Tampilkan postingan dengan label Lagu Buddhis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Lagu Buddhis. Tampilkan semua postingan

Selasa, 30 Juli 2013

baru

TIPITAKA
DHAMMAPADA
PUSPA RAGAM

Minggu, 04 November 2012

VI. USIA TUA

buddha3
VI. USIA TUA

51 (1) Usia Tua

[Devata:]

183 “Apakah yang baik sampai usia tua?
Apakah yang baik ketika mantap?
Apakah yang merupakan batu mulia bagi manusia?
Apakah yang sulit dicuri para pencuri?”

[Yang Terberkahi:]

184 “Moralitas dalah yang baik sampai usia tua;
Keyakinan adalah yang baik ketika mantap;
Kebijaksanaan adalah yang merupakan batu mulia bagi manusia;
Jasa kebajikan adalah yang sulit dicuri para pencuri.”

52 (2) Tidak Melapuk <80>

185 “Apakah yang baik karena tidak melapuk?
Apakah yang baik bila dibuat pasti?
Apakah yang merupakan batu mulia bagi manusia ?
Apakah yang tidak dapat dicuri para pencuri?”116[137]

186 “Moralitas adalah yang baik karena tidak melapuk;
Keyakinan adalah yang baik bila dibuat pasti;
Kebijaksanaan adalah yang merupakan batu mulia bagi manusia;
Jasa kebajikan adalah yang tidak dapat dicuri oleh para pencuri.”

53 (3) Sahabat

187 “Apakah sahabat bagi orang dalam perjalanan?
Apakah sahabat bagi orang di rumahnya sendiri?
Apakah sahabat bagi orang dalam kebutuhan?
Apakah sahabat di kehidupan mendatang?”117

188 “Karavan adalah sahabat bagi orang dlam perjalanan; <81>
Ibu adalah sahabat bagi orang di rumahnya sendiri;
Kawan pada waktu kebutuhan muncul
Adalah sahabat orang berkali-kali.
Tindakan-tindakan berjasa yang telah dilakukan orang-
Itulah sahabt di kehidupan mendatang.”

54 (4) Penopang

189 “Apakah penopang bagi manusia?
Apakah pendamping terbaik di sini?
Makhluk-makhluk yang berdiam di bumi-
Melalui apa mereka mempertahankan kehidupan mereka?”

190 “Anak-anak adalah penopang bagi manusia,
Isteri adalah pendamping terbaik;
Makhluk yang berdiam di bumi
Mempertahankan kehidupan mereka melalui hujan”118 <82>

55 (5)  Menghasilkan (1)

191 “Apakah sesuatu yang menghasilkan seseorang?
Apakah yang dia miliki yang berputar-putar?
Apakah yang masuk ke dalam samsara?
Apakah rasa takut terbesarnya?” <83>

192 “Nafsulah yang menghasilkan seseorang;
Pikirkannaylah yang berputar-putar;
Makhluk yang masuk ke dalam samsara;
Penderitaanlah rasa takut terbesarnya.”

56 (6) Menghasilkan (2)

193 “Apakah sesuatu yang menghasilkan seseorang?
Apakah yang dia miliki yang berputar-putar?
Apakah yang masuk ke dalam samsara?
Dari apakah dia belum terbebas?”

194 “Nafsulah yang menghasilkan seseorang;
Pikirannyalah yang berputar-putar;
Makhluklah yang masuk ke dalam samsara;
Dia belum terbebas dari penderitaan.” [38]

57 (7) Menghasilkan (3)

195 “Apakah sesuatu yang menghasilkan seseorang?
Apakah yang dia miliki yang berputar-putar?
Apakah yang masuk ke dalam samsara?
Apakah yang menentukan nasibnya?”

196 “Nafsulah yang menghasilkan seseorang;
Pikirkannyalah yang berputar-putar;
Makhluklah yang masuk ke dalam samsara;
Kammalah yang menentukan nasibnya.”

58 (8) Jalan yang Menyimpang

197 “Apakah yang dinyatakan sebagai jalan yang menyimpang?
Apakah yang mengalami kehancuran siang malam? <84>
Apakah yang merupakan noda kehidupan suci?
Apakah yang merupakan mandi tanpa air?”

198 “Nafsu jasmani dinyatakan sebagai jalan yang menyimpang;
Kehidupan mengalami kehancuran siang dan malam;
Perempuan adalah noda kehidupan suci:
Di sinilah para lelaki terjerat.
Latihan keras dan kehidupan suci-
Itulah mandi tanpa air.”119

59 (9) Partner

199 “Apakah yang merupakan partner manusia?
Apakah yang memberinya instruksi?
Bergembira di dalam apakah maka maklhuk hidup
Terbebas dari semua penderitaan?”

200 “Keyakinan adalah pertner manusia,
Dan kebijaksanaanlah yang memberinya instruksi.<85>
Bergembira di dalam Nibbana, makhluk hidup
Terbebas dari semua penderitaan.”

60 (10) Puisi

201 “Apakah yang merupakan perancah syair?
Apakah yang membentuk penyusunan katanya?
Dengan dasar apakah maka syair dibentuk?
Apakah kediaman syair itu?”

202 “Mitra adalah pernacah syair,
Suku kata membentuk penyusunan katanya;
Syair bertumpu pada landasan nama;
Penyair adalah tempat kediaman syair.”120

V. TERBAKAR

17
V. TERBAKAR

41 (1) Terbakar

Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di Savatthi di Hutan Jeta, Taman Anathapindika. Kemudian, ketika malam telah larut, satu devata dengan keelokan yang memukau, yang menerangi seluruh Hutan Jeta, mendatangi Yang Terberkahi. <65> Setelah mendekat, dia memberi hormat kepada Yang Terberkahi, berdiri di satu sisi,dan berkata Beliau:

136 “Ketika rumah seseorang terbakar
Bejana yang dikeluarkan
Adalah bejana yang berguna,
Bukanlah bejana yang dibirkan terbakar di dalam.”

137 “Jadi ketika dunia ini terbakar
Dengan [api-api] usia tua dan kematian,
Orang seharusnya mengeluarkan [kekayaannya] dengan cara memberi:
Apa yang diberikan akan terselamatkan dengan baik [32] <66>

13996“Apa yang diberikan menghasilkan buah yang menyenangkan,
Tetapi tidak demikian halnya dengan apa yang tidak diberikan.
Pencuri mengambilnya, atau raja,
Harta itu terbakar oleh api atau hilang.”

140 “Dan akhirnya ketika orang meninggalkan tubuhnya
Bersama dengan harta miliknya.
Setelah memahami hal ini, manusia bijak
Seharusnya menimkatinya tetapi juga memberi.
Setelah memberi dan menikmatinya sesuai sarananya,
Tanpa cela dia menuju alam surgawi.”

42 (2) Memberi Apa ?

[Satu devata:]

141 “Memberikan apa sehingga orang memberikan kekuatan ?
Memberikan apa sehingga orang memberikan keelokan ?
Memberikan apa sehingga orang memberikan kemudahan?
Memberikan apa sehingga orang memberikan penglihatan?
Siapakah pemberi dari semuanya itu?
Karena ditanya, mohon Bhante menjelaskan kepadaku.” <67>

[Yang Terberkahi:]

142 “Memberikan makanan, orang memberikan kekuatan;
Memberikan pakaian, orang memberikan keelokan;
Memberikan kendaraan, orang memberikan kemudahan;
Memberikan lampu, orang memberikan penglihatan.

143 “Orang yang memberikan tempat tinggal
Adalah pemberi semuanya itu.
Tetapi orang yang mengajarkan Dhamma
Adalah pemberi Tanpa-kematian.”

43 (3) Makanan

144 “Mereka selalu bergembira dalam makanan,
Baik para dewa maupun manusia.
Jadi makhluk jenis apakah
Yang tidak bergembira dalam makanan ?”97

145 “Ketika mereka memberi karena keyakinan
Dengan hati penuh keyakinan,
Makanan menumpuk kepada [pemberi] itu sendiri
Baik di dunia ini maupun di dunia berikutnya. <68>

146 “Oleh karenanya, setelah menghilangkan kekikiran,
Penakluk noda seharusnya memberikan dana.
Jasa-jasa kebajikan itu merupakan penopang bagi makhluk hidup
[Ketika mereka muncul] di dunia lain.”

44 (4) Satu akar

[Satu devata:]

147 “Sang penglihat telah menyeberangi jurang dalam
Dengan akar tunggalnya, dua pusaran airnya,
Tiga noda, lima perluasannya,
Samudra dengan dua belas pusaran-arus.”98 [33]

45 (5) Sempurna

[Satu devata:]

148 “Lihatlah dia yang memiliki nama sempurna,
ang penglihat tujuan yang halus,
Sang pemberi kebijaksanaan, yang tidak melekat
Pada sarang kesenangan-kesenangan indera.<69>
Lihatlah orang bijaksana, yang tahu – segala,
Sang penglihat agung yang menapak pada jalan mulia.”99

46 (6) Peri

149 “Menggema dengan kelompok peri,
Dihantui oleh kelompok jin!
Hutan ini disebut ‘Memperdaya”;
Bagaimanakah orang bisa lolos darinya?”100

150 “’Jalan yang lurus’ demikian jalan itu disebut,
Dan ‘tanpa takut’ adalah tujuannya.
Keretanya disebut ‘tidak berderak,’
Dipasangi roda keadaan-keadaan bajik.

151 “Rasa malu adalah papan penopangnya,
Kewaspadaan adalah kain pelapisnya;
Aku menyebut Dhamma kusir kereta,
Dengan pandangan benar yang berlari di depan.101<70>

152“Dia yang memiliki kendaraan semacam itu-
Tak perduli perempuan atau laki-laki-
Melalui sarana kendaraan ini, telah
Tertarik mendekat ke Nibbana.”102

47 (7) Penanam Hutan

153 “Bagi siapa jasa kebajikan selalu bertambah,
baik siang maupun malam?
Siapa orang-orang yang pergi ke surga,
Yang mantap di dalam Dhamma, yang memiliki moralitas?”

154 “Mereka yang membangun taman atau hutan kecil,
Orang-orang yang membangun jembatan,
Tempat untuk minum dan sumur,
Mereka yang memberikan tempat tinggal :103

155 “Bagi merekalah jasa kebajikan selalu bertambah,
Baik siang maupun malam;
Mereka adalah orang-orang yang pergi surga,
Yang mantap di dalam Dhamma, yang memiliki moralitas.”<71>

48 (8) Hutan Jeta

[Devata Anathapindika:]

156 “Ini sungguh merupakan Hutan Jeta itu,
Tempat peristirahatan bagi Sangha para penglihat,
Yang didiami oleh Raja Dhamma,
Tempat yang memberiku kegembiraan.104 [34]

157 “Tindakan, pengetahuan, keluhuran,
Moralitas, kehidupan yang elok:
Melalui inilah para makhluk dunia dimurnikan,
Bukan melalui keturunan atau kekayaan.”

158 “Karena itu, orang yang bijaksana,
Demi untuk kebajikannya sendiri,
Dengan cermat harus memeriksa Dhamma:
Dengan demikian dia dimurnikan di dalamnya.

159 “Sariputta benar-benar memiliki kebijaksanaan,
Dengan moralitas dan dengan kedamaian di dalam.
Bahkan seorang bhikkhu yang telah pergi ke seberang
Paling-paling hanya dapat menyemainya.”105<72>

49 (9) kikir

[Devata:]

160 “Mereka yang kikir di sini di dunia ini,
Orang-orang yang pelit, para pencerca,
Orang-orang yang menciptakan penghalang
Bagi orang lain yang melakukan pemberian dana:

161 Akibat macam apa yang akan mereka tuai?
Tempat tujuan macam apa di masa depan?
Kami datang untuk menanyakan hal ini pada Yang terberkahi:
Bagaimana kami harus memahaminya ?”

[Yang Terberkahi:]

162 “Mereka yang kikir di sini di dunia ini,
Orang-orang yang pelit, para pencerca,
Orang-orang yang menciptakan penghalang
Bagi orang lain yang melakukan pemberian dana:
Mereka bisa terlahir kembali di neraka,
Di alam binatang atau Yama.106

163 :Jika mereka kembali ke alam manusia
Mereka terlahir kembali di keluarga miskin <73>
Di situ pakaian, makanan, kesenangan, dan olahraga
Diperoleh hanya dengan susah payah.

164 “apa pun yang mungkin diharapkan oleh orang tolol ini dari orang lain,
Bahkan itu pun tidak mereka peroleh.
Inilah hasilnya di dalam kehidupan ini juga;
Dan di masa depan tempat tujuan yang buruk.”

[Devata:]

165 “Kami memahami apa yang engkau katakana;
Kami tanyakan, O Gotama, pertanyaan lain:
Mereka di sini, yang ketika memperoleh alam manusia,
Bersifat ramah dan dermawan,
Yakin pada Buddha dan Dhamma
Dan sangat hormat terhadap Sangha:

166 Akibat macam apa yang akan mereka tuai?
Tempat tujuan macam apa di masa depan?
Kami datang untuk menanyakan hal ini pada Yang Terberkahi:
Bagaimana kami harus memahaminya ?”<74>

[Yang Terberkahi:]

167 “Mereka disini, yang ketika memperoleh alam manusia,
Bersifat ramah dan dermawan,
Yakin pada Buddha dan Dhamma
Dan sangat hormat terhadap Sangha,
Para makhluk ini menerangi surga-surga
Dimana mereka telah terlahir kembali.107 [35]

168 “Jika mereka kembali ke alam manusia
Mereka terlahir kembali di keluarga kaya.
Di situ pakaian, makanan, kesenangan, dan olahraga
Diperoleh tanpa kesulitan.

169 “Mereka bergembira bagaikan dewa yang mengendalikan
Harta-harta yang dikumpulkan oleh orang lain.108
Inilah hasilnya di dalam kehidupan ini juga;
Dan di masa depan tempat tujuan yang baik.” <75>

50 (10) Ghatikara

[Devata Ghatikara:]

170 “Tujuh bhikkhu yang terlahir kembali di Aviha
Telah sepenuhnya terbebas.
Dengan nafsu dan kebencian yang sepenuhnya hancur,
Meraka telah menyeberangi kemelekatan terhadap dunia.”109

[Yang Terberkahi}

171 “Dan siapakah mereka yang telah menyeberangi rawa itu,
Alam Kematian yang begitu sulit diseberangi?
Yang, setelah meninggalkan tubuh manusia ini,
Telah menanggulangi ikatan surgawi?”110

[Ghatikara:]

172 “Upaka dan Palaganda,
Dengan Pukkusati – ini adalah tiga.
Kemudian Bhaddiya dan Bhaddadeva
Dan Bahudanti dan Pingiya.
Mereka ini, setelah meninggalkan tubuh manusia,
Telah menanggulangi ikatan surgawi.”111

[Yang Terberkahi]

173 “Bagus kata yang kau ucapkan tentang mereka,
Dari antara mereka yang telah meninggalkan jeratan Mara.
Dhamma siapakan yang telah mereka pahami
Dan dengannya mereka memotong ikatan dumadi?”112

[Ghatikara:]

174 “Itu tidak terlepas dari Yang Terberkahi!
Itu tidak terlepas dari Ajaran-ajaran Bhante!
Dengan memahami Dhammamu
Mereka memotong ikatan dumadi.113

175 Di mana batin-dan bentuk lenyap,
Berhenti tanpa sisa:
Dengan memahami Dhamma itu di sini
Mereka memotong ikatan kehidupan

[Yang Terberkahi:]

176 “Sungguh dalam ucapak yang kau cetusan,
Sulit dipahami, sulit ditangkap.
Setelah memahami Dhamma siapa
Maka engkau mengeluarkan ucapan semacam itu?”<77>

[Ghatikara:):]

177 “Dimana lalu saya adalah pembuat tembikar,
Ghatikara di Vehalinga.
Saya menopang ibu dan ayahku saat itu
Sebagai pemgikut awam Buddha Kassapa.[36]

178 “Saya menjauhkan diri dari hubungan seksual,
Saya selibat, bebasa dari ikatan badaniah.
Saya adalah teman sedesamu,
Di masa lalu saya adalah sahabatmu.

179 “Saya adalah orang yang mengetahui
Tujuh bhikkhu yang terbebas ini,
Yang nafsu dan kebenciannya telah sepenuhnya hancur
Telah menyeberangi kemelekatan terhadap dunia.”

[Yang Terberkahi:]

180. “Memang Demikian halnya pada saat itu,
Seperti yang kau katakana, O Bhaggava:114
Di masa lalu engkau adalah pembuat tembikar, <78>
Ghatikaradi Vehalinga.
Engkah menopang ibu dan ayahmu saat itu
Sebagai pengikut awam Buddha Kassapa. [36]

181 “Engkau menjauhkan diri dari hubungan seksual,
Engkau selibat, bebas dari ikatan badaniah.
Engkau adalah teman sedesaku,
Di masa lalu engkau adalah sahabatku.”

182 Demikianlah pertemuan yang terjadi
Antara sahabat-sahabat di masa lalu itu,
Keduanya sekarang telah berkembang,
Pembawa tubuh akhir mereka.115

III. PEDANG

http://kalyana-mitta.com/wp-content/uploads/2012/03/parinibbana.jpg
III. PEDANG

21 (1) Pedang

Di Savatthi. Sambil berdiri di satu sisi, devata tersebut mengucapkan syair ini dihadapan Yang Terberkahi:

51 “Bagaikan dihantam oleh pedang,
Seolah-oleh kepalanya terbakar,
Seorang bhikkhu seharusnya berkelana dengan waspada
Untuk meninggalkan nafsu indera.”

[Yang Terberkahi:]

52 “Bagaikan dihantam oleh pedang,
Seolah-olah kepalanya terbakar,
Seorang bhikkhu seharusnya berkelana dengan waspada
Untuk meninggalkan pandangan tentang identitas.”40

22 (2) Itu menyentuh <28>

53 “Itu tidak menyentuh dia yang tidak menyentuh,
Tetapi kemudian akan menyentuh dia yang menyentuh.
Oleh karenanya, itu menyentuh dia yang menyentuh,
Dia yang menyalahkan orang yang tak bersalah.”41

54 “Jika orang menyalakan orang yang tak bersalah,
Orang yang murni tanpa roda,
Kejahatan akan berbalik menghantam si tolol itu sendiri
Bagaikan debu halus yang dilemparkan melawan angin.”42

23 (3) Kekusutan

55 “Kekusutan di dalam, kekusutan di luar,
Generasi ini terjerat dalam suatu kekusutan.
Saya menanyakan ini padamu, O Gotama,
Siapa yang dapat mengurangi kekusutan ini?”43 <29>

56 “Manusia yang mantap di dalam moralitas, bijaksana,
Yang mengembangkan pikiran dan kebijaksanaan,
Bhikkhu yang rajin dan berhati-hati:
Dia dapat menguraikan kekusutan ini.44

57 “Mereka yang nafsu dan kebencian
Bersama dengan ketidak-tahuannya telah dihapus,
Para Arahat dengan noda-noda yang telah dihancurkan:
Bagi mereka kekusutan ini telah diurai.45

58 “Di mana batin-dan bentuk berhenti,
Behenti tanpa sisa,
Demikian juga pergeseran dan persepsi tentang bentuk:
Di sinilah kekusutan ini dipotong.’46 [14]

24 (4) Pengendalian di dalam Pikiran

59 “ dari apa pun yang dikendalikan orang di dalam pikiran,
Dari situ tidak ada penderitaan yang menimpanya.<30>
Seandainya orang mengendalikan di dalam pikiran dari segalanya,
Dia terbebas dari semua penderitaan.”

60 “Orang tidak perlu mengendalikan di dalam pikiran dari segalanya
Bila pikiran telah ada di bawah kendali
Dari apa pun yang menyebabkan kejahatan datang,
Dari sinilaj orang harus mengendalikan di pikiran.”47

25 (5) Arahat

61 “Jika seorang bhikkhu adalah arahat,
Sempurna, dengan noda yang telah dihancurkan,
Orang yang menanggung tubuh terakhirnya,
Apakah dia masih berkata, ‘Saya berbicara’?
Dan apakah dia berkata,”Mereka berbicara kepadaku’?”48

62 “Jika seorang bhikkhu adalah Arahat, <31>
Sempurna, dengan noda yang telah dihancurkan,
Dia yang menanggung tubuh terakhirnya,
Dia mungkin masih berkata, ‘Saya berbicara,’
Dan dia mungkin berkata, ‘Mereka berbicara kepadaku.’
Terampil, mengetahui gaya percakapan dunia,
Dia menggunakan istilah-istilah sedemikian hanya sebagai ekspresi.”49

63 “Bila seorang bhikkhu adalah Arahat,
Sempurna, dengan noda yang telah dihancurkan,
Dia yang menanggung tubuh terakhirnya,
Apakah karena dia telah menemukan kesombongan
Sehingga dia berkata, ‘Saya berbicara,’
Sehingga dia berkata, ‘Mereka berbicara kepadaku’?”50

64 “Tidak ada simpul bagi dia yang telah meninggalkan kesombongan;
Baginya semua simpul kesombongan telah habis.
Walaupun orang bijak telah mentransendenkan yang dipahami,[15]
Dia mungkin masih berkata, ‘Saya berbicara,’
Terampil, mengetahui gaya percakapan dunia,
Dia menggunakan istilah-istilah sedemikian hanya sebagai ekspresi.”51

26 (6) Sumber-sumber Sinar

65 “Berapa banyakkah sumber sinar yang ada di dunia
Yang dengannya dunia diterangi?
Kami telah datang untuk menanyakan ini kepada Yang Terberkahi:
Bagaimana kami harus memahaminya?”

66 “Ada empat sumber sinar di dunia;
Yang kelima tidak ditemukan di sini.
Matahari bersinar pada siang hari,
Rembulan menerangi di malam hari,

67 “Dan api menyala di sana sini
Baik siang maupun malam
Tetapi Buddha adalah yang terbaik dari mereka yang bersinar:<33>
Beliau adalah sinar yang tak-tertandingi.”

27 (7) Arus-arus

68 “dari manakah arus-arus berbalik?
Di manakah putaran itu tidak lagi berpusar?
Dimanakah batin-dan-bentuk berhenti,
Berhenti tanpa sisa?”

69 “Di tempat air, bumi, api, dan udara,
Tidak memperoleh pijakan:
Dari sinilah arus-arus itu berbalik,
Di sinilah putaran itu tidak lagi perpusar;
Disinilah batin-danbentuk berhenti,
Berhenti tanpa sisa.”52

28 (8) Mereka dengan Kekayaan Besar <34>

71 53”Mereka yang besar kekayaan dan harta miliknya,
Bahkan para khattiya yang menguasai negeri.
Saling memandang dengan mata keserakahan,
Tidak terpuaskan dalam nafsu-nafsu indera.

72 Di antara meraka yang telah menjadi begitu keranjingan,
Yang mengalir bersama arus kehidupan,
Siapa di sini yang telah meninggalkan nafsu keinginan?
Siapa di dunia ini yang tidak lagi keranjingan?”54

73 “Setelah meninggalkan rumah dan meninggalkan keduniawian,
Setelah meninggalkan putra dan ternak yang disayangi,
Setelah meninggalkan nafsu jasmani dan kebencian,<35>
Setelah menghapus ketidak-tahuan-
Para Arahat dengan noda yang telah dihancurkan
Adalah mereka di dunia yang tidak lagi keranjingan.”[16]

29 (9) Empat Roda

74 “Memiliki empat roda dan sembilan pintu,
Yang terisi penuh dan terikat dengan keserakahan,
Terlahir dari rawa, O pahlawan besar!
Bagaimana orang lolos darinya?”55

75 “Setelah memotong tali dan pengikatnya,
Setelah memotong nafsu yang jahat dan keserakahan,
Setalah menarik nafsu keinginan sampai akarnya:
Demikianlah orang lolos darinya.”56

30 (10) Betis Rusa <36>

76 “Setelah mendatangi engkau, kami mengajukan pertanyaan
Tentang pahlawan yang ramping dengan betis rusa,
Tanpa keserakahan, bertahan hidup dengan sedikit makanan,
Berkelana sendiri bagaikan singa atau naga,
Tanpa perduli akan kesenangan-kesenangan indera:
Bagaimana orang terbebas dari penderitaan?”57

77 “Lima tali kesenangan indera di dunia,
Dengan pikiran yang dinyatakan sebagai yang keenam:
Setelah menghapus nafsu di sini,
Demikianlah orang terbebas dari penderitaan.”58<37>

II. NANDANA

http://agamabuddhaindo.files.wordpress.com/2010/09/lord-buddha-wallpaper-953.jpg
II. NANDANA

11 (1) Nandana

Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di Savatthi di Hutan Jeta, Taman Anathapindika. Di sana Yang Terberkahi berbicara kepada para bhikkhu demikian:”Para bhikkhu!”

“Yang Mulia Bhante,” jawab para bhikkhu. Yang Terberkahi berkata demikian:

“Pada suatu ketika di masa lalu, para bhikkhu, satu devata dari kelompok Tavatimsa sedang bersuka ria di Hutan Nandana,<11> memiliki dan melengkapi dengan lima tali kesenangan indera surgawi, ditemani oleh kelompok peri surgawi. Pada kesempatan itu, dia menyampaikan syair ini:

20 “Mereka tidak mengetahui kebahagiaan
Yang belum melihat Nandana,
Kediaman para dewa pria yang megah
Yang merupakan milik kelompok Tiga Puluh Dewa.’19 [6]

“Ketika hal ini dikatakan, para bhikkhu, satu devata menjawab devata tersebut dengan syair:

21 “Tidakkah engkau mengetahui, hai si tolol,
Peribahasa para Arahat?
Tidaklah kekal semua bentukan;
Sifatnya adalah muncul dan berhenti:
Setelah muncul, mereka berhenti:
Redanya bentukan-bentukan itulah kebahagiaan.’”20

12 (2) Sukacita

Di Savatthi. Sambil berdiri di satu sisi, devata tersebut mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:<12>

22 “Orang yang mempunyai putra bersikacita dalam putra-putranya,
Orang dengan ternak bersukacita dalam ternaknya.
Perolehan sungguh merupakan sukacita manusia;
Tanpa perolehan orang tidak bersukacita.”21

[Yang Terberkahi:]

23 “Orang yang mempunyai putra bersedih atas putra-putranya
Orang dengan ternak bersukacita dalam ternaknya.
Perolehan sungguh merupakan kesedihan manusia;
Tanpa perolehan orang tidak bersedih.”

13 (3) Tak ada yang Setara dengan itu bagi Seorang Putra

Di Savatthi. Sambil berdiri di satu sisi, devata tersebut mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:

24 “Tak ada kasih sayang seperti kasih sayang bagi seorang putra,
tak ada kekayaan setara dengan ternak,
Tak ada cahaya yang seperti matahari,
Di antara air, samuderalah yang paling tinggi.22

[Yang Terberkahi:]

25. “Tak ada kasih sayang seperti kasih sayang bagi diri sendiri,
Tak ada kekayaan yang setara dengan biji-bijian,
Tak ada sinar yang seperti kebijaksanaan,
Di antara air, hujanlah yang paling tinggi.<13>

14 (4) Khattiya

26 “Khattiya adalah yang terbaik di antara maklhuk berkaki dua,
Lembu, yang terbaik di antara yang berkaki empat;
Perawan adalah yang terbaik dari para istri,
Yang dilahirkan pertama, yang terbaik dari para putra.”23

27 “Buddha adalah yang terbaik di antara maklhuk berkaki dua,
Kuda, yang terbaik di antara yang berkaki empat;
Perempuan yang taat adalah yang terbaik dari para istri,
Putra yang berbakti, yang terbaik dari para outra.”[7]

15 (5) Bergumam

28 “Ketika jam tengah hari tiba
Dan burung-burung telah hinggap,<14>
Hutan yang megah itu sendiri bergumam:
Betapa mengerikan hal itu tampak olehku!”24

29 “Ketika jam tengah hari tiba
Dan burung-burung telah hinggap, <14>
Hutan yang megah itu sendiri bergumam:
Betapa menyenangkan hal itu tampak olehku!”

16 (6) Kantuk dan Kemalasan

30 “Kantuk, kemalasan, peregangan yang malas, <15>
Tak puas hati, lamban setelah makan:
Karena ini, di antara para makhluk di sini,
Jalan mulia tidaklah muncul.”

31 “Kantuk, kemalasan, peregangan yang malas,
Tak puas hati, lamban setelah makan:
Ketika orang menghalau ini dengan semangat,
Jalan mulia pun terbuka.”25

17 (7) Sulit Dipraktekkan

32 “Kehidupan petapa sulit dipraktekkan
Dan sulit bagi yang tidak cocok untuk bertahan,
Ada bayak penghalang di sana
Di mana orang tolol gagal.”

33 “Berapa hari orang dapat mempraktekkan kehidupan petapa
Jika orang tidak mengendalikan pikirannya?
Orang akan gagal pada setiap langkah
Di bawah pengaruh niat seseorang.”26

34 “Dengan menarik buah pikiran
Seperti penyu menarik kaki tangannya ke dalam batoknya, <16>
Mandiri, tidak mengganggu yang lain, sepenuhnya padam,
Seorang bhikkhu tidak akan menyalahkan siapapun.”27

18 (8) Rasa Malu

35 “Adakah orang di suatu tempat di dunia
Yang terkendali oleh rasa malu,
Orang yang menarik diri dari kesalahan
Seperti kuda yang baik menarik diri dari cambuk?”28

36 “memang sedikit mereka yang terkendali oleh rasa malu
Yang menjalani kehidupan selalu waspada;
Sedikit, setelah mencapai akhir penderitaan,
Menjalani kehidupan dengan mantap di antara yang tidak mantap.”[8] <17>

19 (9) Gubuk Kecil

37 Tidaklah engkau memiliki gubuk kecil ?
Tidakkah engkau memiliki sarang kecil?
Tidakkah engkau memiliki garis-garis yang diperpanjang?
Apakah engkau bebas dari belenggu?”

38 “Sudah pasti aku tidak memiliki gubuk kecil,
Sudah pasti aku tidak memiliki sarang kecil,
Sudah pasti aku tidak memiliki garis-garis yang diperpanjang,
Sudah pasti aku bebas dari belenggu.”29

39 “Menurut pendapatmu, apakah yang saya sebut gubuk kecil?
Menurut pendapatmu, apakah yang saya sebut sarang kecil?
Menurut pendapatmu, apakah yang saya sebut garis-garis yang diperpanjang?
Menurut pendapatmu, apakah yang saya sebut belenggu?”30

40 “Ibulah yang kau sebut gubuk kecil,
Istri yang kau sebut sarang kecil, <18>
Putra-putralah yang kau sebut garis-garis yang diperpanjang,
Nafsu keinginanlah yang kau beritahukan sebagai belenggu.”

41 “memang baik pula engkau tidak memiliki gubuk kecil,
Baik bila engkau tidak memiliki sarang kecil,
Baik bila engkau tidak memiliki garis-garis yang diperpanjang,
Baik bila engkau bebas dari belenggu.”

20 (10) Samiddhi

Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di Rajagaha di Taman Sumber Air Panas. Pada saat itu, Y.M. Samiddhi,. Setelah bangun ketika cahaya kemerahan pertama muncul di fajar hari, pergi ke sumber air panas untuk mandi. Setelah mandi di sumber air panas dan telah keluar dari situ, dia berdiri dengan mengenakan selembar jubah sambil mengeringkan kaki dan tangannya.

Kemudian, ketika malam telah larut, satu devata dengan keelokan yang memukau, yang menerangi seluruh sumber air panas tersebut, mendatangi Y.M. Samiddhi. Setelah mendekat, devata perempuan itu berdiri di udara dan berbicara kepada Y.M. Samiddhi dengan syair.’31 <19>

42 “Tanpa menikmati engkau mengumpulkan dana makan, bhikkhu,
Engkau tidak mencari makanan setelah engkau menikmatinya.
Pertama-tama nikmatilah, bhikku, kemudian carilah dana makanan:
Jangan biarkan waktu melewatimu!”[9]

43 “Saya tidak tahu jam berapa ini;
Waktu bersembunyi dan tak dapat dilihat.
Jadi, tanpa menikmati, saya mengumpulkan dana makanan:
Jangan biarkan waktu melewatiku!”32

Kemudian devata itu turun ke bumi dan berkata kepada Y.M. Samiddhi: ‘Engkau telah meninggalkan keduniawian sementara masih muda, bhikkhu, pemuda dengan rambut hitam, yang memiliki berkah kemudaan, di masa puncak kehidupan, tanpa pernah bermain –main dengan kesenangan-indera. Nikmatilah kesenangan-indera manusia, wahai bhikkhu; jangan meninggalkan pa yang langsung terlihat untuk mengejar apa yang makan waktu.”

“Saya bukannya meninggalkan apa yang langsung terlihat, sahabat, untuk mengejar apa yang makan waktu. Saya justru telah meninggalkan apa yang makan waktu untuk mengejar apa yang langsung terlihat. <20> Karena Yang Terberkahi, sahabat, telah mengatakan bahwa kesenangan-kesenangan indera justru membuang-waktu, penuh dengan penderitaan, penuh dengan keputusasaan, dan bahaya di dalam tetap lebih besar. Namun Dhamma ini langsung terlihat, langsung dapat dipraktekkan, mengundang orang untuk datang dan melihat, dapat diterapkan, untuk dialami secara pribadi oleh para bijaksana.”33

“Bagaimana mungkin, bhikkhu, Yang Terberkahi telah mengatakan bahwa kesenangan-kesenangan indera justru membuang waktu, penuh dengan penderitaan, penuh dengan keputus-asaan, dan bahaya di dalamnya tetap lebih besar? Bagaimana mungkin Dhamma ini langsung terlihat, langsung dapat dopraktekkan, mengundang orang untuk datang dan melihat, dapat diterapkan, untuk dialami secara pribadi oleh para bijaksana?”

“Saya baru saja ditasbihkan, sahabat, belum lama meninggalkan keduniawian, baru saja bertemu Dhamma dan vinaya ini. Saya tidak dapat menjelaskannya secara mendetil. Tetapi Yang Terberkahi, Sang Arahat, Yang Tercerahkan Sempurna, sedang berdiam di Rajagaha di Taman Sumber Air Panas. Datanglah pada Yang Terberkahi itu dan bertanyalah kepada Beliau tentang hal ini. Sebagaimana Beliau menerangkannya kepadamu, demikianlah engkau harus mengingatnya.”

“Tidak mudahlah bagi kami untuk mendekati Yang Terberkahi, wahai bhikkhu, karena Beliau dikelilingi oleh devata-devata lain yang memiliki pengaruh besar.34 Seandainya engkau mau datang pada Beliau <21> dan bertanya hal ini, kami akan ikut juga untuk mendengarkan Dhamma.”

“Baiklah, sahabat, jawab Y.M. Samiddhi. Maka Y.M. Samiddhi mendatangi Yang Terberkahi, memberi hormat kepada beliau, duduk di satu sisi, [10] dan melaporkan seluruh diskusi dengan devata itu, [11] <22-23. (syair 44-45, yang tercakup di dalam laporan, mengulangi syair 42-43) dengan menambahkan: “Jika pernyataan devata itu benar, Yang Mulia Bhante, maka devata itu pasti berada di dekat sini.”

Ketika hal ini dikatakan, devata tersebut berkata kepada Y.M. Samiddhi: “Bertanyalah, Bhikkhu! Bertanyalah, Bhikkhu! Karena saya telah tiba.”

Kemudian Yang Terberkahi berbicara kepada devata itu dengan syair:

46 “Para makhluk yang memahami apa yang dapat diekspresikan
Menjadi mantap di dalam apa yang dapat diekspresikan. <24>
Karena tidak sepenuhnya memahami apa yang dapat diekspresikan,
Mereka jatuh di bawah kuk Kematian.35

47 “Tetapi setelah sepenuhnya memahami apa yang dapat diekspresikan,
Seseorang tidak memahami ‘dia yang mengekspresikan.’
Karena baginya hal seperti itu tidak ada
Yang dapat digunakan orang untuk menggambarkan dia.36

“Jika engkau memahami, wahai makhluk halus, berbicaralah.”

“Saya tidak memahami secara mendetil, Yang Mulia Bhante, arti dari apa yang secara ringkas telah dinyatakan oleh Yang Terberkahi. Saya mohon, Yang Mulia Bhante, sudilah Yang Terberkahi menjelaskannya kepada saya dengan cara sedemikian sehingga saya bisa memahami secara mendetil arti dari apa yang secara ringkas telah Beliau nyatakan.”[12]

[Yang Terberkahi:]

48 “Dia yang memahami ‘Aku sama, lebih baik, atau lebih buruk,’
Karena hal itu mungkin terlibat dalam peselisihan.
Tetapi dia yang tidak tergoyah dalam tiga perbedaan
Tidak terpikir, ‘aku sama atau lebih baik.’37 <25>

“jika engkau memahami, wahai makhluk halus, berbicaralah,”

“Dalam hal ini juga, Yang Mulia Bhante, Saya tidak memahami secara mendetil … sudilah Yang Terberkahi menjelaskannya kepada saya dengan cara sedemikian sehingga saya bisa memahami secara mendetil arti dari apa yang secara telah beliau nyatakan.”

[Yang Terberkahi:]

49 “Dia telah meninggalkan perkiraan, tidak memangku kesombongan;38
Dia telah memotong nafsu di sini untuk batin-dan-bentuk.
Walaupun para dewa dan manusia mencarinya
Di sini dan di luar sana, di surga dan di semua kediaman,
Mereka tidak menemukan dia yang simpul-simpulnya telah terpotong,
Dia yang tak terganggu, yang bebas dari kerinduan.

“Jika engkau memahami, wahai maklhuk halus, berbicaralah.”

“Saya memahami secara mendetil, Yang Mulia Bhante, artinya dari apa yang secara ringkas telah dinyatakan oleh Yang Terberkahi demikian: <26>

50 “Orang seharusnya tidak melakukan kejahatan di semua dunia,
Tidak melalui ucapan, pikiran, atau tubuh.
Setelah meninggalkan kesenangan-kesenangan indera,
Waspada dan secara jernih memahami,
Orang seharusnya tidak mengejar suatu jalan
Yang menyakitkan dan merugikan.”39

I. BULUH

I. BULUH

1 (1) Menyeberangi Banjir

Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika Yang Terberkahi sedang berdiam di Savatthi di Hutan Jeta, taman Ananthapindika. Kemudian, ketika malam telah larut, satu devata dengan keelokan yang memukau, yang menerangi seluruh Hutan Jeta, mendatangi Yang Terberkahi. Setelah mendekat, dia memberi hormat kepada Yang Terberkahi, berdiri di satu sisi, dan berkata kepada Beliau:

“Tuan yang baik, bagaimana engkau dulu menyeberangi banjir ?”1

“Dengan cara tidak berhenti, sahabat, dan dengan tidak menegang aku menyeberangi banjir.”2

“Tetapi bagaimana caranya, tuan yang baik, dengan tidak berhenti dan dengan tidak menegang engkau dulu menyeberangi banjir?”

“Bila aku berhenti, sahabat, maka aku tenggelam; tetapi bila aku meronta, maka aku terbawa arus. Dengan cara inilah, sahabat, dengan tidak berhenti dan tidak menegang aku menyeberangi banjir.”3 <2>

[Devata:]

1 “Setelah lama akhirnya saya melihat
Seorang brahmana yang sepenuhnya padam,
Yang dengan tidak berhenti, tidak menegang,
Telah menyeberangi kemelekatan pada dunia.”4

Itulah yang dikatakan devata tersebut.5 Sang Guru menyetujui. Kemudian, dengan berpikir, “Sang Guru telah menyetujui saya,” devata tersebut memberi hormat kepada Yang Terberkahi. Dan dengan menjaga Beliau di sisi kanannya, devata itu lenyap seketika itu juga. [2]

2 (2) Emansipasi

<3> Di Savatthi. Kemudian, ketika malam telah larut, satu devata dengan keelokan yang memukau, yang menerangi seluruh Hutan Jeta, mendatangi Yang Terberkahi. Setelah mendekat, dia memberi hormat kepada Yang Terberkahi, berdiri di satu sisi, dan berkata kepada Beliau:

“Tuan yang baik, apakah engkau mengetahui emansipasi, pembebasan, kesendirian bagi para makhluk?”(6)

“Aku tahu, sahabat, emansipasi, pembebasan, kesendirian bagi para makhluk.”

“Tetapi dengan cara apa, tuan yang baik, engkau mengetahui emansipasi, pembebasan, kesendirian bagi para makhluk?”

[Yang Terberkahi:]

2 “Dengan hancur totalnya sukacita dalam dumadi.7
Dengan lenyapnya persepsi dan kesadaran,
Dengan berhenti dan reanya perasaan:<4>
Demikianlah, sahabat, aku mengetahui bagi para makhluk –
Emansipasi, pembebasan, kesendirian.”8

3 (3) Mencapai

Di Savathi. Sambil berdiri di satu sisi, devata tersebut mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:

3 “Kehidupan berlalu pergi, sungguh pendek rentang kehidupan ini:
Tak ada perlindungan bagi orang yang telah mencapai usia tua.
Karena melihat dengan jelas bahaya dalam kematian ini,
Orang seharusnya melakukan tindakan-tindakan berjasa yang membawa kebahagian.”9

[Yang Terberkahi]

4 “Kehidupan berlalu pergi, sungguh pendek rentang kehidupan ini;
Tak ada perlindungan bagi orang yang telah mencapai usia tua
Karena melihat dengan jelas bahaya dalam kematian ini,
Pencari kedamaian seharusnya meninggalkan umpan dunia.”10 [3] <5>

4 (4) Waktu Berlalu

Di Savatthi. Sambil berdiri di satu sisi, devata tersebut mengucapkan syair ini dihadapan Yang Terberkahi:

5 “Waktu berlalu, malam-malam dengan cepat lewat;
Tahap-tahap kehidupan silih berganti meninggalkan kita.11
Karena melihat dengan jelas bahaya dalam kematian ini,
Orang seharusnya melakukan tindakan-tindakan berjasa yang membawa kebahagiaan.”

[Yang Terberkahi:]

6 “Waktu berlalu, malam-malam dengan cepat lewat;
Tahap-tahap kehidupan silih berganti meninggalkan kita.
Karena dengan jelas melihat bahaya dalam kematian ini,
Pencari kedamaian dunia seharusnya meninggalkan umpan dunia.”

5 (5) Berapa Banyak Seseorang Harus Memotong ?

Di Savatthi. Sambil berdiri di satu sisi, devata tersebut mengucapkan syair ini dihadapan Yang Terberkahi:

7 “Berapa banyak seseorang harus memotong, berapa banyak meninggalkan
Dan berapa banyak selanjutnya seseorang harus mengembangkan?
Bhikkhu yang telah mengatasi berapa banyak ikatan
Disebut penyerang banjir?”

[Yang Terberkahi:] <6>

8 “Seseorang harus memotong lima, meninggalkan lima,
Dan selanjutnya harus mengembangkan lima lagi.
Bhikkhu yang telah mengatasi lima ikatan
Disebut penyeberang banjir.”12

6 (6) Terjaga

Di Savatthi. Sambil berdiri di satu sisi, devata tersebut mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:

9 “Berapa banyak orang yang tertidur ketika [yang lain] terjaga?
Berapa banyak yang terjaga ketika [yang lain] tertidur?
Dengan berapa banyak orang mengumpulkan debu?
Dengan berapa banyak orang dimurnikan?”

[Yang Terberkahi:]

10 “Lima tertidur ketika [yang lain] terjaga ;
Lima terjaga ketika [yang lain] tertidur.
Dengan lima hal orang mengumpulkan debu,
Dengan lima hal orang dimurnikan.’13 [4] <7>

7 (7) Belum menembus

Di Savatthi. Sambil berdiri di satu sisi, devata tersebut mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:

11 “Mereka yang belum menembus segala sesuatu,
Yang dapat dibawa ke dalam doktrin-doktrin lain,
Tertidur pulas, mereka belum terjaga:
Sudah waktunya bagi mereka untuk terjaga.”14

[Yang Terberkahi:]

12 “Mereka yang telah menembus segala sesuatu dengan baik,
Yang tidak dapat dibawa ke dalam doktrin-doktrin lain,
Mereka yang terjaga, karena telah tahu dengan benar,
Menjalani hidup dengan mantap di antara yang tidak mantap.”15

8 (8) Sepenuhnya Kacau

Di Savatthi. Sambil berdiri di satu sisi, devata tersebut mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:

13 “Mereka yang sepenuhnya kacau tentang segala sesuatu,
Yang dapat dibawa ke dalam doktrin-doktrin lain, <8>
Tertidur pulas, mereka belum terjaga:
Sudah waktunya bagi mereka untuk terjaga.”

[Yang Terberkahi:]

14 “mereka yang tidak kacau tentang segala sesuatu,
Yang tidak dapat dibawa ke dalam doktrin-doktrin lain,
Mereka yang terjaga, karena telah tahu dengan benar,
Menjalani kehidupan dengan mantap di antara yang tidak mantap.”

9 (9) Orang yang Cenderung Sombong

Di Savatthi. Sambil berdiri di satu sisi, devata tersebut mengucapkan syair ini di hadapan Yang teberkahi:

15 “Tidak ada penjinakan di sini bagi orang yang suka sombong,
Tidak juga ada kepetapaan bagi yang tidak berkonsentrasi:
Walaupun berdiam sendiri di hutan, tidak berhati-hati,
Orang tidak dapat ke pantai seberang melampaui alam Kamatian.”16

[Yang Terberkahi:]

16 “Setelah meninggalkan kesombongan, berkonsentrasi dengan baik,
Dengan pikiran yang tinggi, di mana-mana terbebas:<9>
Sementara berdiam sendiri di hutan, rajin,
Orang dapat menyeberang melampaui alam Kematian,”17

10 (10) Hutan

Di Savatthi. Sambil berdidi di satu sisi, devata tersebut mengucapkan syair ini di hadapan Yang Terberkahi:

17 “Mereka yang berdiam jauh di dalam hutan,
Damai, menjalani kehidupan suci,
Makan hanya satu kali sehari:
Mengapa air muka mereka begitu tenang?”18

[Yang Terberkahi:]

18 “Mereka tidak menyesali masa lampau,
Tidak pula mereka merindukan masa depan.
Mereka mempertahankan diri dengan apa yang ada:
Karena itulah air muka mereka begitu tenang.

19 “Karena merindukan masa depan,
Karena menyesali masa lampau,
Orang-orang dungu mengering dan melayu
Bagaikan alang-alang hijau yang ditebas.”

Devatasamyutta

http://www.nshi.org/wp-content/uploads/2011/07/gbr-1.jpg
Bab I
1. Devatasamyutta
Khotbah-khotbah yang Berhubungan dengan Devata
I.  Buluh
1. (1) Menyeberangi Banjir
2. (2) Emansipasi
3. (3) Mencapai
4. (4) Waktu Berlalu
5. (5) Berapa Banyak Seseorang Harus Menolong ?
6. (6) Terjaga
7. (7) Belum Menembus
8. (8) Sepenuhnya Kacau
9, (9) Orang Yang Cenderung Sombong
10. (10) Hutan
 
II. Nandana
11. (1) Nandana
12. (2) Sukacita
13. (3) Tak Ada yang Setara dengan Itu bagi Seseorang Putra
14. (4) Khattiya
15. (5) Bergumam
16. (6) Kantuk dan Kemalasan
17. (7) Sulit Dipraktekkan
18. (8) Rasa Malu
19. (9) Gubuk Kecil
20. (10) Samiddhi

III. Pedang
21. (1) Pedang
22. (2) Itu Menyentuh
23. (3) Kekusutan
24. (4) Pengendalian di dalam Pikiran
25. (5) Arahat
26. (6) Sumber-sumber Sinar
27. (7) Arus-arus
28. (8) Mereka dengan Kekayaan Besar
29. (9) Empat Roda
30. (10) Betis Rusa
 
IV. Kelompok Satullapa
31. (1) Dengan yang Baik
32. (2) Kekikiran
33. (3) Baik
34. (4) Tidak Ada
35. (5) Pencari-cari Kesalahan
36. (6) Keyakinan
37. (7) Pertemuan Besar
38. (8) Pecahan Batu
39. (9) Anak Perempuan Pajjunna (1)
40. (10) Anak Perempuan Pajjunna (2)
 
V. Terbakar
41. (1) Terbakar
42. (2) Memberi Apa ?
43. (3) Makanan
44. (4) Satu Akar
45. (5) Sempurna
46. (6) Peri
47. (7) Penanam Hutan
48. (8) Hutan Jeta
49. (9) Kikir
50. (10) Ghatikara
 
VI. Usia Tua
51 (1) Usia Tua
52. (2) Tidak Melapuk
53. (3) Sahabat
54. (4) Penopang
55. (5) Menghasilkan (1)
56. (6) Menghasilkan (2)
57. (7) Menghasilkan (3)
58. (8) Jalan yang Menyimpang
59. (9) Partner
60. (10) Puisi
 
VII. Dibebani
61. (1) Nama
62. (2) Pikiran
63. (3) Nafsu Keinginan
64. (4) Belenggu
65. (5) Ikatan
66. (6) Diserang
67. (7) Dijerat
68. (8) Tertutup
69. (9) Keinginan
70. (10) Dunia
 
VIII. Setelah Membunuh
71. (1) Setelah Membunuh
72. (2) Kereta
73. (3) Harta Karun
74. (4) Hujan
75. (5) Takut
76. (6) Tidak Melapuk
77. (7) Kedaulatan
78. (8) Cinta Kasih
79. (9) Persediaan untuk Perjalanan
80. (10) Sumber Cahaya
81. (11) Tanpa Konflik
 
Catatan :
Sumber :
Samyutta Nikaya
Kotbah-khotbah Sang Buddha yang Berhubungan
Diterjemahkan dari Bahasa Inggris oleh :
Dra. Wena Cintiawati
Endang Widyawati, S.Pd.
Dra. Lanny Anggawati

Diedit oleh :
Rudy Ananda Limiadi, S.Si.,M.M.

Diterbitkan oleh :
Wisma Sambodhi Klaten