bencana. Mengapa demikian?
Karena pengembala Magadha yang tolol itu, di bulan terakhir musim hujan, di
musim gugur, tanpa memeriksa tepian Sungai Gangga di sebelah sini maupun di
sebelah sana, menggiring ternaknya menyeberangi pantai seberang di negara
Videha di tempat yang tidak ada arungannya.
3. “Demikian pula, para bhikkhu, sehubungan
dengan para petapa dan brahmana yang tidak terampil di dunia ini dan di dunia
lain, tidak terampil di dalam alam Mara dan apa yang berada di luar alam Mara,
tidak terampil di dalam alam Kematian dan apa yang berada di luar alam Kematian
– hal itu akan membawa kerugian dan penderitaan untuk kurun waktu yang lama
bagi mereka yang berpikir bahwa mereka harus mendengarkan para petapa dan brahmana
itu dan menaruh keyakinan pada mereka.
4. “Para bhikkhu, dahulu hidup seorang
pengembala sapi Magadha yang bijaksana. Di bulan terakhir musim hujan, di musim
gugur, setelah memeriksa tepian Sungai Gangga di sebelah sini maupun di sebelah
sana, dia menggiring ternaknya menyeberangi sungai di negara Videha di tempat
yang ada arungannya. Dia membuat sapi-sapi jantan, para pejantan dan pemimpin
ternak itu masuk terlebih dahulu. Mereka berjalan melawan arus Sungai Gangga
dan sampai dengan selamat ke pantai seberang. Kemudian, dia membuat ternak yang
kuat dan ternak yang akan dijinakkan masuk sesudah itu. Mereka juga membelah
arus Sungai Gangga dan sampai dengan selamat ke pantai seberang. Dia membuat
sapi betina muda dan sapi jantan muda masuk sesudah itu. Mereka juga membelah
arus Sungai Gangga dan sampai dengan selamat ke pantai seberang. Dia membuat
anak-anak ternak dan ternak-ternak yang lemah masuk sesudah itu. Mereka juga
membelah arus Sungai Gangga dan sampai dengan selamat ke pantai seberang. Pada waktu
itu, ada anak sapi yang baru saja lahir sehingga masih lemah, namun dengan
dorongan lenguhah induknya, ia juga membelah arus Sungai Gangga dan sampai
dengan selamat ke pantai seberang. Mengapa demikian? Karena pengembala Magadha
yang bijaksana itu, di bulan terakhir musim hujan, di musim gugur, setelah
memeriksa tepian Sungai Gangga di sebelah sini maupun di sebelah sana,
mengiringi ternaknya menyebrangi pantai seberang di negara Videha di tempat
yang ada arungannya.
5. “Demikian pula, para bhikkhu, sehubungan
dengan para petapa dan brahmana yang terampil di dunia ini dan di dunia lain,
terampil di dalam alam Mara dan apa yang berada di luar alam Mara, terampil di
dalam alam Kematian dan apa yang berada di luar alam Kematian – hal itu akan
membawa kesejahteraan dan kebahagiaan untuk kurun waktu yang lama bagi mereka
yang berpikir bahwa mereka harus mendengarkan para petapa dan brahmana itu dan
menaruh keyakinan pada mereka.
6. “para bhikkhu, sebagaimana sapi-sapi jantan,
ayah dan pemimpin kelompok itu membelah arus Sungai Gangga dan selamat sampai
di pantai seberang, demikian pula bhikkhu-bhikkhu yang merupakan Arahat dengan
noda-noda yang telah dihancurkan, yang telah menjalani kehidupan suci, telah
melakukan apa yang harus dilakukan, telah menaruhkan beban, telah mencapai
tujuan sejati, telah menghancurkan belenggu dumadi, dan telah sepenuhnya
terbebas melalui pengetahuan akhir – dengan membelah arus Mara mereka telah
sampai dengan selamat ke pantai seberang.
7. “Sebagaimana ternak yang kuat dan ternak yang
akan dijinakkan itu membelah arus Sungai Gangga dan selamat sampai ke pantai
seberang, demikian pula para bhikkhu – yang dngan hancurnya lima belenggu yang
lebih rendah akan muncul lagi secara spontan [di Alam Kediaman Murni], dan di
sana mereka mencapai Nibbana akhir tanpa pernah kembali dari alam itu. Dengan
membelah arus Mara, mereka akan selamat sampai ke pantai seberang.
8. “Sebagaimana sapi betina muda dan sapi jantan
muda membelah arus Sungai Gangga dan selamat sampai ke pantai seberang, demikian
pula para bhikkhu – yang dengan hancurnya tiga belenggu dan dengan melemahnya
nafsu keserakahan, kebencian, dan kebodohan batin, merupakan
Yang-Kembali-Sekali-Lagi, yang kembali sekali lagi ke dunia ini untuk
mengakhiri penderitaan-dengan membelah arus Mara mereka juga akan selamat
sampai ke pantai seberang.
9. “Sebagaimana anak sapi dan ternak yang lemah
membelah arus Sungai Gangga dan selamat sampai ke pantai seberang, demikian
juga para bhikkhu-yang dengan hancurnya tiga belenggu, merupakan Pemsuk-Arus,
yang tidak lagi terkena kejatuhan, pasti menuju [ke pembebasan], mengarah ke
pencerahan-dengan membelah arus Mara mereka juga akan selamat sampai ke pantai
seberang.
10. “Sebagaimana anak sapi yang baru saja lahir
sehingga masih lemah, karena didorong oleh lenguhan induknya, juga membelah
arus Sungai Gangga dan selamat sampai ke pantai seberang, demikian juga para
bhikkhu-yang merupakan para pengikut-Dhamma dan pengikut-keyakinan-dengan
membelah arus mara mereka juga akan selamat sampai ke pantai seberang.
11. “Para bhikkhu, aku terampil di dunia ini dan di dunia lain, terampil
di dalam alam Mara dan apa yang berada di luar alam Mara, terampil di alam
Kematian dan apa yang berada di luar alam Kematian. Hal itu akan membawa
kesejahteraan dan kebahagiaan untuk kurun waktu yang lama bagi mereka yang
berpikir bahwa mereka harus mendengarkan aku bdan menaruh keyakinan padaku.”
12. Itulah yang dikatakan oleh Yang Terberkahi.
Setelah Yang tertinggi mengatakan hal itu, Guru pun selanjutnya mengatakan:
“baik dunia ini maupun dunia sana
Dijelaskan dengan baik oleh orang yang tahu,
Dan apa yang masih di dalam jangkauan mara
Serta apa yang di luar jangkauan Kematian.
Dijelaskan dengan baik oleh orang yang tahu,
Dan apa yang masih di dalam jangkauan mara
Serta apa yang di luar jangkauan Kematian.
Karena langsung mengetahui semua alam,
Yang Tercerahkan yang memahami,
Membuka pintu menuju Tanpa-kematian
Yang melaluinya Nibbana dapat dicapai dengan selamat.
Yang Tercerahkan yang memahami,
Membuka pintu menuju Tanpa-kematian
Yang melaluinya Nibbana dapat dicapai dengan selamat.
Karena arus mara sekarang telah dibelah,
Alirannya telah dihalangi, ilalangnya telah dibuang;
Maka bersuka-citalah, para bhikkhu, dengan megah
Dan teguhkan hati di mana keselamatan terletak.
Alirannya telah dihalangi, ilalangnya telah dibuang;
Maka bersuka-citalah, para bhikkhu, dengan megah
Dan teguhkan hati di mana keselamatan terletak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar