Mahāsīhanāda Sutta
Khotbah Panjang Auman Singa
Diterjemahkan dari bahasa Pāḷi ke bahasa Inggris oleh
Maurice O'Connell Walshe
© 2009-2012
Terjemahan alternatif: Pāḷi
Khotbah Panjang Auman Singa
Diterjemahkan dari bahasa Pāḷi ke bahasa Inggris oleh
Maurice O'Connell Walshe
© 2009-2012
Terjemahan alternatif: Pāḷi
Judul lain dari Mahāsīhanāda Sutta ini adalah Kassapa-Sīhanāda Sutta (RD).
1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Suatu ketika, Sang
Bhagavā sedang menetap
di Ujuññāya, di taman
rusa Kaóóakatthale.[1]
Di sana petapa telanjang Kassapa mendatangi-Nya, saling bertukar sapa dengan
Beliau, dan berdiri di satu sisi. Kemudian ia berkata:
2. ’Teman Gotama, aku telah mendengar bahwa:
“Petapa Gotama tidak menyetujui segala bentuk pertapaan keras, dan mencela dan
menyalahkan mereka yang menjalani kehidupan keras penyiksaan diri.[2]
Sekarang, apakah mereka yang mengatakan hal ini mengatakan sebenarnya, dan
apakah mereka tidak memfitnah Yang Mulia Gotama dengan kebohongan? Apakah
mereka menjelaskan sebenarnya tentang Dhamma-Nya dan apa yang berhubungan
dengan Dhamma-Nya, atau apakah beberapa guru dari sekte lain pantas disalahkan
atas pernyataan ini? Kami ingin melihat Yang Mulia Gotama membantah tuduhan ini.”’
3. ‘Kassapa, mereka yang mengatakan hal ini
tidak mengatakan yang sebenarnya, mereka memfitnah-Ku dengan kebohongan. Yang
sebenarnya terjadi adalah, Kassapa, bahwa Aku melihat seorang praktisi
penyiksaan diri, dan dengan mata-batin[3]” yang murni melebihi
pandangan mata manusia, Aku melihatnya muncul setelah kematiannya, saat
hancurnya jasmani, di alam sengsara, dalam keadaan menderita, di tempat
kehancuran, di neraka. Kemudian, aku melihat seorang praktisi penyiksaan diri
... muncul kembali setelah kematiannya di tempat yang baik, di alam surga.
Kemudian lagi, Aku melihat seorang praktisi pertapaan yang sedikit keras ...
muncul kembali di alam sengsara .... Kemudian lagi, Aku melihat seorang
praktisi pertapaan yang sedikit keras ... muncul kembali di tempat yang baik,
di alam surga. Karena aku dapat melihat kemunculannya, alam tujuannya, kematian
dan muncul kembalinya para petapa itu, bagaimana mungkin Aku tidak menyetujui
segala bentuk pertapaan keras, dan mencela dan menyalahkan mereka yang
menjalani kehidupan keras penyiksaan diri?’
4. ‘Kassapa, ada beberapa petapa dan Brāhmaóa yang
bijaksana, terlatih dalam berdebat, mampu membelah rambut, teliti, yang
berjalan dengan cerdas di sepanjang jalan pandangan-pandangan. Kadang-kadang
pandangan mereka selaras dengan pandangan- Ku, kadang-kadang tidak. Apa yang
kadang-kadang mereka setujui, kadang-kadang kami setujui. Apa yang
kadang-kadang tidak mereka setujui, kadang-kadang tidak kami setujui. Apa yang
kadang-kadang mereka setujui, kadang-kadang tidak kami setujui, dan apa yang
kadang-kadang tidak mereka setujui, kadang- kadang kami setujui. Apa yang
kadang-kadang kami setujui, kadang-kadang mereka setujui, apa yang
kadang-kadang tidak kami setujui, kadang-kadang tidak mereka setujui. Apa yang
kadang-kadang kami setujui, kadang-kadang tidak mereka setujui, dan apa yang
kadang-kadang tidak kami setujui, kadang-kadang mereka setujui.’
5. ‘Saat mendekati mereka, Aku berkata: “Dalam
hal-hal ini, tidak ada kesepakatan. Mari kita mengesampingkannya. Dalam hal-
hal ini, ada kesepakatan: silakan yang bijaksana menerimanya, mendebatnya, dan
mengkritik persoalan ini dengan guru-guru atau pengikut-pengikut mereka, dengan
mengatakan: ‘Di antara hal-hal tersebut yang tidak terampil[4] dan
diakui demikian, dapat dicela, harus dihindari, tidak pantas bagi seorang
Mulia, hitam dan diakui sebagai demikian – siapakah yang benar-benar telah
meninggalkan hal-hal demikian dan bebas dari hal-hal demikian: Petapa Gotama,
ataukah Yang Mulia guru-guru lainnya?’”’
6. ‘Para bijaksana akan berkata: “Di antara
hal-hal tersebut yang tidak terampil ... Petapa Gotama telah benar-benar
membebaskan diri-Nya, namun Yang Mulia guru-guru lainnya hanya sebagian.” Dalam
kasus ini, para bijaksana memberikan pujian kepada kami dalam porsi yang lebih
besar.’
7. ‘Atau para bijaksana akan berkata: “Di
antara hal-hal tersebut yang terampil dan diakui demikian, tanpa dicela, harus
dipraktikkan, pantas bagi seorang Mulia, cerah dan diakui sebagai demikian –
siapakah yang benar-benar telah menguasai hal-hal demikian: Petapa Gotama, ataukah
Yang Mulia guru-guru lainnya?”’
8. ‘Atau para bijaksana akan berkata: “Di antara
hal-hal tersebut ... Petapa Gotama telah benar-benar menguasainya, namun Yang
Mulia guru-guru lainnya hanya sebagian.” Dalam kasus ini, para bijaksana
memberikan pujian kepada kami dalam porsi yang lebih besar.’
9-12. (seperti
paragraf 5-8 tetapi: para siswa Petapa Gotama, atau para siswa dari yang Mulia
guru-guru lain.)
13. ‘Kassapa, ada jalan, ada cara mempraktikkan,
yang mana seseorang yang telah mengikutinya akan mengetahui dan melihat
sendiri: “Petapa Gotama berbicara pada waktu yang tepat, apa yang benar,
langsung ke pokok permasalahan[5] – Dhamma dan disiplin.” Apakah
jalan ini dan cara mempraktikkan ini? Yaitu Jalan Mulia Berunsur Delapan,
yaitu, Pandangan Benar, Pikiran Benar, Ucapan Benar, Perbuatan Benar,
Penghidupan Benar, Usaha Benar, Perhatian Benar, Konsentrasi Benar. Ini adalah
jalan yang mana seseorang akan mengetahui dan melihat sendiri: “Petapa Gotama
berbicara pada waktu yang tepat, apa yang benar, langsung ke pokok permasalahan
– Dhamma dan disiplin.”’
14. Mendengar kata-kata ini, Kassapa berkata kepada
Sang Bhagavā: ‘Gotama, para petapa ini mempraktikkan praktik tertentu dari penyiksaan
diri yang dianggap pantas untuk mereka: seorang petapa telanjang menggunakan
pengendalian yang tidak sopan,[6] menjilat tangan mereka, tidak
datang atau tetap berdiri diam ketika diminta datang. Ia tidak menerima makanan
yang dipersembahkan atau dipersiapkan untuknya, atau suatu undangan untuk
makan. Ia tidak menerima makanan yang berasal dari panci, juga makanan yang
diletakkan di ambang pintu, di tumpukan kayu bakar atau di penumbuk padi, juga
tidak di mana dua orang sedang makan, dari seorang perempuan yang hamil atau
menyusui atau dari seorang yang menetap bersama seorang laki-laki, juga tidak
dari makanan yang dikumpulkan, di mana anjing berdiri atau lalat berkerumun. Ia
tidak memakan ikan atau daging dan tidak meminum minuman keras atau alkohol
atau minuman fermentasi.[7] Ia adalah seorang satu-rumah[8]
atau seorang satu-suap[9], seorang dua-rumah, seorang tujuh-suap
atau seorang tujuh-rumah. Ia berada pada satu, dua atau tujuh persembahan
kecil, makan hanya satu kali sehari, satu kali dalam dua hari, satu kali dalam
tujuh hari. Ia makan nasi hanya dua kali dalam satu bulan. Ini dianggap praktik
yang benar.’
‘Atau seseorang menjadi seorang
pemakan tanaman, pemakan biji- bijian, pemakan padi, pemakan padi liar, pemakan
tanaman air, pemakan dedak, pemakan busa lapisan atas dari rebusan beras, pemakan
buah yang menghasilkan minyak, rumput atau kotoran sapi, akar-akaran dan
buah-buahan, memakan buah yang jatuh tertiup angin. Ia mengenakan rami kasar
atau bahan campuran, kain pembungkus mayat, potongan kain dari tumpukan sampah,
pakaian dari serat kulit kayu, kulit kijang, rumput, kulit kayu, rambut
cukuran, selimut dari rambut manusia[10] atau rambut kuda, sayap
burung hantu. Ia adalah pencabut rambut dan janggut, menyukai praktik ini; ia
adalah seorang yang berbalut duri, membuat tempat tidurnya di atas duri-diri,
tidur sendiri berselimutkan lumpur basah, menetap di ruang terbuka, menerima
tempat duduk apa pun yang dipersembahkan, hidup dari kotoran dan menyukai
praktik demikian, seorang yang tidak meminum air[11] dan menyukai
praktik demikian, atau ia mempraktikkan dengan tekun kebiasaan mandi tiga kali
sebelum malam.’[12]
15. ‘Kassapa, seorang praktisi penyiksaan diri
boleh saja melakukan semua hal ini, tetapi jika moralitasnya, batinnya, dan
kebijaksanaannya tidak dikembangkan dan dicapai, maka sesungguhnya ia masih
jauh dari seorang petapa atau seorang Brāhmaóa. Tetapi, Kassapa, ketika seorang bhikkhu mengembangkan
ketidakbermusuhan, ketidakbencian, dan hati yang penuh cinta kasih dan,
meninggalkan kekotoran, mencapai dan berdiam dalam batin yang bebas tanpa
kekotoran, pembebasan melalui kebijaksanaan, setelah mencapainya dalam
kehidupan ini dengan pandangan terangnya sendiri, maka, Kassapa, bhikkhu itu
disebut seorang petapa dan seorang Brāhmaóa.’[13]
16. Mendengar kata-kata ini, Kassapa berkata
kepada Sang Bhagavā: ‘Yang Mulia Gotama, sungguh sulit untuk menjadi
seorang petapa; sungguh sulit untuk menjadi seorang Brāhmaóa.’
‘Maka mereka mengatakan di dunia ini,
Kassapa: “sungguh sulit untuk menjadi seorang petapa; sungguh sulit untuk
menjadi seorang Brāhmaóa.” Jika seorang petapa telanjang melakukan semua
hal ini ... (seperti paragraf 14), dan ini adalah ukuran dan praktik dari
kesulitan, kesulitan besar, untuk menjadi seorang petapa atau Brāhmaóa, tidaklah
tepat untuk mengatakan: “sungguh sulit untuk menjadi seorang petapa; sungguh
sulit untuk menjadi seorang Brāhmaóa,” karena semua perumah tangga atau putra perumah
tangga – bahkan seorang gadis-budak – dapat melakukannya dengan mengatakan:
“Baiklah, aku akan telanjang ...” (seperti paragraf 14). Tetapi, Kassapa,
karena ada jenis yang sangat berbeda dari pertapaan selain yang ini, maka
adalah tepat untuk mengatakan: “sungguh sulit untuk menjadi seorang petapa;
sungguh sulit untuk menjadi seorang Brāhmaóa.” Tetapi,
Kassapa, ketika seorang bhikkhu mengembangkan ketidakbermusuhan,
ketidakbencian, dan hati yang penuh cinta kasih ... (seperti paragraf 15),
maka, bhikkhu itu disebut seorang petapa dan seorang Brāhmaóa.’
17. Mendengar kata-kata ini, Kassapa berkata kepada
Sang Bhagavā: ‘Yang Mulia Gotama, sungguh sulit memahami seorang petapa, sungguh sulit
memahami seorang Brāhmaóa.’ ‘Maka mereka mengatakan di dunia ini, Kassapa:
“sungguh sulit memahami seorang petapa; sungguh sulit memahami seorang Brāhmaóa.” Jika
seorang petapa telanjang melakukan semua hal ini, dan ini adalah ukuran dan
praktik dari kesulitan, kesulitan besar, untuk memahami seorang petapa atau Brāhmaóa, tidaklah
tepat untuk mengatakan hal itu, karena semua perumah tangga ... dapat
memahaminya. Tetapi, Kassapa, karena ada jenis yang sangat berbeda dari
pertapaan dan Brahmanisme selain yang ini, maka adalah tepat untuk mengatakan:
“sungguh sulit untuk memahami seorang petapa atau seorang Brāhmaóa.” Tetapi,
Kassapa, ketika seorang bhikkhu mengembangkan ketidakbermusuhan,
ketidakbencian, dan hati yang penuh cinta kasih dan, meninggalkan kekotoran,
mencapai dan berdiam dalam batin yang bebas tanpa kekotoran, pembebasan melalui
kebijaksanaan, setelah mencapainya dalam kehidupan ini dengan pandangan
terangnya sendiri, maka, Kassapa, bhikkhu itu disebut seorang petapa dan
seorang Brāhmaóa.’
18-20. Kemudian
Kassapa berkata kepada Sang Bhagavā: ‘Yang Mulia Gotama, kalau begitu, apakah
pengembangan moralitas, dari pikiran, dan dari kebijaksanaan?’
‘Kassapa, seorang Tathāgata telah
muncul di dunia ini, seorang Arahant, Buddha yang telah mencapai Penerangan
Sempurna, memiliki kebijaksanaan dan perilaku yang Sempurna, telah sempurna
menempuh Sang Jalan, Pengenal seluruh alam, penjinak manusia yang harus
dijinakkan yang tiada bandingnya, Guru para dewa dan manusia, Tercerahkan dan
Terberkahi. Beliau, setelah mencapainya dengan pengetahuan-Nya sendiri,
menyatakan kepada dunia bersama para dewa, māra dan Brahma, para raja dan umat manusia. Beliau
membabarkan Dhamma, yang indah di awal, indah di pertengahan, indah di akhir,
dalam makna dan kata, dan menunjukkan kehidupan suci yang sempurna dan murni
sepenuhnya. Seorang siswa pergi meninggalkan keduniawian dan mempraktikkan
moralitas (DN 2, paragraf 41-63). Itu adalah kesempurnaan moralitas. Ia menjaga
pintu-pintu indrianya, dan seterusnya dan mencapai empat jhāna (DN 2
paragraf 64-82). Itu adalah kesempurnaan pikiran. Ia mencapai berbagai
pandangan terang dan lenyapnya kekotoran (DN 2 paragraf 83-98). Itu adalah
kesempurnaan kebijaksanaan. Dan Kassapa, tidak ada lagi yang lebih jauh atau
lebih sempurna dari kesempurnaan moralitas, dari pikiran, dan dari kebijaksanaan
ini.’
21. ‘Kassapa,
ada beberapa petapa dan Brāhmaóa yang mengajarkan moralitas. Mereka memuji
moralitas dalam berbagai cara. Tetapi sehubungan dengan moralitas Ariya yang
tertinggi, Kassapa, Aku tidak melihat seorang pun yang melampaui-Ku dalam hal
ini. Aku adalah yang tertinggi dalam hal ini, dalam moralitas-super. Ada
beberapa petapa dan Brāhmaóa yang mengajarkan penyiksaan diri dan pertapaan
keras yang saksama, yang mereka puji dalam berbagai cara. Tetapi sehubungan
dengan penyiksaan diri dan pertapaan keras Ariya, Kassapa, Aku tidak melihat
seorang pun yang melampaui-Ku dalam hal ini. Aku adalah yang tertinggi dalam
hal ini, dalam pertapaan super-keras. Ada beberapa petapa dan Brāhmaóa yang
mengajarkan kebijaksanaan. Mereka memuji kebijaksanaan dalam berbagai cara.
Tetapi sehubungan dengan kebijaksanaan Ariya yang tertinggi, Kassapa, Aku tidak
melihat seorang pun yang melampaui-Ku dalam hal ini. Aku adalah yang tertinggi
dalam hal ini, dalam kebijaksanaan-super. Ada beberapa petapa dan Brāhmaóa yang
mengajarkan pembebasan. Mereka memuji pembebasan dalam berbagai cara. Tetapi
sehubungan dengan pembebasan Ariya yang tertinggi, Kassapa, Aku tidak melihat
seorang pun yang melampaui-Ku dalam hal ini. Aku adalah yang tertinggi dalam
hal ini, dalam pembebasan-super.’
22. ‘Kassapa, mungkin para pengembara dari sekte
lain akan berkata: “Petapa Gotama mengaumkan auman singa, tetapi hanya di
tempat sunyi, bukan di tengah-tengah sekelompok orang.” Mereka harus
diberitahukan bahwa ini tidak benar: “Petapa Gotama mengaumkan auman singa, dan
Beliau mengaumkannya di tengah-tengah sekelompok orang.” Atau mereka akan
mengatakan: “Petapa Gotama mengaumkan auman singa, di tengah-tengah sekelompok
orang, tetapi Beliau melakukannya tanpa keyakinan.” Mereka harus diberitahukan
bahwa ini tidak benar: “Petapa Gotama mengaumkan auman singa, di tengah-tengah
sekelompok orang, dan dengan penuh keyakinan.” Atau mereka akan mengatakan:
“Petapa Gotama mengaumkan auman singa, di tengah-tengah sekelompok orang,
dengan penuh keyakinan, tetapi mereka tidak menanyai-Nya.” Mereka harus
diberitahukan bahwa ini tidak benar: “Petapa Gotama mengaumkan auman singa ...
dan mereka menanyai-Nya.” Atau mereka akan mengatakan: “ ... dan mereka
menanyainya, tetapi Beliau tidak menjawabnya.” .... Atau mereka akan
mengatakan: “ ... Beliau menjawab, tetapi Beliau tidak menang atas jawaban-Nya
itu.” .... Atau mereka akan mengatakan: “ ... tetapi mereka merasa jawaban-Nya
tidak menyenangkan.” .... Atau mereka akan mengatakan: “ ... tetapi mereka
tidak puas dengan apa yang mereka dengar.” .... Atau mereka akan mengatakan: “
... tetapi mereka tidak bersikap seolah-olah mereka puas.” “ ... tetapi mereka
tidak berada di jalan kebenaran.” ... Atau mereka akan mengatakan: “ ... tetapi
mereka tidak puas dengan praktiknya.” Mereka harus diberitahukan bahwa ini
tidak benar: “Petapa Gotama mengaumkan auman singa, di tengah-tengah sekelompok
orang, dengan penuh keyakinan, mereka menanyai- Nya dan Beliau menjawab, Beliau
menang atas mereka dengan jawaban-Nya, mereka merasa jawaban-Nya menyenangkan
dan mereka puas dengan apa yang mereka dengar, mereka bersikap seolah-olah
mereka puas, mereka berada di jalan kebenaran, dan mereka puas dengan praktiknya.”
Itu, Kassapa, adalah apa yang harus diberitahukan kepada mereka.’
23. ‘Suatu ketika, Kassapa, Aku sedang menetap di Rājagaha, di
Puncak Burung Nasar. Dan seorang praktisi penyiksaan diri bernama Nigrodha
berdiskusi dengan-Ku mengenai praktik pertapaan keras.[14] Dan ia
gembira mendengar penjelasan-Ku melampaui semua ukuran.’
‘Bhagavā, siapakah yang mendengarkan Dhamma dari-Mu tidak akan
gembira melampaui semua ukuran? Aku gembira melampaui semua ukuran. Sungguh
indah, Yang Mulia Gotama, sungguh menakjubkan! Bagaikan seseorang yang
menegakkan apa yang terjatuh, atau menunjukkan jalan bagi ia yang tersesat,
atau menyalakan pelita di dalam gelap, sehingga mereka yang memiliki mata dapat
melihat apa yang ada di sana. Demikian pula Yang Terberkahi telah membabarkan
Dhamma dalam berbagai cara. Bhagavā, semoga aku menerima pelepasan di tangan Sang Bhagavā, semoga aku
menerima penahbisan!’
24. ‘Kassapa, siapa pun yang sebelumnya adalah
pengikut sekte lain dan menginginkan pelepasan atau penahbisan dalam Dhamma dan
disiplin ini harus menunggu selama empat bulan, dan di akhir dari empat bulan
percobaan, para bhikkhu yang telah kokoh pikirannya akan memberikan pelepasan
dan penahbisan. Tetapi ada pengecualian dalam hal ini.’ ‘Bhagavā, jika
demikian, aku akan menunggu bahkan sampai empat tahun, dan pada akhir waktu
itu, sudilah para bhikkhu memberikan pelepasan dan penahbisan kepadaku.’
Kemudian Kassapa menerima pelepasan dari
Sang Bhagavā, dan penahbisan. Dan Yang Mulia Kassapa yang baru ditahbiskan, sendirian,
terasing, tanpa lelah, penuh semangat, dan bertekad, dalam waktu singkat
mencapai apa yang dicari oleh para pemuda yang berasal dari keluarga mulia yang
meninggalkan rumah untuk menjalani kehidupan tanpa rumah, yaitu puncak
kehidupan suci yang tanpa tandingan, setelah mencapainya di sini dan saat ini
dengan pengetahuan-super yang ia miliki dan berdiam di sana mengetahui:
‘Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus
dilakukan telah dilakukan, tidak ada lagi yang lebih jauh di sini.’
Dan
Yang Mulia Kassapa menjadi salah satu dari Para Arahant.
Catatan Kaki
- Taman umum di mana rusa-rusa aman dari para pemburu.
- Tapaṁ: Bentuk keras dari penyiksaan diri seperti terdapat dalam paragraf 14. Ini harus dibedakan dengan pertapaan. Istilah ‘penebusan’ yang digunakan oleh RD adalah keliru karena niatnya sangat berbeda dengan gagasan kristen akan penebusan. Menggunakan ‘petapa’ untuk samaóa (karena istilah ‘petapa’ yang disukai oleh beberapa penerjemah adalah tidak tepat). Saya kembali menggunakan istilah yang agak rumit ‘praktisi pertapaan keras’ untuk istilah tapassī yang digunakan di sini. Untungnya istilah ini lebih jarang muncul dibandingkan samaṇa.
- Cf. DN 2.95.
- Akusala: secara harfiah, ‘tidak terampil’, yaitu jahat dan mendorong akibat kamma yang buruk.
- Cf. DN 1.1.9.
- Sehubungan dengan fungsi-fungsi jasmani (DA).
- Thusodakaæ: ‘bubur’, tetapi pengertian ini membutuhkan sesuatu yang difermentasi.
- Seseorang yang menerima dana hanya dari satu rumah.
- Seseorang yang hanya makan satu suap.
- Seperti Ajita Kesakambalī (DN 2.22).
- Apānaka. Mungkin seseorang yang (seperti Jainisme) tidak meminum air dingin karena makhluk-makhluk hidup didalamnya.
- Untuk membersihkan dosanya: cf. kisah Sangārava (SN 7.2.11).
- Kalimat: ‘Tetapi jika moralitas-nya ...’ berulang, pertama setelah ‘dua kali dalam satu bulan’, kemudian setelah ‘buah-buahan yang jatuh tertiup angin’, dan dalam kesimpulan. Seperti yang ditunjukkan oleh RD, Sang Buddha menggunakan istilah ‘petapa’ dan ‘Brāhmaóa’ dalam pengertiannya, bukan dalam pengertian Kassapa.
- Baca DN 25.
Sumber : http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_8:_Mah%C4%81s%C4%ABhan%C4%81da_Sutta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar