Majjhima Nikaya
Ini merupakan
khotbah-khotbah berukuran sedang. Disusun dalam lima belas vagga dan secara
kasar digolongkan menurut pokok-pokoknya. Beberapa di antaranya dinamakan dari
sutta pertama. Keempat dan kelima ialah dua “pasangan”. Selanjutnya pelajaran
untuk para perumah-tangga, bhikkhu, pertapa kelana, raja-raja dan lain-lain.
Khotbah-khotbah
yang dianggap berasal dari para siswa diberi tanda asterik (*).
MULAPARIYAYA-VAGGA
(Rangkaian ini
berisikan hal mengenai tata susila. Dalam setiap bagiannya dimasukkan tulisan
yang dikenal sebagai Sila, daftar berbagai jenis perbuatan susila).
1. Mulapariyaya-sutta. Pelajaran mengenai
akar segala benda mulai dari unsur-unsur sampai Nibbana.
2. Sabbasava-sutta. Tujuh cara melenyapkan
asava.
3. Dhammadayada-sutta. Bahwa para bhikkhu
hendaknya menjadi ahli waris Dhamma dalam artinya yang mendalam, bukan hanya
arti fisik, dengan sebuah khotbah oleh Sariputta.
4. Bhayabherava-sutta. Perihal ketakutan dan
rasa ngeri dalam hutan dengan penjelasan Sang Buddha mengenai pencapaian
penerangan agung beliau.
5. Anangana-sutta. Percakapan antara
Sariputta dan Moggallana mengenai kekotoran batin.
6. Akankheyya-sutta. Mengenai benda-benda
yang boleh diminta oleh para bhikkhu.
7. Vatthupama-sutta. Tamsil mengenai kain
kotor dan pikiran ternoda.
8. Sallekha-sutta. Mengenai cara melenyapkan
pandangan tidak benar.
9. *Sammaditthi-sutta. Penerangan kepada para
bhikkhu mengenai pandangan benar oleh Sariputta.
10. Satipatthana-sutta. Sama dengan Digha No.
22, tetapi tanpa ulasan mengenai Empat Kesunyataan.
SIHANADA – VAGGA
11. Cula-Sihanada-sutta dan
12. Maha-Sihanada-sutta. Dua khotbah mengenai
berbagai pokok ajaran. Pada bagian yang belakangan, Sang Buddha menguraikan
kesederhanaan makanan dari para pertapa, yang juga dilaksanakannya. Uraian ini
terdapat pula pada No. 36 dalam cerita mengenai pengekangan-pengekangan sebelum
beliau mencapai penerangan agung.
13. Maha-Dukkhakkhandha-sutta. Penjelasan atas
pertanyaan mengenai keinginan dan perasaan yang diajukan kepada para bhikkhu
oleh para pertapa kelana.
14. Cula-Dukkhakkhandha-sutta. Pertanyaan
tersebut di atas dibahas, disertai cerita oleh Sang Buddha mengenai
kunjungannya kepada para Jaina yang berpendirian bahwa penderitaan dapat
dimusnahkan dengan memusnahkan karma lampau melalui penyiksaan diri dan dengan
mencegah munculnya karma baru.
15. *Anumana-sutta. Khotbah oleh Moggallana
mengenai peneguran para bhikkhu dan kritik diri sendiri. Di sini tidak terdapat
pertalian dengan Sang Buddha.
16. Cetokhila-sutta. Mengenai lima kefanatikan
dan lima perbudakan oleh pikiran.
17. Vanapattha-sutta. Mengenai kehidupan dalam
hutan yang sunyi.
18. Madhupindika-sutta. Sang Buddha memberikan
keterangan singkat tentang ajarannya dan Kaccana menjelaskannya dengan panjang
lebar.
19. Dvedhavitakka-sutta. Keterangan Sang Buddha
mengenai pertimbangannya tentang nafsu-nafsu indria sebelum mencapai penerangan
yang sempurna dan lain-lain, dengan pengulangan tentang pencapaian penerangan
sempurna seperti No. 4.
20. Vitakkasanthana-sutta. Mengenai cara
bermeditasi untuk membuang keragu-raguan yang buruk.
VAGGA KETIGA
21. Kakacupama-sutta. “Tamsil Gergaji”. Perihal
tidak marah jika dihina. Seorang bhikkhu yang marah seandainya anggota badannya
digergaji satu demi satu bukanlah siswa Sang Buddha.
22. Alagaddupama-sutta. “Tamsil seekor ular
air”. Seorang bhikkhu dimarahi karena melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan ajaran. Mempelajari Dhamma secara tidak benar bagaikan menangkap seekor
ular pada ekornya.
23. Vammika-sutta. Seorang suci mengisahkan
kepada Bhikkhu Kumara Kassapa sebuah cerita perumpamaan tentang bukit semut
yang mengeluarkan asap pada malam hari dan bersinar pada siang hari dan tentang
seorang bhikkhu yang diperintahkan oleh seorang Brahmana untuk membongkarnya
untuk mencari benda-benda tertentu. Sang Buddha menerangkan, bahwa sarang semut
itu ialah badan jasmani manusia sedangkan Brahmana itu ialah beliau sendiri.
24. Rathavinita-sutta. Setelah menjalankan vasa
Sang Buddha bertanya kepada para bhikkhu siapa yang paling patuh melakukan sila-sila.
Beliau diberi tahu bahwa Punna lah yang paling patuh. Sariputta mengunjunginya
dan bertanya kepadanya mengapa ia menempuh kehidupan religius. Punna menolak
semua alasan yang diajukan dan berkata bahwa ia hanya mencari Nibbana, tetapi
ia mengakui bahwa Nibbana tidak akan tercapai tanpa sebab-sebab itu.
25. Nivapa-sutta. Cerita perumpamaan mengenai
Mara sebagai pemburu yang memasang perangkap untuk menjerat rusa.
26. Ariyapariyesana-sutta. Mengenai usaha mulia
dan hina, dengan cerita Buddha tentang ia meninggalkan rumah, berguru kepada dua
orang guru dan mencapai penerangan sempurna.
27. Cula-Hatthipadopama-sutta. Mengenai latihan
dari siswa, dengan sebuah tamsil kaki gajah.
28. *Maha-Hatthipadopama-sutta. Khotbah oleh
Sariputta mengenai Kesunyataan Mulia, dengan sebuah tamsil kaki gajah.
29. Maha-Saropama-sutta. Mengenai bahaya dari
keuntungan dan kehormatan, dengan sebuah tamsil mencari intisari, yang
dikatakan dikhotbahkan setelah Devadatta meninggalkan Sangha.
30. Cula-Saropama-sutta. Mengenai memperoleh
sari Dharma, dengan sebuah tamsil mencari intisari.
MAHAYAMAKA – VAGGA
31. Cula-Gosinga-sutta. Percakapan antara Sang
Buddha dengan tiga orang bhikkhu yang menceritakan pencapaian mereka.
32. Maha-Gosinga-sutta. Percakapan antara enam
orang bhikkhu yang memperbincangkan apa yang membuat hutan menjadi indah.
33. Maha-Gopalaka-sutta. Mengenai sebelas macam
sifat buruk dan baik seorang gembala
34. Cula-Gopalaka-sutta. Tamsil mengenai gembala
dungu dan gembala bijaksana yang menyeberangi sungai.
35. Cula-Saccaka-sutta. Diskusi umum antara Sang
Buddha dan seorang Jain Saccaka mengenai lima Khandha seseorang.
36. Maha-Saccaka-sutta. Mengenai perenungan atas
nama dan rupa, dengan penjelasan oleh Sang Buddha tentang ia meninggalkan
keduniawian, pengendalian nafsu dan penerangan sempurna.
37. Cula-Tanhasankhaya-sutta. Dewa Sakka
mengunjungi Sang Buddha untuk mengajukan sebuah pertanyaan, dan Moggallana
mengikutinya ke Surga untuk mengetahui apakah ia benar-benar memahami
jawaban-jawaban yang diberikan.
38. Maha-Tanhasankhaya-sutta. Pembuktian
kesalahan pendapat seorang bhikkhu bahwa kesadaranlah yang berpindah tempat.
39. Maha Assapura-sutta. Mengenai kewajiban
seorang pertapa, diberikan di Assapura.
40. Cula-Assapura-sutta. Mengenai kewajiban
seorang pertapa, diberikan di Assapura.
CULAYAMAKA – VAGGA
41. Saleyyaka-sutta Khotbah kepada para
Brahmana dari Sala mengenai sebab-sebab mengapa makhluk ada yang memasuki surga
dan ada yang menuju neraka.
42. Verañjaka-sutta. Khotbah yang sama yang
diulangi kepada orang-orang berkeluarga dari Verañja.
43. Maha-Vedalla-sutta.
Dua khotbah dalam bentuk komentar atas istilah-istilah kejiwaan,(1) oleh
Sariputta kepada Mahakotthita (2) oleh bhikkhuni Dhammadinna kepada upasaka
Visakha.
44. *Cula -Vedalla-sutta. Dua khotbah dalam
bentuk komentar atas istilah-istilah kejiwaan,(1) oleh Sariputta kepada
Mahakotthita (2) oleh bhikkhuni Dhammadinna kepada upasaka Visakha.
45. Cula – Dhammasamadana-sutta. Mengenai
matangnya kebahagiaan dan penderitaan di kemudian hari.
46. Maha-Dhammasamadana-sutta. Mengenai matangnya kebahagiaan dan penderitaan di kemudian hari.
47. Vimamsaka-sutta. Mengenai cara yang harus
diikuti oleh seorang bhikkhu dalam menyelidiki masalah-masalah tertentu.
48. Kosambiya-sutta. Khotbah kepada para bhikkhu
dari Kosambi yang bertengkar dengan hebat.
49. Brahmanimantanika-sutta. Sang Buddha
menceritakan kepada para bhikkhu bagaimana Beliau pergi ke Surga Brahma untuk
memberi pelajaran kepada Baka, yakni salah satu penghuni Surga, tentang ketidakbenaran
pendapat tentang kekekalan.
50. *Maratajjaniya-sutta. Cerita tentang Mara
yang menyelusup dalam perut Moggallana. Moggallana memerintahkan keluar dan
memberikan pelajaran dengan mengingatkannya akan suatu masa ketika Moggallana
sendiri lahir sebagai Mara bernama Dusi dan Mara adalah kemenakannya.
GAHAPATI – VAGGA
51. Kandaraka-sutta. Percakapan dengan Pessa dan
Kandaraka, dan khotbah tentang empat jenis orang.
52. Atthakanagara-sutta. Khotbah oleh Ananda
kepada seorang penduduk Atthaka mengenai jalan menuju Nibbana.
53. Sekha-sutta. Sang Buddha meresmikan balai
pertemuan baru di Kapilavatthu dan setelah Beliau lelah minta Ananda untuk
berkhotbah kepada kaum Sakya. Ananda berkhotbah mengenai latihan bagi para
siswa.
54. Potaliya-sutta. Sang Buddha menjelaskan
kepada Potali apakah sebenarnya arti menjauhkan diri dari keduniawian.
55. Jivaka-sutta. Jivaka mengajukan pertanyaan
apakah benar bahwa Sang Buddha menyetujui pembunuhan dan memakan daging. Sang
Buddha menunjukkan dengan contoh bahwa itu tidak benar dan bahwa seorang
bhikkhu makan daging hanya jika ia tidak melihat, mendengar dan menduga, bahwa
hidangan daging itu khusus dibuat untuknya.
56. Upali-sutta. Cerita tentang Upali yang
diutus oleh pemimpin Jaina Nataputta untuk berdebat dengan Sang Buddha, tetapi
akhirnya menjadi pengikut.
57. Kukkuravatika-sutta. Percakapan mengenai
kamma antara Sang Buddha dengan dua orang pertapa, yang satu di antara mereka
hidup seperti anjing, dan satu lagi seperti lembu.
58. Abhayarajakumara-sutta. Pangeran Abhaya
diutus oleh seorang Jain Nataputta untuk membantah Sang Buddha dengan
mengajukan pertanyaan berganda tentang kutukan hebat yang diterima oleh
Devadatta.
59. Bahuvedaniya-sutta. Mengenai penggolongan
perasaan-perasaan dan perasaan tertinggi.
60. Apannaka-sutta. Mengenai “Ajaran Tertentu”
untuk menghindari berbagai ajaran yang menyimpang.
BHIKKHU – VAGGA
61. Ambalatthika-Rahulovada-sutta. Khotbah mengenai
kepalsuan yang disampaikan oleh Sang Buddha kepada Rahula.
62. Maha-Rahulovada-sutta. Nasehat kepada Rahula
tentang pemusatan pikiran dengan jalan menarik dan mengeluarkan napas dan
memusatkan pikiran kepada unsur-unsur.
63. Cula-Malunkya-sutta. Mengenai pertanyaan-pertanyaan
yang tidak berdasar.
64. Maha-Malunkya-sutta. Mengenai lima ikatan
rendah.
65. Bhaddali-sutta. Bhaddali mengakui
kekeliruannya kepada Sang Buddha dan menerima pelajaran.
66. Latukikopama-sutta.
Perihal mentaati peraturan-peratuan tentang waktu-waktu makan dan meninggalkan
keduniawian, disertai tamsil burung quail.
67. Catuma-sutta. Sang Buddha diganggu oleh
serombongan bhikkhu yang berisik di Catuma, akan tetapi beliau dapat
menenangkan mereka dan memberikan khotbah mengenai empat bahaya.
68. Nalakapana-sutta. Sang Buddha bertanya
kepada Anuruddha dan enam siswa lain mengenai sebab meninggalkan keduniawian
dan tentang pokok-pokok lain ajarannya.
69. Gulissani-sutta. Aturan yang harus ditaati
oleh mereka yang, seperti Gulissani, hidup dalam hutan.
70. Kitagiri-sutta. Mengenai makan pada
waktu-waktu yang tidak tepat dan tentang sikap yang harus dijadikan pedoman
oleh tujuh kelompok bhikkhu.
PARIBBAJAKA – VAGGA
71. Tevijja-Vacchagotta-sutta.
Sang Buddha mengunjungi pertapa Vacchagotta dan menyatakan bahwa beliau disebut
Tevijja (mengetahui tiga Veda) karena beliau mempunyai pengetahuan tentang
kehidupan yang lampau, mempunyai mata-gaib dan mempunyai pengetahuan tentang
penghancuran asava.
72. Aggi-Vacchagotta-sutta. Perihal
pertanyaan-pertanyaan yang tidak berdasar seperti No. 63.
73. Maha-Vacchagotta-sutta. Penjelasan kepada
pertapa Vacchagotta mengenai tata tertib para siswa dan pencapaian oleh para
bhikkhu.
74. Dighanakha-sutta. Sang Buddha menunjukkan
kekeliruan pertapa Dighanakha dan menguraikan sifat-sifat badan jasmani dan
tiga macam perasaan. Sariputta pada saat ini mencapai pengetahuan sempurna.
75. Magandiya-sutta. Perihal melenyapkan
nafsu-nafsu indria dan ketamakan, dengan cerita Sang Buddha meninggalkan penghidupan
yang penuh kesenangan keduniawian di ketiga istananya.
76. Sandaka-sutta. Ceramah oleh Ananda kepada
pertapa Sandaka mengenai berbagai ajaran yang menyimpang.
77. Maha-Sakuludayi-sutta. Perihal lima sebab
mengapa Sang Buddha dihormati.
78. Samanamandika-sutta. Perihal empat atau
sepuluh sifat yang membuat seseorang benar-benar bajik.
79. Cula-Sakuludayi-sutta. Cerita pemimpin Jain
Nataputta dan perihal jalan benar ke dunia bahagia.
80. Vekhanassa-sutta. Pengulangan sebagian dari
No. 79 dan perihal panca indria.
RAJA – VAGGA
81. Ghatikara-sutta. Sang Buddha menceritakan
kepada Ananda tentang kehidupannya dimasa lampau sebagai Jotipala dan kawannya
Ghatikara.
82. Ratthapala-sutta. Ceritera mengenai
Ratthapala yang kedua orang tuanya tidak menyetujui ia memasuki Sangha dan
membujuknya untuk kembali menjadi umat biasa.
83. Makhadeva-sutta. Ceritera mengenai Sang
Buddha dalam kehidupannya di masa lampau sebagai Raja Makhadeva dan
keturunannya sampai Raja Nimi.
84. *Madhura-sutta. Khotbah yang diberikan
setelah kemangkatan Sang Buddha oleh Kaccana kepada Raja Madhura dari Avanti
tentang arti sebenarnya dari Kasta.
85. Bodhirajakumara-sutta. Ceritera mengenai
kunjungan Sang Buddha kepada Pangeran Bodhi. Beliau bercerita tentang Beliau
meninggalkan keduniawian, bertekun dan mencapai penerangan sempurna seperti No.
26 dan 36.
86. Angulimala-sutta. Ceritera mengenai
Angulimala penyamun yang kemudian menjadi bhikkhu.
87. Piyajatika-sutta. Nasihat Sang Buddha kepada
seorang laki-laki yang kehilangan anak d an pertengkaran antara Raja Pasenadi
dan permaisurinya mengenai hal itu.
88. *Bahitika-sutta. Ananda memberi jawaban atas
suatu pertanyaan yang diajukan oleh Pasenadi yang memberinya hadiah jubah luar
(bahitika).
89. Dhammacetiya-sutta. Pasenadi mengunjungi
Sang Buddha yang menjelaskan keunggulan kehidupan suci.
90. Kannakatthala-sutta. Percakapan antara Sang
Buddha dan Pasenadi mengenai sifat mahatahu Sang Buddha, kasta, dan apakah para
dewa terlahir kembali ke dunia ini.
BRAHMANA – VAGGA
91. Brahmayu-sutta. Mengenai tiga puluh dua
tanda pada tubuh Sang Buddha dan penerimaan Brahmana Brahmayu sebagai pengikut
Buddha.
92. Sela-sutta. Petapa Keniya mengundang Sang
Buddha dan para bhikkhu untuk jamuan makan. Brahmana Sela melihat tiga puluh
dua tanda dan menjadi siswa. (ini terdapat pula dalam SN. III, 7).
93. Assalayana-sutta. Brahmana muda Assalayana
diajak berdiskusi dengan Sang Buddha mengenai kasta. Ini adalah salah satu
sutta yang terpanjang mengenai masalah tersebut.
94. *Ghotamukha-sutta. Khotbah oleh Udena
setelah kemangkatan Sang Buddha mengenai orang dan pertemuan yang terbaik.
Ghotamukha membangun balai pertemuan untuk Sangha.
95. Canki-sutta. Khotbah mengenai ajaran para
brahmana.
96. Esukari-sutta. Khotbah mengenai kasta-kasta
dilihat dari segi fungsi masing-masing.
97. Dhananjani-sutta. Ceritera Brahmana
Dhananjani yang diberi tahu oleh Sariputta bahwa kewajiban keluarga tidak dapat
digunakan sebagai alasan untuk berbuat keliru.
98. Vasettha-sutta. Khotbah yang sebagian besar
dalam bentuk syair mengenai brahmana sejati, baik karena kelahiran maupun
perbuatan (Ini terdapat pula dalam SN. III, 9).
99. Subha-sutta. Mengenai soal apakah seseorang
dapat berbuat kebaikan lebih banyak sebagai kepala keluarga atau dengan jalan
meninggalkan keduniawian.
100. Sangarava-sutta. Ceritera mengenai seorang
wanita brahmana yang patuh, dan khotbah mengenai kehidupan suci menurut berbagai
aliran, dengan cerita Sang Buddha tentang ia meninggalkan keduniawian dan
perjuangannya seperti pada No. 26 dan 36.
DEVADAHA – VAGGA
101. Devadaha-sutta. Sang Buddha memberi uraian
mengenai perbincangan Beliau dengan kaum Nigantha perihal pandangan mereka
bahwa penghancuran penderitaan dapat dicapai dengan penghancuran karma. Beliau
menunjukkan bahwa seorang bhikkhu mencapai tujuan tidak dengan menyakiti diri
atau dengan menghindari kesenangan yang sesuai dengan Dhamma, akan tetapi
dengan mengikuti latihan yang diajarkan oleh Sang Buddha.
102. Pancattaya-sutta. Perihal lima macam teori
mengenai jiwa yang disingkat oleh Sang Buddha menjadi tiga macam. Sang Buddha
menerangkan bahwa beliau telah melampaui pandangan ini dan bahwa ajarannya
mengenai kebebasan tidak tergantung pada salah satu teori tersebut.
103. Kinti-sutta. Peraturan-peraturan, yang
dikatakan dibuat oleh Sang Buddha, mengenai cara memperlakukan para bhikkhu
yang bertengkar tentang makna dan isi Dhamma dan tentang mereka yang melakukan
pelanggaran.
104. Samagama-sutta. Berita kematian Nataputta
(seperti pada Digha No. 29) disampaikan kepada Sang Buddha dan beliau
menunjukkan empat sebab yang menimbulkan pertengkaran, empat cara menyelesaikan
pertengkaran dan enam asas kerukunan dalam Sangha.
105. Sunakkhatta-sutta. Mengenai lima golongan
orang, yang bersungguh-sungguh di dunia, dll., dan tamsil menarik anak panah
ketamakan.
106. Anañjasappaya-sutta. Mengenai berbagai cara
merenungkan kesukaran dan pencapaiannya, dan mengenai pembebasan sejati.
107. Ganaka-Moggallana-sutta. Pelajaran kepada
Moggallana untuk melatih para siswa.
108. *Gopaka-Moggallana-sutta. Ananda setelah
kemangkatan Sang Buddha menerangkan bagaimana Sang Buddha berbeda dengan para
siswanya. Ia mengatakan kepada Menteri Vassakara bahwa Sang Buddha tidak
menunjuk pengganti, akan tetapi para bhikkhu harus berpedoman pada Dhamma.
109. Maha-Punnama-sutta. Sang Buddha pada suatu
malam bulan purnama menjawab pertanyaan seorang bhikkhu mengenai khandha.
110. Cula-Punnama-sutta. Sang Buddha pada suatu
malam bulan purnama menunjukkan bahwa seorang jahat tidak dapat membedakan
orang jahat dan orang baik, tetapi orang baik dapat mengetahui kedua-duanya.
ANUPADA – VAGGA
111. Anupada-sutta. Sang Buddha memuji Sariputta.
112. Chabbisodana-sutta. Mengenai pertanyaan yang
diajukan kepada seorang bhikkhu yang menyatakan bahwa ia telah mencapai
pengetahuan sempurna.
113. Sappurisa-sutta. Perihal sifat-sifat baik dan
buruk seorang bhikkhu.
114. Sevitabba-asevitabba-sutta. Sang Buddha
menerangkan cara yang benar dan tidak benar bagi seorang bhikkhu dalam
melaksanakan kewajiban dan ajaran, dan Sariputta menguraikannya secara panjang
lebar.
115. Bahudhatuka-sutta. Daftar unsur-unsur dan
prinsip-prinsip yang disusun sebagai percakapan antara Sang Buddha dan Ananda.
116. Isigili-sutta. Sang Buddha menjelaskan nama
bukit Isigili dan menyebutkan nama-nama Pacceka-Buddha yang dahulu tinggal di
sana.
117. Maha-Cattarisaka-sutta. Penjelasan mengenai
Delapan Jalan Mulia dengan tambahan mengenai pengetahuan yang benar dan
emansipasi yang benar.
118. Anapanasati-sutta. Perihal cara dan jasa
melatih meditasi masuk dan keluarnya napas.
119. Kayagatasati-sutta. Perihal cara dan jasa
meditasi akan badan jasmani.
120. Samkharuppati-sutta. Perihal kelahiran kembali
unsur-unsur dari seseorang sesuai dengan arah pikirannya.
SUNNATA – VAGGA
121. Cula-Suññata-sutta. Perihal meditasi akan
kekosongan.
122. Maha-Suññata-sutta. Petunjuk kepada Ananda
perihal melatih kekosongan batin.
123. Acchariyabbhutadhamma-sutta. Mengenai
keajaiban dan keluarbiasaan dalam kehidupan seorang Bodhisatta sejak
meninggalkan surga hingga kelahirannya. Pengulangan bagian Digha No. 14, tetapi
diterapkan untuk Sang Buddha sendiri.
124. *Bakkula-sutta. Bakkula menceritakan bagaimana
ia telah hidup delapan puluh tahun kepada kawannya Acela Kassapa dan kemudian
menjadi gurunya.
125. Danthabhumi-sutta. Aciravata gagal dalam
usahanya memberi pelajaran kepada Pangeran Jayasena dan Sang Buddha memberi
tamsil dengan latihan gajah untuk menerangkan kepadanya bagaimana cara mengajar
seseorang.
126. Bhumija-sutta. Pangeran Jayasena bertanya
kepada Bhumija dan setelah memberi jawaban Bhumija pergi kepada Sang Buddha
untuk menanyakan apakah jawabannya benar.
127. *Anuruddha-sutta. Anuruddha menerima undangan
Pancakanga dan menerangkan dua jenis pembebasan pikiran.
128. Upakkilesa-sutta. Ceritera tentang Sang
Buddha yang mencoba membereskan pertengkaran di antara para bhikkhu dari
Kosambi, dan percakapannya dengan tiga orang bhikkhu mengenai meditasi yang
tepat.
129. Balapandita-sutta. Mengenai hukuman setelah
kematian seorang dungu yang berbuat kejahatan dan pahala bagi orang bijaksana
yang berbuat kebaikan.
130. Devaduta-sutta. Sang Buddha dengan mata
gaibnya melihat nasib makhluk-makhluk dan menerangkan hukuman di neraka bagi
mereka yang meremehkan utusan maut.
VIBHANGA – VAGGA
131. Bhaddekaratta-sutta. Syair yang terdiri atas
empat bait dengan ulasan mengenai berusaha keras pada waktu sekarang.
132. *Ananda-bhaddekaratta-sutta. Syair yang sama
yang diterangkan oleh Ananda.
133. *Mahakaccana-bhaddekaratta-sutta. Syair yang
sama yang diterangkan secara panjang lebar oleh Mahakaccana.
134. Lomasakangiya-bhaddekaratta-sutta. Sang Buddha
menerangkan syair itu kepada Lomasakangiya.
135. Cula-kammavibhanga-sutta. Sang Buddha
menerangkan sifat-sifat jasmani dan rohani orang yang berbeda-beda dan
keberuntungan mereka menurut karma.
136. Maha-kammavibhanga-sutta. Seorang pertapa
secara keliru menuduh bahwa Sang Buddha mengatakan karma tidak berguna dan Sang
Buddha menerangkan pandangannya sendiri.
137. Salayatanavibhanga-sutta. Sang Buddha
memberikan uraian mengenai enam indria.
138. *Uddesavibhanga-sutta. Sang Buddha memberikan
keterangan mengenai kesadaran, yang dijelaskan secara lebih terperinci oleh
Mahakaccana.
139. Aranavibhanga-sutta. Keterangan dan penjelasan
mengenai jalan tengah kedamaian di antara dua hal yang ekstrim.
140. Dhatuvibhanga-sutta. Uraian mengenai
unsur-unsur. Khotbah ini dimasukkan dalam ceritera Pukkusati, seorang siswa
yang belum pernah melihat Sang Buddha, akan tetapi mengenalinya melalui
ajarannya.
141. *Saccavibhanga-sutta. Keterangan mengenai
Empat Kesunyataan Mulia oleh Sang Buddha dengan tambahan komentar dari
Sariputta.
142. Dakkhinavibhanga-sutta. Mahapajati
menghadiahkan satu pasang jubah kepada Sang Buddha, yang menjelaskan berbagai
jenis orang yang patut menerima pemberian dan berbagai jenis orang yang
memberi.
SALAYATANA – VAGGA
143. Anathapindikovada-sutta. Ceritera mengenai
sakitnya dan meninggalnya Anathapindika yang diberikan petunjuk oleh Sariputta
pada saat hampir meninggal dan setelah dilahirkan kembali di Surga Tusita
kembali mengunjungi Sang Buddha.
144. Channovada-sutta. Ceritera tentang bhikkhu.
Channa yang ketika sakit diberi pelajaran oleh Sariputta dan akhirnya membunuh
diri.
145. Punnovada-sutta. Petunjuk Sang Buddha kepada
Punna mengenai menerima kesenangan dan penderitaan. Punna menceritakan
bagaimana ia akan berbuat jika disakiti oleh orang-orang senegerinya.
146. Nandakovada-sutta. Mahapajapati dengan 500
bhikkhuni memohon kepada Sang Buddha untuk memberi pelajaran kepada mereka.
Beliau minta Nandaka untuk memberi pelajaran dan Nandaka memberikan mereka
penjelasan mengenai ketidakkekalan.
147. Cula-Rahulovada-sutta. Sang Buddha membawa
Rahula ke hutan memberinya pelajaran mengenai ketidakkekalan. Beribu-ribu dewa
datang untuk mendengarkan.
148. Chachakka-sutta. Perihal enam indria.
149. Maha-Salayatanika-sutta. Perihal memahami
indria.
150. Nagaravindeyya-sutta. Sang Buddha memberi
petunjuk kepada penduduk Negaravinda mengenai pertapa dan brahmana yang pantas
dihormati.
151. Pindapataparisuddhi-sutta. Petunjuk kepada
Sariputta mengenai perhatian yang harus dicurahkan oleh seorang siswa dalam
seluruh latihan.
152. Indriyabhavana-sutta. Sang Buddha tidak
menyetujui pelajaran brahmana Parasariya mengenai cara untuk melatih
indria-indria dan menjelaskan metodenya sendiri.
sumber : http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka/sutta-pitaka/majjhima-nikaya/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar