Bagaimana Menemukan Kebahagiaan Sejati
Oleh: Yang Mulia Bhikkhu K. Sri Dhamamnanda Nayake Mahathera
“Kebahagiaan merupakan hadiah yang harus dicari
diperjuangkan oleh umat mansuai dengan penuh kesabaran;
Setengah jalan telah kita tempuh, kini marilah terus maju,
Tujuan sudah berada di depan kita.”
diperjuangkan oleh umat mansuai dengan penuh kesabaran;
Setengah jalan telah kita tempuh, kini marilah terus maju,
Tujuan sudah berada di depan kita.”
Apakah anda ingin bahagia? Jawabannya
pasti “ya”. Kita semua – tanpa kecuali – ingin bahagia, walaupun pengertian
mengerti kebahagiaan itu sendiri dan cara untuk mencapainya berbeda-beda.
Seorang penulis berkata, ‘Bahagia, menurut kebanyaan orang merupakan tujuan
yang paling banyak dicari. Bagi orang-orang yang bernasib kruang baik,
kebahagiaan seperti ujing dari pelangi yang berupa pot emas. Mereka mengejar
pelangi selama hidupnya seperti mengejar bayangan masing-masing karena tidak
mungkin mengejar sesuatu yang letaknya di dalam diri kita sendiri.
Kebahagiaan berada dalam jalan mencapainya dan bukan pada tujuan yagn
hendak dicapai. “Ia bahagia jika memiliki cita-cita yagn
tinggi dan mulia. Ia bahagia jika dapat memperkaya kehidupannya, membiarkan
orang-orang lain hidup damai, memberikan sumbangan agar dunia menjadi tempat
tinggal yagn lebih baik. Ia bahagia jika pekerjaan, kewajiban, dan tugas
sehari-harinya diliputi oleh kasih sayang.”
Setiap maunsia mengharapkan kebahagiaan. Mereka bekerja siang malam untuk mendapat
kebahagiaan walaupun sekejap saja. Tetapi, betapapun keras usaha mereka,
seringkali tujuan merek abahkan bertambah jauh, mengapa hal ini dapat terjadi?
Mencari
Kebahagiaan
Kehidupan modern adalah perjuangan untuk memperoleh imbalan materi, kesenangan,
dan kemewahan. Corak hidup ini membawa kegelisahan dan stress, bukan
kebahagiaan. Dalam hidup seseorang terdapat momen-momen pentign di masa semua
materi memiliki nilai yang kecil jika dibandingkan dengan kesenagnan bathin
akibat pelepasan ari hal-hal duniawi.
Dalam kehidupan awam, pentingnya kesejahteraan ekonomi untuk mencapai hidup
layak tak dapat diabaikan. Kita tidak dapat menganggap orang-orang dapat
berbahagia jika mereka kelaparan dan hidup dalam keadaan yang menyedihkan.
Kemiskinan dan kehidupan di daerah kumuh dapat melumpuhkan kebahagiaan manusia.
Sungguh menyedihkan jika sebuah keluarga besar harus hidup, makan, tidur, dan
“bereproduksi” di suatu pondok yang kecil di daerah yang kumuh. Keadaan
menyedihkan dari lingkungan dan kehidupan para penghuninya sering menjadikan
daerah tesebut sebagai lokasi pertumbuhan kegetiran dan kejahatan kecuali
daerah itu merupakan kumpulan dari orang-orang suci yang mencari kedamaian di
dalam kemiskinan.
Bagaimanapun juga, kaya dan miskin, kebahagiaan dan kesengsaraan adalah
istilah-istilah yang saling berhubungan. Seseorang dapat saja kaya tetapi tidak
bahagia, orang lain mungkin miskin tapi bahagia. Kekayaan adalah berkah jika
digunakan dengan benar dan bijaksana. Tetapi bagian yagn tragis dari kaum
miskin adalah keegoisan mereka akan benda-benda materiil. Jika idaman mereka
tidak terpenuhi, mereka hidup di dalam kebencian. Tragedi dari si kaya adalah
kemelekatan pada harta mereka. Karena itu kebahagiaan tidak ditemukan pada
kedua pihak, baik miskin maupun kaya.
Sejumlah orang menganggap bahwa seorang teman hidup yang cocok dan
menyenangkan adalah sumber kebahagiaan. Hal ini mungkin saja terjadi. Lainnya
menganggap bahwa anak-anak adalah sumber kebahagiaan lain, tetapi hal inipun
bukan keadaan yang stanil. Seorang teman hidup dapat meninggal atau
meninggalkan mereka, sementara itu ada anak-anak yang lebih banyak menimbulkan
penderitaan dari pada kebahagiaan bagi orang tua mereka.
Kita harus belajar untuk puas dan bahagia dengan apa yang telah kita dapat,
betapapun sedikitnya. Bahkan kita harus gembira dan puas dengan keadaan kita
sekarang walaupun tidak sesuai dengan keinginan itu.
Seorang
Istri Tanpa Anak
Suatu ketika terdapat pasangan miskin yang tidak mempunyai anak. Walaupun
mereka bahagia dalam hal-hal lain, sang istri sangat menginginkan anak sendiri.
Sang suami menyarankan untuk mengadopsi seorang anak tetapi sang istri tetap
menginginkan anak yang beerasal dari darah dagingnya sendiri. Mereka mencoba
segala rencana tetapi tidak berhasil; sang istri bertambah tertekan dan rasa
gelisah dna kekurangan bertambah kuat dan mulai mempengaruhi bathinnya. Tetapi
sang suami berangsur-angsur mulai melihat perubahan pada diri istrinya. Sang
istri berpura-pura hamil, lalu ketika ia pulang, ditemukannya sang istri sedang
menggendong sebuah buntelan kecil dengan gembira. Ia memeriksa buntalan
tersebut dan ternyata hanya merupakan sepotong kayu kecil. Sang istri merawat
“bayi”nya, memakaikan baji seperti layaknya seorang ibu. Ia bahkan membuat
ranjang bayi yang hangat dan menina-bobokan “bayi”nya. Sebenarnya ia mulai
berprilaku seperti seseorang anak kecil yang bermain dengan bonekanya. Sang
suami yang sangat khawatir dengan keadaan istrinya, membawanya ke psikiater
terkenal. Psikiater tersebut memeriksanya dengan seksama dan mencapai
kesimpulan yang megnejukan tapi sangat manusiawi, yaitu wanita tersebut
akhirnya menemukan kebahagiannya dengan membayangkan sesuatu yang tak dapat
diraihnya dalam kenyataan. Sang psikiater memberi nasehat bahwa merenggut
kebahagiaannya akan jauh lebih kejam daripada berusaha menyadarkannya dan
membuang potongan kayu tersebut.
Kita melihat disini bahwa kadang-kadang keputusan kita mengenai orang lain
harus didasari oleh perasaan dan bukan intelegensi semata-mata. Sambil lalu
juga dapat dikatakan jika kita menginginkan sesuatu melewati batas, akan
mempengaruhi bathin kita dan menganggu kestabilan perasaan kita.
Keadaan menyenangkan dalam lingkungan politik, ekonomi, dan sosial
seseorang berperan penting bagi kebahagiaannya dalam masyarakat. Sir Philip
Gibbs dalam bukunya, Jalan Pelepasan, berkata “Apa yang dicari oleh manusia
dalam pencarian abadinya tentang kebahagiaan, adalah sejumlah sistem
pemerintahan dan masyarakat yang akan memberikan setiap individu suatu
kesempatan penuh dan adil untuk mengembangkan kepribadiannya sepenuhnya:
melalui pekerjaan yang menyenangkan dan secukupnya; melalui keamanan bagi diri
sendiri, keluarga, serta teman-temannya; seseorang yagn peka dan dermawan tak
ada bahagia jika rakyat di sekitarnya menderita; melalui kesenangan minimum
yang sepantasnya, dan kebebasan berpikir dan bertindak yang dibatasi hanya oleh
kdoe etik untuk tidak merugikan ettangga-tetangganya. Dalam kebebasan berpikir
dan bertindak tersebut, ia berkesempatan berpikir untuk berpetualang dan
bersenang-senang; untuk menikmati keindahan, lebih mendalami pengetahuan,
mengendalikan diri sendiri dan sekelilingnya, mencapai segala sesuatu yang
bermanfaat untuk pikiran dan tubuh.
Agama Buddha mengajarkan kita untuk mengadopsi cara-cara yang benar dan
tidak merugikan untuk meraih kebahagiaan. Tidak ada artinya berbahagia di atas
penderitaan orang atau makhluk lain. Hal ini diuraikan oleh Sang Buddha sebagai
berikut: ’Dapat hidup tanpa merugikan pihak lain adalah berkah utama.’
Unsur-unsur
Kebahagiaan
Dalam usaha untuk mencapai hidup yang bahagia dan mempunyai arti, kita
harus melatih rasa belas kasihan dan kebijaksaan kita, dua hal yang dapat
menuntun manusia menuju puncak kesempurnaan manusiawi. Jika kita ingin
mengembangkan segi perasaan saja tanpa pikiran, akan membuat kita menjadi
sitolol yang berhati emas, sementara berkembangnya pikiran tanpa perasaan akan
membentuk pribadi pintar berhati batu tanpa perasaan. Menurut Sang Buddha, rasa
belas kasihan dan kebijkasanaan harus dikembangkan bersama-sama oleh manusia
untuk mencapai kebebasan. Hidup yang baik adalah hidup yang dilandasi oleh
cinta dan bimbingan oleh pengetahuan.
Apakah rasa belas kasihan itu? Rasa belas kasihan adalah cinta, kemurahan
hati, keramahan dan toleransi. Belas kasihan tersebut berperan pada cinta dan
perhatian terutama jika berada dalam situasi yang menguntungkan.
Dan apa pula kebijaksanaan itu >>
Kebijaksanaan adalah pikiran yang melihat segala sesuatu sebagaimana adanya,
berperan dalam sifat-sifat mulia dari pikiran. Jika seorang pria melihat
seorang wanita cantik dan terpikat olehnya, maka ia berharap untuk dapat
melihatnya kembali. Ia memperoleh kenikmatan dan kepuasan dari kehadiran wanita
tersebut. Tetapi jika situasi berubah dan ia tidak dapat melihatnya lagi, ia
tidak boleh bertindak bodoh dan tidak masuk akal. Keadaan tak menyenangkan ini
adalah kenyataan yang harus dihadapi oleh manusia. Jika ia tidak memiliki
kemelekatan, ia akan bebas dari penderitaan tersebut. Walaupun tidak ada
bantahan terhadap kebahagiaan yang diperoleh dari kesenangan indria, sebenarnya
kesenangan hidup bersifat singkat dan tidak memberikan kebahagiaan abadi.
Menyadari hal ini adalah bijaksana. Kebahagiaan meliputi unsur-unsur yang
sederhana dan merupakan keadaan pikiran. Hal ini tak dapat ditemui dalam benda-benda
materi disekitar kita, seperti harta, kekuasaan, atau popularitas. Orang-orang
yang mengumpulkan harta melebihi yang diperlukan selama hidupnya, akan kecewa
pada saat mereka menyadari bahwa semua uang didunia ini tidak dapat membeli
kebahagiaan, dan semuanya sudah terlambat. Pengejaran kesenagnan tak dapat
disamakan dengan pengejaran kebahagiaan. Kesenangan berlalu begitu saja dan
tidak memberikan kebahagiaan abadi. Kesenangan dapat dibeli, tetapi kebahagiaan
tidak. Kebahagiaan berasal dari dalam diri kita, berdasarkan kebaikan dan suara
hati. Tak seorangpun yang bahagia jika ia tidak puas dengan dirinya sendiri.
Pengejaran ketenanga bathin hanya dapat dilakukan melalui pengembangan bathin
atau meditasi. Banyak yang harus dilakukan, dan baru sedikit yang
dikerjakan.Hanya dengan memahami dan membersihkan diri sendiri, benih-benih
kejaikan kita yang tersembunyi dapat tumbuh dan menunjukkan sifat-sifat
manusiawi kita. Tugas ini tidak mudah dan memerlukan ketekunan, ketegaran hati
dan usaha. Kebahagiaan adalah parfum yang tak dapat kita semprotkan kepada
orang-orang lain tanpa kecipratan sedikit untuk diri sendiri.
Jika anda ingin hidup damai dan bahagia, biarkanlah orang lain untuk hidup
damai dan bahagia pula. Tanpa prinsip tersebut tidak mungkin ada kebahagiaan
dan kedamaian di dunia. Dan jangan mengharapkan terima kasih dari orang lain.
Dale Carnegie berkata, “Jika kita ingin menemukan kebahagiaan, jangan
memikirkan terima kasih dan marilah berdana karena kepuasan yagn terkandung
didalamnya.”
Manusia umumnya tidak menghargai segala sesuatu yang mudah didapat. Tetapi
baru menghargainya jika sesuatu tersebut diambil. Udara dan organ-organ tubuh
kita semuanya seperti sebagaimana mestinya dan kita bahkan menyalahgunakannya,
kadang-kadang sudah terlambat. Seperti seekor ikan yang tidak mengetahui betapa
berharganya air sampai ia dikeluarkan dari air.
“Menurut pengamatan saya, manusia merasa bahagia jika mereka berkeinginan
untuk bahagia,” kata Abraham Lincoln.
Anda tak dapat memperoleh kebahagiaan dan kedamaian hanya dengan membaca
paritta, tetapi perlu disertai dengan bekerja. Percaya akan dewa dan membacakan
paritta untuk berkah perlindugnan tidak ada salahnya, tetapi anda pun harus
mengunci pintu rumah anda, karena tidak ada jaminan bahwa dewa tersebut akan menjaga
rumah anda sampai anda pulang. Anda tidak boleh mengabaikan tanggung jawab
anda. Jika anda berbuat sesuai dengan etika moral, pasti akan tercipta surga di
dunia ini. Tetapi jika anda melanggarnya, anda dapat merasakan api neraka di
dunia ini. Manusia menggerutu jika mereka tak dapat hidup wajar sesuai dengan
hukum karmma dan menciptakan masalah mereka sendiri. Jika setiap orang mencoba
untuk hidup terhormat, kita semua dapat menikmati kebahagiaan surgawi didunia.
Tidak perlu menciptakan surga sebagai imbalan bagi kebajikan atau nereka untuk
menghukum perbuatan jahat. Kebajikan dan kejahatan memiliki balasannya
masing-masing. Salah satu pertanyaan yang paling membingungkan umat manusia
adalah apakah benar-benar ada tempat yang disebut ‘surga; dan ‘neraka’. Manusia
tidak memiliki pengertian yang jelas tentang konsep ini.
Dimanakah surga dan neraka> Suatu ketika ada seorang bhikkhu yang gemar
berkhotbah tentang sruga dan neraka. Salah satu umatnya yang merasa bosan
mendengar hal ini terus , suatu hari berdiri dan bertanya: ‘Katakan dimana
adanya surga dan neraka? Jika engkau tidak dapat menjawab, berarti engkau
pembohong!’. Sang bhikkhu menjadi takut dan terdiam. Hal ini semakin menambah
amarah umat tersebut dan ia terteriak; ‘Jawab atau kupukul kau!” Sang bhikkhu
cepat-cepat memutar otaknya dan menjawab, ‘Neraka ada disekitarmu sekarang,
bersama amarahmu’.
Menyadari kebenaran yang ada, umat tersebut menjadi tenang, dan mulai
tertawa. Kemudian ia bertanya: ‘Lalu dimanakah surga?’ yang dijawab oleh Sang
bhikkhu, ‘Surga ada di sekitarmu sekarang, bersama gelak tawamu.’ Surga dan
neraka terjadi dalam hidup kita dan muncul di dalam setiap bagian di dunia
dimana terdapat makhluk hidup, tanpa terpisah-pisah.
Dimanakah
Kebahagiaan?
Dimanakah kita mencari kebahagiaan? ‘Didalam dirimu’, kata Sang Buddha. Tak
seorangpun yang membantah bahwa kebahagiaan adalah keadaan hidup yang paling
diinginkan. Kebahagiaan tidak terjadi demikian saja. Kebahagiaan adalah keadaan
pada saat sadar yang tidak tergantung pada nafsu jasmani. Pria yang Puas Tanpa
Baju.
Seorang raja Timru yang sangat tidak bahagia menemui seorang ahli filsafat.
Ahli tersebut mensehatkan Sang Raja untuk mencari pria yang paling bahagia dan
senang dalam kerajaannya dan mengenakan baju. Setelah pencarian yang lama Sang
Raja akhirnya menemukan pria tersebut tetapi ia tidak memiliki baju. Seorang
penulis terkenal berkata: [Berpedoman pada Sang Buddha] Jika engkau ingin
menemukan pria yang paling senang dan bahagia di dunia ini, carilah pangeran
dalam pakaian pengemis.
Keinginan yang tak terpuaskan adalah penyebab utama ketidak-bahagiaan.
Singkirkan keinginan, dan anda akan bebas dari ketidak bahagiaan anda. ‘Aku
hanya mengajarkan satu hal, kata sang Buddha ‘penyebbab dukkha dan jalan menuju
lenyapnya dukkha. Seperti laut yang memiliki satu rasa, begitu juga halnya
dengan ajaran-Ku yang berhubungan dengan dukkha dan lenyapnya dukkha. Aku akan
menunjukkan anda jalan dari khayal menuju nyata, dari gelap ke terang, dan dari
kematian menuju kekekalan.’
Damai atau kepuasan juga bergantung pada kebutuhan seseorang. Anjing
menyukai tulang bukan rumput. Sapi menyukai rumput bukan tulang. Begitu pula,
sejumlah orang lebih menyukai kegembiraan dari pada damai; bagi orang lain
damai lebih penting dari pada kegembiraan. Seperti makanan yang lezat bagi
seseorang, tetapi dapat merugikan orang lain; obat yang menyembuhkan penyakit
seseorang dapat menyebabkan kematian bagi orang lain. Kesenangan seseorang
dapat menyusahkan orang lain.
Kebahagiaan adalah keadaan bathin yang dapat diperoleh melalui pengembangan
pikiran. Sumber-sumber luar seperti harta, popularitas kedudukan sosial, dan
nama besar hanya merupakan sumber kebahagiaan sementara dan bukan sumber sejati
dari kebahagiaan. Sumber yang sejati adalah pikiran yang terkendali dan
dikembangkan. Pendapat bahwa ketenangan bathin tak dapat dicapai adalah salah.
Setiap orang dapat mengembangkan kedamaian dan ketenangan di dalam dirinya
melalui pembersihan pikiran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar