Lohicca
Sutta
Tentang Lohicca
Guru Yang Baik dan Yang Buruk
Diterjemahkan dari bahasa Pàḷi ke bahasa Inggris oleh
Maurice O'Connell Walshe
© 2009-2012
Terjemahan alternatif: Pàḷi
Tentang Lohicca
Guru Yang Baik dan Yang Buruk
Diterjemahkan dari bahasa Pàḷi ke bahasa Inggris oleh
Maurice O'Connell Walshe
© 2009-2012
Terjemahan alternatif: Pàḷi
1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Suatu ketika,
Sang Bhagavā sedang mengunjungi Kosala bersama lima ratus bhikkhu,
dan, sampai di Sālavatikā,
Beliau menetap di sana. Dan pada saat itu, Brāhmaṇa
Lohicca sedang menetap di Sālavatikā,
tempat yang ramai, banyak rumput, kayu, air, dan jagung, yang dianugerahkan
kepadanya oleh Raja Pasenadi dari Kosala sebagai anugerah kerajaan lengkap
dengan kekuasaan kerajaan.
2.
Saat itu, suatu pemikiran buruk
muncul dalam benak Lohicca: ‘Andaikan seorang petapa atau Brāhmaṇa menemukan suatu ajaran yang
baik,[1]
setelah menemukannya, ia tidak harus menyatakannya kepada orang lain; karena
apakah yang dapat dilakukan seseorang untuk orang lain? Bagaikan seseorang,
setelah memutuskan belenggu lama, membuat belenggu yang baru. Aku menyatakan
bahwa hal demikian adalah suatu perbuatan buruk yang berakar pada kemelekatan,
karena apakah yang dapat dilakukan seseorang untuk orang lain?’
3.
Kemudian Lohicca mendengar bahwa
Petapa Gotama telah tiba di Sālavatikā, dan bahwa
sehubungan dengan Sang Bhagavā, suatu berita baik telah beredar
... (seperti DN 4, paragraf 2). ‘Dan sesungguhnya
adalah baik sekali menemui Arahant demikian.’
4.
Dan Lohicca berkata kepada Bhesika si tukang cukur: ‘Teman
Bhesika, pergilah temui Petapa Gotama, tanyakan mengenai kesehatan-Nya atas
namaku, kemudian katakan: “Sudilah Yang Mulia Gotama memenuhi undangan makan
besok, bersama para bhikkhu, dari Brāhmaṇa
Lohicca!”’
5.
‘Baiklah, Tuan,’ jawab Bhesika, dan
menyampaikan pesan itu. Sang Bhagavā menerima undangan itu dengan
berdiam diri.
6.
Kemudian Bhesika, memahami
penerimaan Sang Bhagavā, bangkit dari duduknya dan
berjalan dengan sisi kanannya menghadap Sang Bhagavā. Ia
kembali ke Lohicca dan memberitahukan kepadanya mengenai penerimaan Sang Bhagavā.
7.
Dan Lohicca, saat malam berakhir,
mempersiapkan berbagai pilihan makanan keras dan lunak di rumahnya. Kemudian ia
mengutus Bhesika untuk memberitahu Sang Bhagavā bahwa makanan sudah siap. Dan
Sang Bhagavā, setelah bangun pagi dan membawa jubah dan mangkuk-Nya,
pergi bersama para bhikkhu menuju Sālavatikā.
8.
Dan Bhesika si tukang cukur
mengikuti persis di belakang Sang Bhagavā. Dan ia berkata: ‘Bhagavā,
pikiran jahat ini muncul dalam benak Brāhmaṇa
Lohicca ... sungguh, Bhagavā, ini adalah apa yang pernah dipikirkan
oleh Brāhmaṇa
Lohicca.’ ‘Tidak apa-apa, Bhesika, tidak apa-apa.’
9.
Maka Sang Bhagavā
datang ke kediaman Lohicca, dan duduk di tempat yang telah disediakan. Lohicca
secara pribadi melayani Sang Buddha dan para bhikkhu dengan berbagai makanan
keras dan lunak hingga mereka puas dan kenyang. Ketika Sang Bhagavā
menarik tangan-Nya dari mangkuk, Lohicca mengambil bangku kecil dan duduk di
satu sisi. Kemudian Sang Bhagavā berkata kepadanya: ‘Lohicca,
benarkah bahwa suatu pikiran jahat muncul dalam benakmu ... (seperti paragraf
2)?’ ‘Benar, Yang Mulia Gotama.’
10.
‘Bagaimana menurutmu, Lohicca?
Bukankah engkau menetap di Sālavatikā?’ ‘Ya,
Yang Mulia Gotama.’ ‘Sekarang, jika seseorang mengatakan: “Brāhmaṇa Lohicca menetap di Sālavatikā,
dan ia menikmati seluruh buah dan penghasilan dari Sālavatikā,
tidak membaginya kepada siapa pun” – Bukankah orang yang mengatakan hal ini
akan menjadi sumber bahaya bagi wargamu?’ ‘Ia dapat menjadi sumber bahaya, Yang
Mulia Gotama.’
‘Dan dengan demikian, apakah ia memerhatikan
kesejahteraan mereka atau tidak?’ ‘Tidak, Yang Mulia Gotama.’
‘Dan, dengan tidak memerhatikan
kesejahteraan mereka, apakah hatinya dipenuhi cinta kasih terhadap mereka,
ataukah kebencian?’ ‘Kebencian, Yang Mulia Gotama.’
‘Dan dengan hati penuh kebencian,
apakah ada pandangan salah ataukah pandangan benar?’ ‘Pandangan salah, Yang
Mulia Gotama.’
‘Tetapi, Lohicca, Aku menyatakan bahwa
pandangan salah akan mengarah menuju salah satu dari dua alam tujuan kelahiran
– neraka atau alam binatang.[2]’
11.
‘Bagaimana menurutmu, Lohicca?
Bukankah Raja Pasenadi dari Kosala menetap di Kāsi-Kosala?’ ‘Ya, Yang Mulia
Gotama.’ ‘Sekarang, jika seseorang mengatakan: “Raja Pasenadi dari Kosala
menetap di Kāsi-Kosala, dan ia menikmati seluruh buah dan
penghasilan dari Kosala, tidak membaginya kepada siapa pun” – Bukankah orang
yang mengatakan hal ini akan menjadi sumber bahaya bagi warganya? ... bukankah
hatinya penuh dengan kebencian ... dan bukankah itu adalah pandangan salah?’
‘Itu adalah pandangan salah, Yang Mulia Gotama.’
12.
‘Maka tentu saja, jika seseorang
mengatakan hal yang sama tentang Brāhmaṇa
Lohicca ... itu adalah pandangan salah.’
13.
‘Demikian pula, Lohicca, jika
seseorang mengatakan: “Andaikan seorang petapa atau Brāhmaṇa menemukan suatu ajaran yang
baik, setelah menemukannya, ia tidak harus menyatakannya kepada orang lain, karena
apakah yang dapat dilakukan seseorang untuk orang lain?” ia akan menjadi sumber
bahaya bagi para pemuda dari keluarga yang baik yang, mengikuti Dhamma dan
disiplin yang diajarkan oleh Tathāgata, mencapai keluhuran seperti
buah Memasuki-Arus, Yang-Kembali-Sekali, Yang-Tidak-Kembali, Kearahantaan – dan
kepada semua yang mematangkan benih kelahiran kembali di alam dewa.[3]
Sebagai sumber bahaya, ia tidak berbelas kasih, dan hatinya dipenuhi kebencian,
dan itu merupakan pandangan salah, yang mengarah menuju ... neraka atau alam
binatang.’
14.
‘Dan jika seseorang berbicara demikian
tentang Raja Pasenadi, ia akan menjadi sumber bahaya bagi warga Raja, dirimu,
dan orang-orang lainnya ....’
15.
(seperti paragraf 13) [230]
16.
‘Lohicca, tiga jenis guru di dunia ini
layak dicela, dan jika siapa pun mencela guru-guru demikian, celaannya adalah
pantas, benar, sesuai dengan kenyataan dan tidak salah. Apakah tiga itu? Di
sini, Lohicca, seorang guru yang telah meninggalkan keduniawian dan menjalani
kehidupan tanpa rumah, tetapi belum mencapai buah pertapaan. Dan tanpa mencapai
tujuan ini, ia mengajarkan muridnya suatu ajaran,[4]
dengan mengatakan: “ini untuk kebaikanmu, ini untuk kebahagiaanmu.” Namun
muridnya tidak ingin memerhatikan, mereka tidak mendengar, mereka tidak
membangkitkan pikiran untuk mencapai pencerahan, dan nasihat si guru dicemooh.
Ia harus dicela, dengan mengatakan: “Yang Mulia ini telah meninggalkan keduniawian
..., nasihatnya dicemooh. Ini bagaikan seseorang laki-laki yang terus-menerus
mendekati seorang perempuan yang menolaknya dan merangkulnya walaupun ia telah
berpaling.” Aku menyatakan ini sebagai ajaran jahat yang berdasarkan pada
kemelekatan, karena apakah yang dapat dilakukan seseorang untuk orang lain?[5]
Ini adalah guru pertama yang layak dicela ....’
17.
‘Kemudian, ada seorang guru yang telah
meninggalkan keduniawian ... tetapi belum mencapai buah pertapaan. Dan tanpa
mencapai tujuan ini, ia mengajarkan muridnya suatu ajaran, dengan mengatakan:
“ini untuk kebaikanmu, ini untuk kebahagiaanmu.” Muridnya ingin memerhatikan,
mereka mendengarkan, mereka membangkitkan pikiran untuk mencapai pencerahan,
dan nasihat si guru tidak dicemooh. Ia harus dicela, dengan mengatakan: “Yang
Mulia ini telah meninggalkan keduniawian ...” Ini bagaikan, meninggalkan
ladangnya sendiri, ia memikirkan ladang orang lain yang perlu dikerjakan. Aku
menyatakan ini sebagai ajaran jahat yang berdasarkan pada kemelekatan ... ini
adalah guru ke dua yang layak dicela ....’
18.
‘Kemudian, ada seorang guru yang telah
meninggalkan keduniawian ... dan yang telah mencapai buah pertapaan. Setelah
meninggalkan keduniawian, ia mengajarkan ... tetapi murid-muridnya tidak ingin
memerhatikannya ... nasihatnya dicemooh. Ia juga harus dicela ... bagaikan,
setelah memotong satu belenggu lama, seseorang membuat sebuah belenggu baru,
Aku menyatakan ini sebagai ajaran jahat yang berdasarkan pada kemelekatan,
karena apakah yang dapat dilakukan seseorang untuk orang lain? Ini adalah guru
ke tiga yang layak dicela .... Dan ini
adalah tiga jenis guru yang Kukatakan layak dicela.’
19.
‘Kemudian Lohicca berkata: ‘Yang Mulia
Gotama, adakah guru di dunia ini yang tidak layak dicela?’
20-55.
‘Di sini, Lohicca, seorang Tathāgata telah muncul di dunia ini,
seorang Arahant, Buddha yang telah mencapai Penerangan Sempurna, memiliki
kebijaksanaan dan perilaku yang Sempurna, telah sempurna menempuh Sang Jalan,
Pengenal seluruh alam, penjinak manusia yang harus dijinakkan yang tiada
bandingnya, Guru para dewa dan manusia, Tercerahkan dan Terberkahi. Beliau,
setelah mencapainya dengan pengetahuan-Nya sendiri, menyatakan kepada dunia
bersama para dewa, māra dan Brahma, para raja dan umat manusia. Beliau
membabarkan Dhamma, yang indah di awal, indah di pertengahan, indah di akhir,
dalam makna dan kata, dan menunjukkan kehidupan suci yang sempurna dan murni
sepenuhnya. Seorang siswa pergi meninggalkan keduniawian dan mempraktikkan
moralitas, menjaga pintu-pintu indrianya, mencapai jhāna pertama
(DN 2, paragraf 41-76). Dan jika
seorang murid dari seorang guru mencapai keluhuran demikian, guru itu adalah
yang di dunia ini tidak boleh dicela. Dan jika seseorang mencela guru itu,
celaannya tidak pantas, tidak benar, dan tidak sesuai dengan kenyataan, dan
salah.’
56-62.
‘Ia mencapai tiga jhāna lainnya (seperti DN 2, paragraf 77-82) dan
berbagai pandangan terang (DN 2, paragraf 83-84). Jika
seorang murid dari seorang guru mencapai keluhuran demikian, guru itu adalah
yang di dunia ini tidak boleh dicela ....’
63-77.
‘Ia menembus Empat Kebenaran Mulia, sang jalan, dan lenyapnya kekotoran ...
(seperti DN 2, paragraf 85-97).
Jika seorang murid dari seorang guru
mencapai keluhuran demikian, guru itu adalah yang di dunia ini tidak boleh
dicela. Dan jika seseorang mencela guru itu, celaannya tidak pantas, tidak
benar, dan tidak sesuai dengan kenyataan, dan salah.’
78.
Mendengar kata-kata ini, Brāhmaṇa Lohicca berkata kepada Sang
Bhagavā: ‘Yang Mulia Gotama, ini bagaikan menarik rambut
seseorang yang terpeleset dan jatuh ke dalam lubang,[6]
dan meletakkannya di atas tanah yang kokoh – demikian pula, aku, yang sedang
terjatuh ke dalam lubang, telah diselamatkan oleh Yang Mulia Gotama! ‘Sungguh
indah, Yang Mulia Gotama, sungguh menakjubkan! Bagaikan seseorang yang
menegakkan apa yang terjatuh, atau menunjukkan jalan bagi ia yang tersesat,
atau menyalakan pelita di dalam gelap, sehingga mereka yang memiliki mata dapat
melihat apa yang ada di sana. Demikian pula Yang Mulia Gotama telah membabarkan
Dhamma dalam berbagai cara.’
‘Aku berlindung kepada Gotama Sang
Bhagavā, Dhamma, dan Sangha. Sudilah Yang Mulia Gotama
menerimaku sebagai seorang siswa awam yang telah menerima perlindungan sejak
hari ini
Catatan Kaki
- ↑ Kusalaṁ dhammam
- ↑ Nirayaṁ vā tiracchāna-yoniṁ vā. Pernyataan yang menyatakan bahwa mereka yang berpandangan salah akan terlahir kembali di alam neraka atau alam binatang cukup mengganggu bagi para pembaca masa kini. Tidak diragukan bahwa kedua istilah ini awalnya dimaksudkan seperti yang dimengerti saat ini. Baca pendahuluan ‘Kelahiran kembali yang menyakitkan atau menjadi binatang’ akan mengungkapkan makna lebih baik. Ini harus dipahami, juga, bahwa ‘pandangan salah’ yang dimaksud berarti yang tidak ada imbalan atau hukuman atas perbuatan baik atau jahat – karena tidak bekerjanya hukum moral. Jenis pandangan ini selalu dinyatakan oleh Sang Buddha sebagai patut dicela.
- ↑ Mereka yang karena perbuatan baiknya (puñña) akan menyebabkan kelahiran kembali di alam dewa, kehidupan yang sangat menyenangkan, tetapi tentu saja, tidak kekal. Kejahatan dari pandangan jahat Lohicca pasti akan merintangi pencapaian keluhuran demikian.
- ↑ Dhammaṁ: Tetapi belum tentu Dhamma Buddhis.
- ↑ Sang Buddha mengulangi kata-kata Lohicca.
- ↑ Naraka: sinonim dari niraya, neraka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar